TEKNIK EVALUASI
BIOAKTIVITAS
“ANTI INFLAMASI”
Salsabila 2001076
05 REVIEW JURNAL
Teb Anti Inflamasi
03 Secara In Vivo
01
ANTI INFLAMASI
DEFINISI
Inflamasi adalah reaksi sistemik Menurut waktu terjadinya, inflamasi
atau lokal dari jaringan dan dibagi menjadi 2 yaitu:
mikrosirkulasi terhadap gangguan ● Inflamasi akut
patogen. Respon inflamasi disebabkan oleh rangsangan sesaat atau
bertujuan untuk melokalisasi dan mendadak (akut).
● inflamasi kronis
mengeliminasi sel-sel yang
disebabkan oleh luka yang berlangsung
terinfeksi, partikel asing,
beberapa minggu, bulan, atau bersifat
mikroorganisme, dan antigen menetap dan merupakan kelanjutan dari
sehingga jaringan dapat kembali inflamasi akut (Sander, 2003).
pada struktur dan fungsi normal
(Rubin & Reisner, 2001).
TANDA-TANDA INFLAMASI DAN OBAT
ANTI INFLAMASI
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat
Tanda-tanda klinis inflamasi antiinflamasi terbagi ke dalam golongan :
berupa: ● Antiinflamasi Steroid
● Rubor (kemerahan) Termasuk golongan obat ini adalah:
● Kalor (panas) prednison,hidrokortison,deksametason, dan
● Dolor (nyeri) betametason (Katzung, 2006).
● Tumor (pembengkakan)
● Antiinflamasi Non Steroid
● Function laesa (kehilangan
Termasuk golongan obat ini adalah : aspirin,
fungsi) (freire & dyke,
ibuprofen, indometasin, diklofenak,
2013). fenilbutazon, dan pirosikam (Katzung, 2006).
02
TEB ANTI INFLAMASI
SECARA IN VITRO
TEB ANTI INFLAMASI SECARA IN VITRO
1. Uji Aktivitas Enzim 2. Stabilisasi sel darah merah
Siklooksigenase-2 (COX2)
metode penghambatan aktivitas Metode ini digunakan karena sel darah merah mirip
enzim COX2 terhadap pembentukan dengan membran lisosom yang dapat mempengaruhi
asam arakidonat dengan proses inflamasi, sehingga jika kestabilan sel darah
menggunakan COX2 inhibitor merah terjaga maka stabilisasi membran lisosom juga
screening assay. Kit yang digunakan akan terjaga. Hal ini ditunjukan melalui stabilisasinya
terdiri atas larutan COX Assay Buffer, terhadap sel darah merah yang di induksi dengan
COX Probe (dalam DMSO), substrat
larutan hipotonik sehingga tidak terjadi lisis pada sel
asam arakidonat, COX Cofactor
(dalam DMSO),NaOH, dan COX2 dan mencegah lepasnya hemoglobin (Hb) (Arifah,
Human Recombinant. 2017).
TEB ANTI INFLAMASI SECARA IN VITRO
3. Denaturasi protein
Tanda paling awal dari reaksi inflamasi di kulit adalah kemerahan (eritema)
yang berhubungan dengan vasodilatasi, dimana belum disertai eksudasi
plasma dan udema. Pada marmot albino reaksi eritema terlihat dua jam
setelah penyinaran UV pada kulit yang telah dicukur. Uji eritema yang
disebabkan UV dapat digunakan untuk mengukur fase vasodilatasi pada
reaksi inflamasi. Prinsip pada uji eritema adalah dengan melihat ada atau
tidaknya efek eritema yang timbul.
Aturan Lipinski dapat menentukan sifat fisikokimia ligan untuk menentukan karakter
hidrofobik/hidrofilik suatu senyawa untuk melalu membran sel oleh difusi pasif. Secara umum
aturan Lipinski menggambarkan solubilitas senyawa tertentu untuk menembus membran sel oleh
difusi pasif. Secara umum aturan Lipinski menggambarkan solubilitas senyawa tertentu untuk
menembus membran sel oleh difusi pasif (Lipinski dkk., 2001).
Metode screening lipinski’s rule of five, meliputi:
1) Berat molekul ˂500 g/mol
2) Lipofilitas ˂5
3) Donor ikatan hidrogen ˂5
4) Akseptor ikatan hidrogen ˂10
5) Refractory molar antara 40 ‒ 130.
Metode Molecular Docking
1. Pemodelan Komputasional:
• Prinsip: Bioinformatika menggunakan pendekatan komputasional dan model
matematika untuk merepresentasikan, menganalisis, dan memahami data
biologis.
2. Analisis Sekuens:
• Prinsip: Analisis sekuens genetik (DNA, RNA) dan protein merupakan
bagian integral dari bioinformatika.
3. Interaksi Molekuler:
• Prinsip: Mempelajari interaksi antara molekul, seperti protein-protein,
protein-ligand, atau interaksi dalam jaringan biologis
Simulasi Epidemiologi
Metode :
.Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan secara in vivo dengan
metode induksi karagenan, sedangkan identifikasi
kandungan kimia secara kualiatif dengan uji fitokimia.
Metode
Alat :
Perangkat komputer ASUS A409UABV3511T dengan prosesor Intel CORE i3, RAM 4GB,
penyimpanan SSD 512GB, Windows 10 (64 bit) dilengkapi program AutoDockTools-1.5.6,
MarvinSketch Version 20.13 2020 dari ChemAxon®, Marvin Sketch, untuk mengetahui ADME,
diperoleh melalui website Predicting Small-Molecule Pharmakokinetic and Toxicity Properties
using Graph-Based Signatures (pkCSM) http://structure.bioc.cam.ac.uk/pkcsm.
Bahan :
• Reseptor yg diperoleh dari situs web Protein Data Bank (PDB) melalui
http://www.rcsb.org/structure/5ikr dengan kode PDB 5IKR yaitu Prostaglandin Sintase 2
(PTGS2)
• Obat pembanding yang digunakan adalah Asam Mefenamat
• Senyawa uji peristrophine diperoleh struktur dua dimensi melalui program MarvinSketch
Version 20.13 2020 dari ChemAxon®
• Gambar struktur tiga dimensi menggunakan program UCSF Chimera Version 1.14 Build 42094.
PROSEDUR PENELITIAN
Struktur 2 dimensi senyawa peristrophine dan Struktur 3 dimensi yaitu preparasi protein
asam mefenamat dioptimasi menggunakan dilakukan menggunakan program UCSF Chimera
program MarvinSketch Version 20.13 2020. Version 1.14 Build 42094.
Sifat fisikokimia senyawa peristrophine dan asam Validasi metode molecular docking : Sebelum
mefenamat diprediksi melalui website pkCSM dan melakukan docking pada senyawa uji maka perlu
memperoleh hasil Hukum 5 Lipinski dari senyawa dilakukan validasi pada reseptor Prostaglandin
yang terdiri atas LogP, molecular weight, num, H- Sintase 2 (PTGS2) dgn ligan asli yg ada pada kode
bond donor, H-bond acceptor. PDB 5IKR. Parameter validasi metode adalah Root
Mean Square Deviation (RMSD). RMSD yang dapat
diterima adalah ≤ 2,0.
Analisis Data : Hasil molecular docking yaitu ikatan hidrogen dan energi ikatan yang
terbentuk. Energi ikatan digunakan untuk mengetahui kekuatan ikatan antara ligan
dengan makromolekul. Semakin rendah nilai energi ikatan, maka ikatan yang
terbentuk semakin kuat dan stabil. Jenis ikatan hidrogen yang terbentuk digunakan
untuk menganalisis mekanisme interaksi yang terbentuk.
Nilai RMSD adalah salah satu kriteria yg digunakan
dalam bidang komputasi. Kriteria nilai RMSD terbaik adalah lebih
kecil dari 2,0 Å artinya memiliki validitas dan reliabilitas yg baik.
Pada Tabel 2 menunjukkan nilai redocking score pada ligan 2 - ((2,3-
dimetilfenil) amino) Asam Mefenamat dengan kode PDB 5IKR
sebesar -7.58 kkal/mol, nilai RMSD yang dihasilkan adalah 0.43 Å
sehingga dapat dinyatakan valid serta memenuhi kriteria dan dapat
dilanjutkan pada tahap pengujian berikutnya.
Docking score adalah nilai yg menunjukkan kekuatan
ikatan antara ligand dengan reseptor. Semakin rendah nilai docking
score menunjukkan bahwa aktivitas biologis yang dihasilkan
semakin baik dikarenakan energi yang diperlukan oleh senyawa
untuk berikatan dengan reseptor semakin rendah dan ikatannya
menjadi stabil.
Nilai docking score oleh kristal ligan memiliki nilai yang lebih kecil sebesar -
7.58 kkal/mol dibandingkan dengan peristrophine yang memiliki nilai docking
score sebesar -6.90 kkal/mol (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa
asam mefenamat memiliki ikatan yang lebih kuat pada reseptor PTGS2
dibandingkan dengan peristrophine. Senyawa peristrophine mampu
berikatan dengan PTGS2 melalui pembentukan ikatan hidrogen pada asam
amino Tyr 385A. Ikatan Tyr 385A merupakan ikatan hidrogen yang sama
antara asam mefenamat dengan PTGS2. Visualisasi interaksi senyawa
pembanding dan senyawa uji terhadap reseptor PTGS2 dapat dilihat pada
Gambar 2.
Parameter selanjutnya yaitu parameter
toksisitas yang ditunjukkan dengan nilai LD50 (Lethal
dose 50). LD50 menggambarkan dosis terapeutik
yang dapat menyebabkan kematian pada hewan uji
sebanyak 50%.
Semakin kecil nilai LD50 maka senyawa
tersebut semakin toksik karena dapat membunuh
setengah dari populasi hewan coba.
Hasil dari prediksi toksisitas dapat dilihat
pada Tabel 3 Senyawa peristrophine memiliki nilai
toksisitas sebesar 650,974 mg/kg, berada pada
toksisitas kelas 4 yang artinya berbahaya jika tertelan
(300 < LD50 ≤ 2000). Sedangkan pada senyawa
pembanding Asam Mefenamat LD50 sebesar 595,50
mg/kg dengan toksisitas kelas 4 yang artinya
berbahaya jika tertelan.
Senyawa uji peristrophine diprediksi lebih
aman dibandingkan Asam Mefenamat karena mamiliki
rentang nilai LD50 yang lebih luas.
Senyawa peristrophine memiliki nilai LogP
yang lebih kecil dibandingkan dengan asam
mefenamat, sehingga asam mefenamat memiliki
molekul yang lebih hidrofobik dibandingkan
dengan peristrophine. Senyawa peristrophine
memenuhi seluruh ketentuan Hukum Lima
Hukum 5 Lipinski menyatakan bahwa senyawa Lipinski, sehingga dapat diprediksi memiliki
akan susah diabsorpsi serta permeabilitasnya kemampuan untuk menembus lipid bilayer
rendah apabila : dengan baik.
• berat molekulnya lebih besar dari 500;
• nilai log koefisien partisi oktanol/air (log P)
lebih besar +5; Pada senyawa peristrophine memiliki 5 ikatan
• ikatan -H donor yg dinyatakan dengan jumlah
interaksi asam amino Tyr 385A dan Arg 120A
gugus O-H dan N-H kurang dari 5;
• ikatan - H aseptor yg dinyatakan dengan melalui ikatan hidrogen; Leu 351A, Ala 527A,
jumlah atom O dan N kurang dari 10. Val 349A melalui ikatan hidrofobik. Senyawa
Jika Hukum 5 Lipinski terpenuhi, maka membran peristrophine memiliki ikatan asam amino
suatu senyawa dapat menembus suatu membran khususnya ikatan hidrogen yang sama dengan
sehingga senyawa tersebut dapat diperkirakan senyawa pembanding pada asam amino Tyr
memiliki daya untuk menembus membran 385A.
biologis yang baik
Kesimpulan :