Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM IDK 3

BIOKIMIA

URINE

Disusun oleh :

NAMA : NENI TRI ZULYANA ULFAH

NIM : 1811020034

KELAS : 2A

PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
Senin,11 Maret 2019

URINE

A. TUJUAN

1. Mengetahui definisi urine

2. Mengetahui fungsi urine

3. Untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam urine

4. Mengetahui penentuan sifat fisik dari urine

B. DASAR TEORI

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh.Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. (Depkes RI, 1991).

Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi
oleh tubuh. Hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis, apabila urine yang diproduksi berasal
dari ginjal yang sehat dan saluran kencing yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril.
Bahkan di India ada TerapiUrine Amaroli, yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan
dalam pengobatan(Guyton, 1983).

Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning
keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan
menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008).

Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung
bermacam – macam zat, antara lain

1. zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak,

2. zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin,

3. garam, terutama NaCl, dan


4. zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta
juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel,
2003).

Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein, berarti
telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti
tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh
kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi
batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula menjadi
glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang yang demikian menderita
penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal
dan sering memberi warna pada urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja
keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran
atau terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).

Ciri-ciri urine normal:

1. Volume

Urine rata-rata: 900-1200 ml setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan cairan yang
masuk ke dalam tubuh.

2. Warna

Kuning bening oleh adanya urobilinogen. Secara normal warna dapat berubah, tergantung jenis
bahan/obat yang dimakan.

3. Bau

Urine baru memiliki bau khas sebab adanya asam-asam yang mudah menguap. Urine yang
lama baunya tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine. Bau yang busuk
karena adanya nanah dan kuman-kuman. Sedangkan bau yang manis karena adanya asetan.

4. Berat jenis urine

Normal: 1,002-1,045

Rata-rata: 1,008

5. pH urine
Kurang lebih pH=6 atau sekitar 4,8-7,5 dengan reaksi pada kertas lakmus: urine asam: merah,
urine basa: biru.

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi), penyerapan
kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat – zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di
glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan
augmentasi terjadi di tubulus distal. Ginjal kira-kira mengandung 1,3 x 106 nefron yang
beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari suatu glomerulus yang dibekali dengan darah
dalam sistem kapiler arteri sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk
mempengaruhi ultrafiltrasi material berberat molekul rendah dalam plasma.

Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna. Padahal urin sangat membantu
dalam pemeriksaan medis. Urin merupakan salah satu cairan fisiologis yang sering dijadikan
bahan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual, pemeriksaan mikroskopis, dan menggunakan
kertas kimia) dan menjadi salah satu parameter kesehatan dari pasien yang diperiksa. Selain
darah, urin juga menjadi komponen yang

penting dalam diagnosis keadaan kesehatan seseorang. Ada 3 macam pemeriksaan, antara lain
(1) pemeriksaan visual. Urin mengindikasikan kesehatan yang baik bila terlihat bersih. Bila tidak,
maka ada masalah dalam tubuh. Kesehatan bermasalah biasanya ditunjukkan oleh kekeruhan,
aroma tidak biasa, dan warna abnormal. (2) Tes yang menggunakan kertas kimia yang akan
berganti warna bila substansi tertentu terdeteksi atau ada di atas normal. (3) Hasil yang datang
dari pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan untuk mengetahui apakah kandungan berikut ini
berada di atas normal atau tidak (Ganong 2002).

C. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

 Tabung reaksi

 Pipet

 Beker glass

 Penjepit

 Pemanasan

2. BAHAN
 Urine

 Benedict

 NaOH

 HCl

 BACl2

 HNO3

 NH3

D. CARA KERJA

1. Penentuan sifat fisik dari urine

 Memasukan urine kedalam bekker glass setelah itu tentukan volumenya

 Mengamati kejerninahanya

 Mengamati warnanya

 Menentukan pH dengan mencelupkan kertas pH universal

2. Penentuan beberapa komponen yang terdapat dalam urine

a. Penentuan garam-garam ammonium

 Menambahkan 2 ml urine kedalam tabung reaksi

 Menambahkan NaOH encer sampai larutan bersifat basa

 Memanaskan campuran tersebut dipenangas air

 Mencium bau uap yang keluar dan uji uap tersebut dengan kertas lakmus merah
basah

b. Pemeriksaan sulfat anorganik dan sulfat eterial

 Menempatkan 5ml urine kedalam tabung reaksi dan asamkan dalam 1 ml HCl 0,5 M

 Menambahkan 1 ml larutan BaCl2 1 M,kocok dan saring

 Memisahkan filtration dan endapanya


 Endapanya ditambahkan lagi 1 ml HCl 0,5 M,lalu amati

 Mendidihkan filtration dan bila tidak ada endapan ditambahkan lagi 1 ml larutan
BaCl2 1 M

 Mengamati apabila terjadi kekeruhan menunjukan adanya sulfat eterial

c. Tes mureksid

 Menambahkan 2 ml urine dalam cawan penguapan

 Menambahkan 4 tetes HNO3 pekat

 Memanaskan diatasnya penangas air (dalam lemari asam) sampai menguap

 Mengamati warna yang terbentuk pada endapan dan menambahkan 2 ml larutan


NH3 1:100

 Mengamati warna yang terjadi

3. Penentuan glukosa berlebih pada urine tidak normal

 Menenteskan 5 urine tidak normal kedalam tabung reaksi

 Menambahkan 1 ml larutan Benedict

 Mendidikan selama 5 menit

 Mengamati perubahan yang terjadi

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. HASIL PENGAMATAN

1. Penentuan sifat fisik dari urin

Penentuan Pengamatan

Volume urine 80ml

Kejernihan Jernih

Warna Orens

pH 7
2. Penentuan beberapa komponen yang terdapat dalam urin

a. Penentuan garam-garam Amonium

Urine + NaOH Bau yang ditimbulkan

2 ml ( kelompok 1) Masih berwarna kuning orens Sedikit amis

b. Pemeriksaan sulfat anorganik dan sulfat eterial

Urine Endapan setelah ditambah Filtration setelah didihkan


HCl

5 ml ( kelompok 3 ) Berwarna putih pekat dan Terdapat endapan warna


terdapat endapan putih agak keruh

c. Tes mureksid

Urine ( kelompok 6) Pengamatan

Warna sebelum penambahan NH3 Warna kuning

Warna setelah penambahan NH3 Warna berubah menjadi kuning tipis dan
setelah dipanaskan warna menjadi kuning
kecoklatan atau sedikit pudar

3. Penentuan glukosa berlebihan pada urin tidak normal

Urine ( kelompok 1) Pengamatan

+ Benedict Berwarna biru

Setelah dipanaskan 5 menit Berwarna hijau dan tidak ada endapan


( normal)

b. Pembahasan

Pada praktikum urinalisis ini, urine yang digunakan adalah urine segar. Praktikum ini meliputi
beberapa pengamatan, yaitu analisis fisik (volemu urine,warna urine, kejernihan dan pH),
analisis kimia (uji glukosa, uji protein, dan pigmen empedu). Bahan urine yang diuji adalah urine
yang segar. Jadi, setelah dilakukan pengumpulan bahan urine, praktikan segera dilakukan
pemeriksaan. Sesuai dengan teori oleh bahwa apabila terlalu lama akan terjadi perubahan pada
komposisi zat dan hasil yang keluar, sebagian di antaranya adalah pertumbuhan bakteri
meningkat, kadar glukosa menurun, pH menjadi alkalis, dekomposisi silinder, lisisnya eritrosit,
urine menjadi makin keruh, perubahan warna dan bau, dan nitrit menjadi positif.

1.Analisis Fisik

Urinalisis dimulai dengan pengamatan penampakan makroskopis , yaitu pengamatan warna


urine.Pengamatan dilakukan dengan mengmati langsung warna urine pada tabung urine.
Berdasarkan pengamatan, warna urine yang kami amati adalah orens jernih. Warna oranye pada
urine menunjukkan bahwa Anda sedang dehidrasi atau mengalami masalah liver atau saluran
empedu. Selain itu, warna ini juga bisa disebabkan oleh pewarna makanan yang Anda konsumsi.

Pada penentuan pH urine, kami menggunakan indicator universal. Caranya adalah dengan
mencelupkan kertas indicator universal pada urine subjek, kemudian mencocokan warna pada
kertas indicator universal dengan warna standar yang ada pada kotak tempat indikator tersebut.

Berdasarkan pengamatan kami, didapatkan pH 7 pada urine subjek. pH urine yang normal
adalah 4,5 – 7,5 (ada yang mengatakan 4,6 – 8,0). Berdasarkan data yang kami dapatkan, dapat
disimpulkan sementara bahwa pH urine subjek yang kami amati adalah normal karena termasuk
dalam range angka pH urine normal.

2. Penentuan komponen yang ada didalam urine

a. Penentuan garam-garam amonium

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa amonia yang terdapat dalam
urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan
Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah
terbentuknya warna merah muda pada kertas saring. Kemudian ditambahkan indikator
PP yang bertujuan untuk menandai perubahan pH dari asam menjadi basa setelah
penambahan Na2CO3. (Underwood, 1986)

Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pada kertas saring
ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas yang bersifat
basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat
merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah muda. Dari
hasil percobaan didapat bahwa sampel urine tersebut negatif. Dalam sampel urine tidak
mengandung amonia karena kertas saring tersebut tidak berubah menjadi merah muda.
Hal ini dikarenakan tidak ada gas amonia yang dibebaskan selama reaksi.

b. Pemeriksaan sulfat anorganik dan sulfat eterial

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip
percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah
terbentuknya endapan putih atau keruh pada larutan. Pada percobaan ini sampel urine
ditambah dengan HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk
mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan
untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut.
(Kusnawidjaya,1987). Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada sampel urine
mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan.

c. Tes mureksid

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa asam urat dan garamnya dalam
urine. Prinsip percobaan ini adalah pemutusan ikatan rangkap pada asam urat.
Penambahan HNO3 pekat dalam percobaan ini adalah untuk memutus ikatan rangkap
pada asam urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-
H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan
(Martoharsono, 1993). Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi
yang terjadi. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil terbentuknya
kuning kecoklatan padasampel urine. Hal ini berarti bahwa dalamsampel urine tersebut
mengandung asam urat.

3. Penentuan glukosa berlebih pada urine tidak normal

Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam urine. Prinsip percobaan
ini adalah reaksi reduksi. Penambahan reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk
endapan merah bata gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.
(Martoharsono, 1993). Penambahan reagen benedict tersebut membuat larutan menjadi
berwarna biru kemudian larutan tersebut dipanaskan. Pemanasan yang dilakukan bertujuan
untuk mempercepat reaksi. Setelah dipanaskan, dalam larutan yang berwarna biru, pada bagian
dasar tabung reaksi terbentuk endapan merah bata yang menunjukkan uji positif.

Tidak digunakan fehling pada percobaan ini karena benedict lebih peka daripada fehling untuk
mengidentifikasi adanya asam urat atau kreatinin sedangkan jika digunakan fehling maka asam
urat atau kreatinin akan mereduksi fehling sehingga gula pereduksi tidak bisa teridentifikasi.
Dari hasil percobaan didapatkan sampel urine menunjukkan uji positif mengandung gula
pereduksi yang menunjukkan abnormalitas pada urine.

F. KESIMPULAN

1. Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

2. Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan lagi oleh tubuh.

3. 95%air, urea, asam urat,amonia, garam mineral, zat warna empedu, sisa obat, hormon

4. Uji fisik urine terdiri dari : volume, warna urine, kejernihan urine dan pH urine.

DAFTAR PUSTAKA

Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Depkes RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Depkes.

Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Guyton, A.C. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et
al. Jakarta : EGC

Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung

Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.

Lampiran

Penentuan sifat fisik urin

Penentuan Volume Penentuan Kejernihan

Penentuan Warna Penentuan pH


Penentuan berapa komponen yang terdapat dalam urin

Penentuan garam-garam ammonia

Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan

Pemeriksaan sulfat anorganik dan sulfat eterial


Tes Mureskid

Ditambah 4 tetes HNO3 Ditambah NH3

Penentuan glukosa berlebih pada urin tidak normal

Anda mungkin juga menyukai