Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET PARASETAMOL
SECARA IN-VITRO MENGGUNAKAN UJI DISOLUSI

Nama : Duta Nugraha Febrianto


NIM : 1901086
Hari Praktikum : Selasa, 8 November 2021 (11.00 – 14.00)
Dosen Pengampu : Dr. Apt. Wira Noviana Suhery, M.Farm.
Asisten Dosen : Fintolin Jaya Putri
Regina Allaya, S. Farm
Yanto

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
PERCOBAAN III
UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET PARASETAMOL
SECARA IN-VITRO MENGGUNAKAN UJI DISOLUSI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mahasiswa mampu melakukan uji disolusi sediaan tablet sesuai dengan persyaratan
Farmakope Indonesia
b. Mahasiswa mampu membandingkan biovailabilitas antara obat merk dagang dengan
obat generik
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bioavailabilitas merupakan suatu ukuran kecepatan dan jumlah zat aktif yang
berada dalam sirkulasi sistemik dan mampu mencapai tempat aksi. Ketersediaan hayati
suatu obat dapat dapat dinyatakan dalam ketersediaan hayati absolut atau ketersediaan
hayati relatif. Sirkulasi sistemik disini mencakup vena (kecuali vena porta) dan arteri
selama fase absorpsi setelah rute peroral Banyak proses dilalui oleh obat sebelum obat
mencapai sirkulasi sistemik seperti disolusi, difusi, proses pengosongan padalambung,
waktu transit di usus dan absorpsi intrinsik obat di tempatnya yang berbeda setelah obat
melarut Parameter bioavailabilitas merupakan indikator penting dalam kontrol kualitas
suatu produk obat serta bermanfaat untuk memperkirakan efektifitas terapi.
(Shargel,2005)
Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut. Maka
kecepatan disolusi dapat dinyatakan sebagai jumlah zat dalam bentuk padatan yang
terlarut dalam pelarut tertentu sebagai fungsi dari waktu. Prinsip disolusi dikendalikan
oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut (Amir,2007).
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk sediaan
utuh / pecahan atau partikel yang berasal dari suatu bentuk sediaan itu sendiri. Kecepatan
disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah
zat aktif yang terdisolusi perurut waktu dibawah kondisi antar permukaan padat – cair,
suhu dan komposisi media yang dibakukan kecepatan pelarutan memberikan informasi
tentang profil proses pelarutan persatuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah
ditemukan oleh Noyes dan Whitney sejak tahun 1897 dan diformulasikan secara
matematis sebagai berikut:
dc / dt : kecepatan pelarutan
Cs : Kelarutan
Ct : Konsentrasi bahan dalam larutan untuk waktu t
K : Konstanta yang membandingkan koefisien difusi, volume larutan jenuh dan
tebal lapisan difusi. (Shargel,2005)
Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan obat dan
tablet melarut menjadi sangat menentukan. Karena itu, laju larut dapat berhubungan
langsung dengan efikasi (kemanjuran) dan perbedaan bioavaibilitas dari berbagai
formula. Karena itu, dilakukannya evaluasi mengenai apakah suatu tablet melepas
kandungan zat aktifnya atau tidak bila berada di saluran cerna, menjadi minat utama dari
para ahli farmasi (Voigt, 1995).

Diperkirakan bahwa pelepasan paling langsung obat dari formula tablet


diperoleh dengan mengukur bioavaibilitas in vivo. Ada berbagai alasan mengapa
penggunaan in vivo menjadi sangat terbatas, yaitu lamanya waktu yang diperlukan
untuk merencanakan, melakukan, dan mengitepretasi; tingginya keterampilan yang
diperlukan bagi pengkajian pada manusia.; ketepatan yang rendah serta besarnya
penyimpangan pengukuran; besarnya biaya yang diperlukan; pemakaian manusia
sebagai obyek bagi penelitian yang “nonesensial”; dan keharusan menganggap adanya
hubungan yang sempurna antara manusia yang sehat dan tidak sehat yang digunakan
dalam uji. Dengan demikian, uji disolusi secara in vitro dipakai dan dikembangkan
secara luas, dan secara tidak langsung dipakai untuk mengukur bioavabilitas obat,
terutama pada penentuan pendahuluan dari faktor-faktor formulasi dan berbagai metoda
pembuatan yang tampaknya akan mempengaruhi bioavaibilitas. Seperti pada setiap uji
in vitro, sangat penting untuk menghubungkan uji disolusi dengan tes bioavaibilitas in
vitro. Ada dua sasaran dalam mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk
menunjukkan :
1. Penglepasan obat dari tablet kalau dapat mendekati 100%
2. Laju penglepasan obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju
penglepasan dari batch yang telah dibuktikan bioavaibilitas dan efektif secara
klinis (Shargel, 1988).
Tes kecepatan melarut telah didesain untuk mengukur berapa kecepatan zat aktif
dari satu tablet atau kapsul melarut ke dalam larutan. Hal ini perlu diketahui sebagai
indikator kualitas dan dapat memberikan informasi sangat berharga tentang konsistensi
dari “batch” satu ke “batch” lainnya. Tes disolusi ini didesain untuk membandingkan
kecepatan melarutnya suatu obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi dan
ketentuan yang sama dan dapat diulangi (Shargel, 1988).
Secara singkat, alat untuk menguji karakteristik disolusi sediaan padat kapsul
atau tablet terdiri dari (1) motor pengaduk sengan kecepatan yang dapat diubah, (2)
keranjang baja stainless berbentuk silider atau dayung untuk ditempelkan ke ujung
batang pengaduk, (3) bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan
volume 1000 ml, bertutup sesuai dengan ditengah tengahnnya ada tempat untuk
menepelkan pengaduk, ada lubang tempat masuk pada 3 temoat, dua untuk
memindahkan contoh dan satu untuk menepatkan termomoeter, dan (4) penangas air
yang sesuai untuk menjaga temperature pada media disolusi (seperti yang dicantumkan
dalam masing masing monografi ditempatkan dalm bejana dan dibiarkan mencapai
temperature 37 0 5 . kemudian suatu tablet atau kapsul yang diuji dicelupkan ke

dalam bejana atau diteoatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan
seperti yag ditetapkan dalam monografi. Pada waktu waktu tertentu contoh dari mesin
diambil untuk analisis ini dari bagian obat yang terlarut. Tablet atau kapsul harus
emmenuhi persyaratan seperti yag tertera dalam monografi untu kecepatan disolusi.
(Anonim , 1995)
Pada penentuan kecepatan disolusi dari bentuk sediaan paadt terlibat berbagai
macam proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses
pembasahan sediaan , kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses
pengembangan, proses disintegrasi dan deagregasi sediaan merupakan faktor yang
mempengaruhi karakteristik disolusi obat sediaan. (Ansel, 1989)
III. PROSEDUR KERJA
a. Alat
 Disulution tester  Labu takar
 Spektorfotometer UV  Beaker glass
 Kuvet  Vial
 Pipet volume
b. Bahan
 tablet paracetamol generik 500 mg
 Panadol tablet 500 mg
 Dapar fosfat
 Aquadest
c. Prosedur
A. Pembuatan dapat fosfat pH 5,8 (Farmakope Indonesia Edisi IV)
1. Pembuatan dapar fosfat pH 5,8 dicampurkan 250 ml kalium dihydrogen
fosfat 0,2 M dengan 18 ml natrium hidroksida 0,2 N diencerkan dengan air
bebas karbon dioksida secukupnya hingga 1000 ml
B. Pembuatan kurva kalibrasi paracetamol dalam larutan dapar fosfat pH 5,8
1. Buat larutan induk parasetamol 1000 ppm sebanyak 50 ml dalam dapar fosfat
pH 5,8
2. Buat pengenceran dengan seri kadar 2, 4, 6, 8, 10, 12 ppm masing-masing
sebanyak 10 ml, yang dibuat dari pengenceran larutan induk.
3. Ambil salah satu konsentrasi larutan tersebut (misal 10 ppm), ukur
serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Tentukan panjang
gelombang serapan maksimumnya.
4. Tentukan serapan masing-masing larutan hasil pengenceran pada panjang
gelombang serapan maksimum yang diperoleh pada poin B.3.
5. Tentukan kurva kalibrasi dan persamaan regresi dari hasil pengukuran
tersebut (y = a + bx)
C. Uji disolusi tablet paracetamol
1. Pengujian dilakukan terhadap sampel uji 6 tablet parasetamol dari Panadol®
dan 6 tablet parasetamol generik
2. Siapkan alat uji disolusi metoda dayung.
3. Masing-masing labu disolusi diisi dengan medium disolusi dapar pospat pH
5,8 sebanyak 900 ml, biarkan sampai suhu medium disolusi mencapai 37±0,5
°C
4. Masukkan masing-masing 1 tablet kedalam tiap labu disolusi, kemudian
nyalakan rotor pengaduk dayung dengan kecepatan 50 RPM
5. Larutan dipipet dari labu disolusi sebanyak 5 ml pada menit ke 5, 10, 15,20,
dan 30
6. Setiap pemipetan medium diganti dengan medium segar jumlah yang sama
7. Tentukan serapan dari larutan uji menggunakan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh pada poin B.3,
lakukan pengenceran jika diperlukan.
8. Hitung jumlah parasetamol yang terdisolusi persatuan waktu dengan
menggunakan persamaan regresi
9. Buat kurva persen terdisolusi VS waktu
10. Hitung nilai Q (%), efisiensi disolusi (DE), f2 dan f1
11. Beri penjelasan dan pembahasan terhadap hasil yang Anda dapatkan

IV. HASIL

Kurva kalibrasi Paracetamol generik 500 mg (genap)

Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm Sampel Paracetamol


(Genap)
50 𝑚𝑔 50000 𝑚𝑔 Konsentrasi
50 mg dalam 50 ml = = = 1000 ppm Absorban
50 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙
(ppm)
Pengenceran 2 0.140
 2 ppm
4 0.288
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 2 ppm 6 0.430
20
V1 = 1000 = 0,02 x 1000 = 20 ml
 4 ppm 8 0.545
V1 x C1 = V2 x C2 10 0.716
V1 x 1000 = 10 ml x 4 ppm
40
V1 = 1000 = 0,04 x 1000 = 40 ml 12 0.852
 6 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 6 ppm
60
V1 = 1000 = 0,06 x 1000 = 60 ml
 8 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 8 ppm
80
V1 = 1000 = 0,08 x 1000 = 80 ml
 10 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 10 ppm
100
V1 = 1000 = 0,1 x 1000 = 100 ml
Perhitungan kadar C (ppm)
Menit ke 5 0,2173
0,3794 0,1985 y = 0,070 µ + 0,000
y = 0,070 µ + 0,000 y = 0,070 µ + 0,000 0,2173 = 0,070 µ + 0,000
0,3794 = 0,070 µ + 0,000 0,1985 = 0,070 µ + 0,000 0,2173 = 0,070 µ
0,3794 = 0,070 µ 0,1985 = 0,070 µ µ = 3,1043 µ 100
µ = 5,42 µ 100 µ = 2,835 µ 100 µ = 310,43 ppm
µ = 542 ppm µ = 283,5 ppm 0,0800
0,3623 0,2808 y = 0,070 µ + 0,000
y = 0,070 µ + 0,000 y = 0,070 µ + 0,000 0,0800 = 0,070 µ + 0,000
0,3623 = 0,070 µ + 0,000 0,2808 = 0,070 µ + 0,000 0,0800 = 0,070 µ
0,3623 = 0,070 µ 0,2808 = 0,070 µ µ = 1,1428 µ 100
µ = 5,176 µ 100 µ = 4,0114 µ 100 µ = 114,28 ppm
µ = 517,6 ppm µ = 401,14 ppm

Menit ke 10
0,3544 0,2450 0,2579
y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,3544 = 0,070 x + 0,000 0,2450 = 0,070 x + 0,000 0,2579 = 0,070 x + 0,000
0,3544 = 0,070 x 0, 2450 = 0,070 x 0,2579 = 0,070 x
x = 5,0628 x 100 x = 3,5 x 100 x = 3,6842 x 100
x = 506,28 ppm x = 350 ppm x = 3368,42 ppm

0,2748 0,2337 0,2118


y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,2748 = 0,070 x + 0,000 0,2337 = 0,070 x + 0,000 0,2118 = 0,070 x + 0,000
0,2748 = 0,070 x 0,2337 = 0,070 x 0,2118 = 0,070 x
x = 3,9257 x 100 x = 3,3385 x 100 x = 3,0257 x 100
x = 392,57 ppm x = 333,85 ppm x = 302,57 ppm

Menit ke 15
0,3409 0,2874 = 0,070 x 0,3352
y = 0,070 x + 0,000 x = 4,105 x 100 y = 0,070 x + 0,000
0,3409 = 0,070 x + 0,000 x = 410,5 ppm 0,3352 = 0,070 x + 0,000
0,3409 = 0,070 x 0,3236 0,3352 = 0,070 x
x = 4,87 x 100 y = 0,070 x + 0,000 x = 4,788 x 100
x = 487 ppm 0,3236 = 0,070 x + 0,000 x = 478,8 ppm
0,2874 0,3236 = 0,070 x 0,2727
y = 0,070 x + 0,000 x = 4,623 x 100 y = 0,070 x + 0,000
0,2874 = 0,070 x + 0,000 x = 462,3 ppm 0,2727 = 0,070 x + 0,000
0,2727 = 0,070 x 0,2705 0,2705 = 0,070 x
x = 3,895 x 100 y = 0,070 x + 0,000 x = 3,864 x 100
x = 3,895 ppm 0,2705 = 0,070 x + 0,000 x = 386,4 ppm

Menit ke 20

0,3792
y = 0,070 x + 0,000 0,3236 0,2727
0,3792 = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,3792 = 0,070 x 0,3236 = 0,070 x + 0,000 0,2727 = 0,070 x + 0,000
x = 5,417 x 100 0,3236 = 0,070 x 0,2727 = 0,070 x
x = 541,7 ppm x = 4,623 x 100 x = 3,895 x 100
x = 462,3 ppm x = 3,895 ppm
0,2954
y = 0,070 x + 0,000 0,3352 0,2705
0,2954 = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,2954 = 0,070 x 0,3352 = 0,070 x + 0,000 0,2705 = 0,070 x + 0,000
x = 4,22 x 100 0,3352 = 0,070 x 0,2705 = 0,070 x
x = 422 ppm x = 4,788 x 100 x = 3,864 x 100
x = 478,8 ppm x = 386,4 ppm

Menit ke 30
0,3140 0,3466 0,3508
y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,3140 = 0,070 x + 0,000 0,3466 = 0,070 x + 0,000 0,3508 = 0,070 x + 0,000
0,3140 = 0,070 x 0,3466 = 0,070 x 0,3508 = 0,070 x
x = 4,486 x 100 x = 4,951 x 100 x = 5,0114 x 100
x = 448,6 ppm x = 495,1 ppm x = 501,14 ppm

0,3887 0,3179 0,2600


y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000 y = 0,070 x + 0,000
0,3887 = 0,070 x + 0,000 0,3179 = 0,070 x + 0,000 0,2600 = 0,070 x + 0,000
0,3887 = 0,070 x 0,3179 = 0,070 x 0,2600 = 0,070 x
x = 5,553 x 100 x = 4,541 x 100 x = 3,714 x 100
x = 555,3 ppm x = 454,1 ppm x = 371,4 ppm
Perhitungan c rata-rata
542 + 517,6 + 283,5 + 401,14 +310,43+114,28
 Menit ke 5 = = 361,49 mg
6
506,28 + 350 + 368,42 + 392,57 +333,85+302,57
 Menit ke 10 = = 375,615 mg
6
487 +364,1 + 381,4 + 410,5 +359 +39,71
 Menit ke 15 = = 398,95 mg
6
541,7+462,3 + 389,5 + 422 +478,8+386,4
 Menit ke 20 = = 446,78 mg
6
448,6+495,1 + 501,14 + 655,3 +454,1+371,4
 Menit ke 30 = = 470,94 mg
6

Perhitungan jumlah
 Menit ke 5 = 361,49 mg x 900 ml = 325.341 mg
 Menit ke 10 = 375,615 mg x 900 ml = 338.053,5 mg
 Menit ke 15 = 398,95 mg x 900 ml = 359.055 mg
 Menit ke 20 = 446,78 mg x 900 ml = 402.102 mg
 Menit ke 30 = 470,94 mg x 900 ml = 423.846 mg
Perhitungan FK
5 𝑚𝑙
 Menit ke 5 = 900 𝑚𝑙 x 0 = 0 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 10 = 900 𝑚𝑙 x 325.341 = 1.807,45 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 15 = 900 𝑚𝑙 x 338.053,5 = 1.878,075 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 20 = 900 𝑚𝑙 x 359.055 = 1.994,75 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 30 = 900 𝑚𝑙 x 402.102 = 2.233,9 mg
Perhitungan jumlah total
325.341 + 0
 Menit ke 5 = 1000
= 325,341 𝑚𝑔
338.053,5 + 1.807,45
 Menit ke 10 = 1000
= 339,86 𝑚𝑔
359.055 + 1.878,075
 Menit ke 15 = 1000
= 360.933,075 𝑚𝑔
402,102 + 1.994,75
 Menit ke 20 = 1000
= 404,096 mg
423,0846 + 2.233,9
 Menit ke 30 = 1000
= 426,079 𝑚𝑔
Perhitungan %terdisolusi
325,341
 Menit ke 5 = 500 𝑥 100% = 65,06%
339,86
 Menit ke 10 = 500
𝑥 100% = 67,97%
360,933.075
 Menit ke 15 = 500
𝑥 100% = 72,18%
404,096
 Menit ke 20 = 500
𝑥 100% = 80,81%
426,079
Menit ke 30 = 𝑥 100% = 85,21%
500

Hasil uji disolusi tablet paracetamol 500 mg


Kadar C rata- Jumlah FK Jumlah total
Waktu (c) (µg) 𝟓 %terdispersi
Absorbansi rata (mg) 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂
∑𝟔 𝒙 𝑪 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 + 𝑭𝑲
(menit) C=(y- C x 900 𝟗𝟎𝟎
− 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔
a)/b 𝟔 ml 𝟏𝟎𝟎𝟎
a. 0,3794 542
b. 0,3623 517,6
5 c. 0,1985 283,5 361,49 325.341 0 325,341 65,06%
d. 0,2808 401,14
e. 0,2173 310,43
f. 0,0800 114,28
a. 0,3544 506,28
b. 0,2450 350
10 c. 0,2579 368,42 375,615 338.053,5 1.807,45 339,86 67,97%
d. 0,2748 392,57
e. 0,2337 333,85
f. 0,2118 302,57
a. 0,3409 487
b. 0,2549 364,1
15 c. 0,2670 381,4 398,95 359.055 1.878,075 360.933,075 75,18%
d. 0,2874 410,5
e. 0,2513 359
f. 0,2780 397,1
a. 0,3792 541,7
b. 0,3236 462,3
20 c. 0,2727 389,5 446,78 402.102 1.994,75 404.096 80.81%
d. 0,2954 422
e. 0,3352 478,8
f. 0,2705 386,4
a. 0,3140 448,5
b. 0,3466 495,1
c. 0,3508 501,11
30 470,94 423,846 2.233,9 426.079 85,21%
d. 0,3887 553,3
e. 0,3179 451,1
f. 0,2600 371,4
Kurva kalibrasi Panadol 500 mg (ganjil)
Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm
50 𝑚𝑔 50000 𝑚𝑔
50 mg dalam 50 ml = = = 1000 ppm
50 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙

Pengenceran
Sampel Panadol (Ganjil)
 2 ppm
V1 x C1 = V2 x C2 Konsentrasi
Absorban
(ppm)
V1 x 1000 = 10 ml x 2 ppm
20 2 0.15
V1 = 1000 = 0,02 x 1000 = 20 ml
 4 ppm 4 0.258
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 4 ppm 6 0.431
40
V1 = 1000 = 0,04 x 1000 = 40 ml
8 0.563
 6 ppm
V1 x C1 = V2 x C2 10 0.682
V1 x 1000 = 10 ml x 6 ppm
60 12 0.827
V1 = 1000 = 0,06 x 1000 = 60 ml
 8 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 8 ppm
80
V1 = 1000 = 0,08 x 1000 = 80 ml
 10 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 = 10 ml x 10 ppm
100
V1 = 1000 = 0,1 x 1000 = 100 ml
Perhitungan kadar C
Menit ke 5
0,2997 0,0324 0,6097
y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,2997 = 0,0688 µ 0,0324 = 0,0688 µ 0,6097 = 0,0688 µ
+0,0034 +0,0034 +0,0034
0,2963 = 0,0688 µ 0,029 = 0,0688 µ 0,0663 = 0,0688 µ
µ = 4,3066 x 100 µ = 0,4215 x 100 µ = 8,8125 x 100
µ = 430,68 ppm µ = 42,15 ppm µ = 881,25 ppm

0,3331 0,5095 0,5311


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,3331 = 0,0688 µ 0,5095 = 0,0688 µ 0,5311 = 0,0688 µ+
+0,0034 +0,0034 0,0034
0,3297 = 0,0688 µ 0,5061 = 0,0688 µ 0,5277 = 0,0688 µ
µ = 4,7921 x 100 µ = 7,3561 x 100 µ = 7,6700 x 100
µ = 479,21 ppm µ =735,61 ppm µ =767,00ppm

Menit ke 10

0,3749 0,5123 0,3446


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,3749 =0,0688 µ + 0,5123 =0,0688 µ + 0,3446 =0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,3715 = 0,0688 µ 0,5089 = 0,0688 µ 0,3412 = 0,0688 µ
µ = 5,3997 x 100 µ = 7,3968 x 100 µ = 4,9593 x 100
µ = 539,97 ppm µ = 739,68 ppm µ = 495,93 ppm

0,4049 0,8914 0,5410


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,4049 =0,0688 µ + 0,8914 =0,0688 µ + 0,5410= 0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,4015 = 0,0688 µ 0,888 = 0,0688 µ 0,5376 = 0,0688 µ
µ = 5,8357 x 100 µ = 12,9069 x 100 µ = 7,8139 x 100
µ = 583,57 ppm µ = 1.290,69 ppm µ =781,39 ppm
Menit ke 15
0,4163 0,5074 0,6213
y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,4163 =0,0688 µ + 0,5074 =0,0688 µ + 0,6213 =0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,4126 = 0,0688 µ 0,504 = 0,0688 µ 0,6179 = 0,0688 µ
µ = 6,0014 x 100 µ = 7,3255 x 100 µ = 8,9811 x 100
µ = 600,14 ppm µ = 732,55pm µ = 898,11 ppm
0,3894 0,1301 0,4069
y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,3894= 0,0688 µ + 0,1301 =0,0688 µ + 0,4069 =0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,386 = 0,0688 µ 0,1267 = 0,0688 µ 0,4035 = 0,0688 µ
µ = 5.6104 x 100 µ = 1,8415 x 100 µ = 5,8648 x 100
µ = 561,04 ppm µ = 184,15 ppm µ = 586,48 ppm

Menit ke 20

0,3942 0,6627 0,4017


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,3942 =0,0688 µ + 0,6627 =0,0688 µ + 0,4017=0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,3458 = 0,0688 µ 0,6593 = 0,0688 µ 0,3983 = 0,0688 µ
µ = 5,6802 x 100 µ = 9,5828 x 100 µ = 5,7892 x 100
µ = 568,02 ppm µ = 958,28 ppm µ = 578,92 ppm

0,6198 0,4233 0,3810


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,6198 =0,0688 µ + 0,4233 =0,0688 µ + 0,3810 =0,0688 µ +
0,0034 0,0034 0,0034
0,6164 = 0,0688 µ 0,4199 = 0,0688 µ 0,3776 = 0,0688 µ
µ = 8,9593 x 100 µ = 6,10319 x 100 µ = 5,4883 x 100
µ = 895,93 ppm µ = 610,319 ppm µ = 548,83 ppm
Menit ke 30
0,4022 0,4417 0,3850
y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,4022 = 0,0688 µ 0,4417 = 0,0688 µ 0,3850 = 0,0688 µ
+0,0034 +0,0034 +0,0034
0,3988 = 0,0688 µ 0,4383 = 0,0688 µ 0,3816 = 0,0688 µ
µ = 5,7965 x 100 µ = 6,3706 x 100 µ = 5,5465 x 100
µ = 579,65 ppm µ = 637,06 ppm µ = 554,65 ppm

0,0543 0,4470 1,0043


y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034 y = 0,0688 µ + 0,0034
0,0543 = 0,0688 µ 0,4470= 0,0688 µ + 1,0043= 0,0688 µ +
+0,0034 0,0034 0,0034
0,0509 = 0,0688 µ 0,4436 = 0,0688 µ 1,0009 = 0,0688 µ
µ = 0,7398 x 100 µ = 6,4476 x 100 µ = 14,5479 x 100
µ = 73,98 ppm µ = 644,76 ppm µ = 1454,79 ppm
Perhitungan C rata-rata
430,68+42,12+881,25+479,21+735,61+767,00
 Menit ke 5 = = 555,98 µg
6
539,97+739,68 +495,93 + 583,57 + 1290,69 +781,39
 Menit ke 10 = = 738,53 µg
6
600,14 + 898,11+184,15 + 732,55 + 561,04 +586,48
 Menit ke 15 = = 593,745 µg
6
568,02 + 958,28 +578,92 + 895,93 + 610,32+548,83
 Menit ke 20 = = 693,38 µg
6
430,68+42,12+881,25+479,21+735,61+767,00
 Menit ke 30 = = 657,48 µg
6
Perhitungan Jumlah
 Menit ke 5 = 555,98 x 900 ml = 500.382 mg
 Menit ke 10 = 738,53 x 900 ml = 664.677 mg
 Menit ke 15 = 593,745 x 900 ml = 534.370 mg
 Menit ke 20 = 693,38 x 900 ml = 624.042 mg
 Menit ke 30 = 657,48 x 900 ml = 591.732 mg

Perhitungan FK (Faktor Korelasi)


5 𝑚𝑙
 Menit ke 5 = x 0 mg = 0mg
900 𝑚𝑙
5 𝑚𝑙
 Menit ke 10 = 900 𝑚𝑙 x 500.382 mg = 2.779,9 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 15 = 900 𝑚𝑙 x 664.677 mg = 3.692,65 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 20 = 900 𝑚𝑙 x 534.370 mg = 2.968,72 mg
5 𝑚𝑙
 Menit ke 30 = 900 𝑚𝑙 x 624.042 mg = 3.287,4 mg

Perhitungan Jumlah Total


500.382+0
 Menit ke 5 = = 500.382 mg
1000
664.677 +2.779,9
 Menit ke 10 = = 667.456 mg
1000
534.370 +3.692,65
 Menit ke 15 = = 538.06 mg
1000
624.042 +2.968,72
 Menit ke 20 = = 627.010 mg
1000
591.732+3.287,4
 Menit ke 30 = = 595.019 mg
1000

Perhitungan % terdisolusi

500,382
 Menit ke 5 = 500 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 100,07%
667,456
 Menit ke 10 = 500 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 133,49%
538,06
 Menit ke 15 = 500 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 107,61%
627,010
 Menit ke 20 = 500 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 125,40%
595,019
 Menit ke 30 = 500 𝑚𝑔 𝑥 100 % = 119,003%

Hasil uji disolusi tablet Panadol 500 mg


C rata- Jumlah FK Jumlah total
Waktu Kadar (c) (µg) 𝟓 %terdispersi
Absorbansi rata (mg) 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒓𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂
∑𝟔 𝒙 𝑪 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 + 𝑭𝑲
(menit) C=(y-a)/b C x 900 𝟗𝟎𝟎
− 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔
𝟔 ml 𝟏𝟎𝟎𝟎
a. 0,2997 430,68
b. 0,0324 42,15
5 c. 0,6097 881,25 555,98 500.382 0 500,382 100,07%
d. 0,3331 479,21
e. 0,5095 735,61
f. 0,5311 767,00
a. 0,3479 539,97
b. 0,5123 739,68
10 c. 0,3446 495,93 738,53 664,677 2.779,9 667,456 133,49%
d. 0,4049 583,57
e. 0,8914 1290,68
f. 0,5410 781,39
600,14
a. 0,14163
898,11
b. 0,6213
15 184,15 539,745 534.370 3.692,65 538,06 107,61%
c. 0,1301
732,55
d. 0,5074
561,04
e. 0,4069
589,48
a. 0,3942 568,02
b. 0,6627 958,28
20 c. 0,4017 578,92 639,48 624.042 2.968,72 627,010 125,40%
d. 0,6198 895,93
e. 0,4233 610,32
f. 0,3810 548,83
a. 0,4022 579,65
b. 0,4417 637,06
c. 0,3850 554,65
30 657,48 591.732 3.287,4 595,019 119,04%
d. 0,0543 73,98
e. 0,4470 644,76
f. 1,0043 1454,79
Kurva profil disolusi

Waktu
% terdisolusi generik dan bermerk % terdisolusi generik
(menit)

5 100,7% 65,06%

10 133,49% 67,97%

15 107,61% 72,35%

20 125,40% 80,81%

30 119,04% 85,21%

Hasil perhitungan factor kemiripan (f2), factor perbedaan (f1) uji disolusi paracetamol
merk dagang Panadol dan paracetamol generik 500 mg

Paracetamol
Paracetamol
Waktu (menit) merk Panadol R-T (R-T)2
generik (T)
(R)

5 100,07% 65,06% 35,01% 1.225,7001%

10 133,49% 67,97% 65,52% 4.292,8704%

15 107,61% 72,35% 35,26% 1.243,2676%


20 125,40% 80,81% 44,39% 1.988,2681%

30 119,04% 85,21% 33,83% 1.144,4688%

∑ 585,61% 371,4% 214,21% 9.894,5751%

Factor kemiripan (f2)

1 −0,5
F2 = 50 log {[1 + ∑𝑛𝑡−1(𝑅𝑡 − 𝑇𝑡)2 ] 𝑥 100 }
𝑛

1 −0,5
F2 = 50 log {[1 + (9894,57)] 𝑥 100 }
5

F2 = 50 log {[1 + 1.978,91]−0,5 𝑥 100 }

F2 = 50 log {[1.978,91]−0,5 𝑥 100 }

F2 = 50 log (0,02247 x 100)

F2 = 50 log 2,20473

F2 = 17,58

Factor perbedaan (f1)

∑𝑛
𝑡−`(𝑅𝑡−𝑇𝑡)
F1 = 100 [ ∑𝑛
]
𝑡−1 𝑅

214,21
F1 = 100 [585,61]

F1 = 100 [0,3657]

F1 = 36,57%
V. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan secara offline dengan tentang uji perbandingan
bioavailabilitas sediaan tablet parasetamol secara in vitro dengan menggunakan uji
disolusi. Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam
larutan suatu medium. Uji disolusi ini digunakan untuk mengetahui persyaratan disolusi
yang tertera dalam monografi sediaan tablet, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa
tablet harus dikunyah atau tidak memerlukan uji disolusi. Disolusi suatu tablet
merupakan jumlah atau persen zat aktif dari suatu sediaan padat yang larut pada waktu
waktu tertentu dalam kondisi baku misal pada suhu, kecepatan pengadukan, dan
komposisi media tertentu. Dari uji disolusi ini dapat dilihat kualitas dan bioavailabilitas
suatu obat, karena bioavailabilitas merupakan kecepatan dari jumlah obat aktif yang
mencapai sirkulasi sistemik.
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat melakukan uji disolusi sediaan
tablet sesuai dengan persyaratan farmakope indonesia serta dapat membandingkan
biavailabilitas antara obat merk dagang dengan obat generik. Bioavailabilitas dari
produk obat sering menentukan efikasi terapeutik dari obat tersebut karena hal ini
mempengaruhi onset, intensitas, dan durasi dari respon terapeutik obat tersebut.
Sampel obat pada percobaan ini adalah paracetamol generik (sampel kelompok
genap) dan dibandingkan dengan Parasetamol paten atau dalam hal ini Panadol yang
mempunyai dosis yang sama seperti perbandingan sediaan tablet paracetamol paten
500mg dengan generic yaitu 500mg/tablet. Perbandingan ini bisa disebut bioekivalen
apabila jumlah dan kecepatan obat aktif dapat mencapai sirkulasi sistemik dari
keduanya tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
Persiapan sebelum memulai percobaan adalah pembuatan dapar fosfat pH 5,8.
Kemudian dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dan kurva kalibrasi
dengan spektrofotometri ultraviolet. Pada percobaan diperoleh panjang gelombang
maksimum 243 nm yang sudah sesuai dengan literature FI ed 5, tujuan penentuan
gelombang maksimum agar tahu serapan maksimum nya sehingga memberi gambaran
hasil yang maksimal. Dari penentuan kurva kalibrasi ini diperoleh persamaan regresi
yang dapat digunakan untuk menghitung kadar Parasetamol terdisolusi
Selanjutnya dilakukan percobaan uji disolusi dilakukan dengan menggunakan
metode dayung dan medium disolusi dapar phospat pH 5,8 sebanyak 900 mL. Dalam
melakukan uji disolusi in vitro sebisanya dilakukan sama dengan keadaan in vivo
melalui kondisi sink. Untuk menciptakan kondisi sink maka uji disolusi dilakukan
dengan volume media disolusi yang besar pada pratikum dilakukan sebanyak 900ml
atau dengan selalu melakukan penggantian media disolusi yang diambil dengan media
disolusi yang baru sehingga konsentrasi dalam media disolusi tidak pernah mencapai
10-15% dari kelarutan jenuhnya.
Kecepatan putar dayung 50 rpm kemudian dibiarkan hingga suhu medium
mencapai 37 0 5℃ yang dibuat dengan kondisi yang mirip dengan suhu tubuh
manusia. Sampling dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 20, 30 sebanyak 5 mL. Setiap
pengambilan larutan diganti dengan medium dengan suhu yang sama sebanyak 5 mL
sehingga volumenya tetap sama. Setiap sampel yang diambil tersebut diukur absorbansi
nya dengan Spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 243 nm. Kemudian
dilakukan perhitungan kadar tiap menit yang diambil. Dalam perhitungan juga
diperlukan factor koreksi. Pada percobaan diperlukan penambahan faktor koreksi
karena setelah pengambilan sampel yang pertama atau setiap pengambilan sampel 5 ml
akan ditambahkan larutan dapar 5 ml untuk tetap menjaga volume dan konsentrasi obat.
Faktor koreksi dihitung dengan volume pengambilan yaitu 5 ml dibagi volume medium
disolusi yaitu 900 ml dikali dengan Q sebelumnya. Nilai Q merupakan jumlah zat aktif
seperti yang tertera pada masing- masing monografi, dinyatakan dalam persen dalam
etiket kecuali dinyatakan lain. Dalam uji disousi tablet parasetamol, obat harus larut
dalam waktu 30 menit dan larut tidak kurang dari 80% parasetamol dari jumlah yang
tertera pada etiket. Pada percobaan ini diperoleh hasil % terdisolusi sebagai berikut:
Waktu Paracetamol merk Paracetamol generik
(menit) Panadol (R) (T)
5 100,07% 65,06%

10 133,49% 67,97%

15 107,61% 72,35%

20 125,40% 80,81%

30 119,04% 85,21%
Dari hasil %terdisolusi tersebut, didapat hasil bahwa tablet paracetamol Panadol
memiliki presen terdisolusi lebih tinggi dari pada paracetamol generik diseluruh menit
terdisolusi. Berdasarkan hasil tersebut, tablet paracetamol Panadol memenuhi
persyaratan uji disolusi karena persyaratan uji disolusi yaitu tidak kurang dari 80%.
Akan tetapi pada tablet paracetamol generik, pada menit ke 5, 10 dan 15, %terdisolusi
tidak memenuhi persyaratan atau dibawah 80%. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena
adanya komposisi pengikat dan disintegran dalam tablet. Yang mana bahan pengikat
dan disintegran mempengaruhi kuat tidaknya ikatan partikel-partikel dalam tablet
tersebut sehingga mempengaruhi pula kemudahan cairan untuk masuk berpenetrasi ke
dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan dalam tablet tersebut. Dalam hal
ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan bobot dari penggunaan bahan
pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi.
Factor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi hasil yang diperoleh,
antara lain :

 Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.


 Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet beberapa ml.
 Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel menggunakan
pipet volume.
 Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.
 Pengenceran larutan sampel yang tidak akurat
 Faktor lingkungan

Berikutnya dilakukan perhitungan F1 dan F2. Difference factor (f1) akan


mengukur persentase (%) perbedaan antara dua kurva pada tiap waktu dan merupakan
pengukuran relative error antara dua kurva profil disolusi. Similarity factor (f2)
merupakan pengukuran tingkat kemiripan dari persentase (%) disolusi antara dua profil
disolusi obat. Pada hasil pengamatan diperoleh F1 = 36,57% dan F2= 17,58.
Kurva profil disolusi akan dinyatakan mirip jika nilai F1 mendekati 0, di mana
toleransi penerimaan maksimal 15% (rentang 0-15%). Suatu profil disolusi
disimpulkan mirip jika nilai f2 mendekati 100, di mana toleransi penerimaan berada
pada rentang 50-100%. Apabila f2 kurang dari 50 yang memperlihatkan bahwa tidak
terdapat kemiripan profil disolusi produk innovator. Maka dari hasil pengamatan yang
dilakukan pada percobaan ini disimpulkan nilainya yang tidak sesuai dengan
persayaratan.
VI. KESIMPULAN
1. Disolusi merupakan proses ketika suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan atau dengan kata lain proses saat zat padat melarut.
2. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan metode dayung dengan medium
disolusi dapar phospat pH 5,8 sebanyak 900 mL. Kecepatan putar dayung 50 rpm
kemudian dibiarkan hingga suhu medium mencapai 37℃ yang dibuat dengan
kondisi yang mirip dengan suhu tubuh manusia.
3. Adapun hasilnya tablet Panadol memenuhi syarat nilai terdisolusi, akan tetapi pada
tablet paracetamol geneik, pada menit ke 5,10 dan 15 tidak sampai angka
persyaratan, yaitu dibawah 80
4. Kurva profil disolusi akan dinyatakan mirip jika nilai F1 mendekati 0, di mana
toleransi penerimaan maksimal 15% (rentang 0-15%). Suatu profil disolusi
disimpulkan mirip jika nilai f2 mendekati 100, di mana toleransi penerimaan
berada pada rentang 50-100%.
Pada hasil pengamatan diperoleh F1 = 36,57% dan F2= 17,58.. Dari percobaan ini
diperoleh nilai F1 dan F2 yang tidak sesuai dengan persayaratan.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Gaya Baru. Jakarta.

Shargel, dkk. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II. Penerjemah
Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti Sjamsiah, Apt. Airlangga University Press.
Surabaya.

Voight.R.1984. Buku Pelajaran Farmasi Edisi V. Yogyakarta: UGM Press


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai