BIOAKTIVITAS
“SITOTOKSIK
(ANTIKANKER)
KELOMPOK 5
Dosen Pengampu : apt. Novia Sinata, M.Si
KELOMPOK 5
1. Nur Maslina Diaputri Lubis 2201249
2. Siti Rahmatun Nur 2001083
3. Syairah Afrani 2001084
4. Thohira Ilyas 2001085
5. Wahyu Azizah 2001086
6. Whulan Mudia 2001087
7. Wiedya Alfitrya Zamri 2001088
8. Wirda Tul Jannah 2001089
9. Wistiqomah Indasari 2001090
10.Wulan Afril Lianto 2001091
POKOK PEMBAHASAN
01 02 03
SITOTOKSIK METODE PENGUJIAN METODE PENGUJIAN
(ANTIKANKER) SITOTOKSIK SECARA SITOTOKSIK SECARA
IN VITRO IN VIVO
04 05
JURNAL SITOTOKSIK (IN
METODE PENGUJIAN VITRO, IN VIVO, IN
SITOTOKSIK SECARA SILICO)
SILICO
01
SITOTOKSIK
(ANTIKANKER
)
SITOTOKSIK (ANTIKANKER)
Kanker atau neoplasma ganas merupakan kelainan genetic
berupa pertumbuhan sel atau jaringan abnormal dengan jumlah
yang tidak terkendali
Kolorimetri Reagen yang digunakan dalam pengujian klorometri menghasilkan warna sebagai respon terhadap
kelangsungan hidup dan aktivitas metabolisme sel, dapat digunakan untuk sel line yang adherence maupun suspensi, dan
mudah untuk diaplikasikan
Fluorometri dan Luminometri Seperti dengan kolorimetri, metode fluorometri dan luminometri juga merupakan metode
sederhana dalam perkiraan persentase viabilitas sel dan sitotoksisitas. Teknik fluorometri memerlukan platform mikroskop
fluoresensi, fluorometer, plate reader fluoresensi atau flowcyometer. Dibandingkan kolorimetri, teknik fluorometri
memberikan beberapa keunggulan, mislanya hasil lebih halus (refined and subtle) dibandingkan dengan pengujian
kolorimetri.
Metode Sitotoksik In Vitro
A. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Pengujian aktivitas sitotoksik dengan metode (BSLT) mengunakan larva udang Artemia salina
Leach. Larva Artemia salina Leach memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat seperti
sel kanker. Kesamaan lain yang dimiliki Artemia salina Leach adalah membran kulitnya yang
tipis seperti sel kanker. Kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada dalam ekstrak biji
berenuk diharapkan mampu menghambat metabolisme pada larva Artemia salina Leach dan
menyebabkan kematian (Wardana, 2013)
Metode ini dapat digunakan sebagai bioassay giuded fractination dari bahan alam karena
mudah, cepat, murah dan cukup reprodusible.
Beberapa senyawa bioaktif yang telah berhasil diisolasi dan telah dievaluasi aktivitasnya
dengan metode ini menunjukkan adanya korelasi terhadap pengujian spesifik antikanker.
Metode Sitotoksik In Vitro
B. Microculture Tetrazolium Assay (MTT)
PRINSIP:
Terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-
difeniltetrazolium bromid) oleh sistem reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam
rantai respirasi dalam mitokondria. Sel-sel yang hidup membentuk kristal formazan berwarna
ungu dan tidak larut air. Penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) akan melarutkan
kristal berwarna ini yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan ELISA reader .
Singkatnya : sampel yang ditambahkan MTT akan membentuk warna ungu untuk sel yang hidup
dan dihentikan dengan penambahan larutan Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) kemudian diukur
absorbansinya menggunakan ELISA reade dan dilakukan perhitunyan IC50
PAREMETER:
Intensitas warna ungu yang terbentuk proporsional dengan jumlah sel hidup. Sehingga jika
intensitas warna ungu semakin besar, maka berarti jumlah sel hidup semakin banyak.
Metode Sitotoksik In Vitro
C. Tryphan Blue Dye Exclusion Assay
Tryphan Blue Dye Exclusion Assay merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk
menentukan jumlah sel yang hidup didalam suspensi sel. Prinsip dari Tryphan Blue Dye
Exclusion Assay didasarkan pada fakta bahwa sel hidup memiliki membran sel utuh yang
tidak mengambil pewarna tertentu, seperti trypan blue, eosin, atau propidium, sedangkan
sel mati aka mengambil warna
Dalam pengujian ini, suspensi sel dicampur dengan pewarna biru trypan kemudian
diperiksa secara visual atau menggunakan alat hemositometer untuk menentukan apakah
sel mengambil pewarna atau tidak.
Dalam hal ini, sel yang hidup akan memiliki sitoplasma yang jelas, sedangkan sel yang
tidak dapat hidup akan memiliki sitoplasma berwarna biru. Namun, jika disimpan lebih
lama, sel-sel hidup juga menghasilkan dan mengambil warna (Strober, 2015).
Metode Sitotoksik In Vitro
D. Lactic Dehydrogenase Assay
Pada beberapa penelitian telah menggunakan reseptor VEGFR2 dengan kode pdb.
3WZE, karena mengandung ligan sorafenib (kode BAX-1201). Ligan tersebut
mengandung gugus urea (-NHCONH-) yang berfungsi sebagai farmakofor pada
proses interaksi ligan-reseptor, dan senyawa turunan N-(benzoil)-N’-feniltiourea
mengandung gugus yang mirip yaitu -NHCSNH-, yang diharapkan juga dapat
berfungsi sebagai farmakofor (Dai et al., 2008; Curtin et al., 2012, Okamoto et al.,
2015).
Metode Sitotoksik In Silico
2. Prediksi aktivitas (Docking molekul)
Senyawa N-(benzoil)-N’-feniltiourea dan 23 senyawa turunannya serta senyawa pembanding
hidroksiurea dan sorafenib yang akan di-docking digambar struktur molekul 2-D dengan program Chem
Bio Draw Ultra versi 12, kemudian dikopi pada program Chem Bio 3D Ultra versi 12 untuk membuat
struktur 3-D. Setelah diukur energi minimalnya kemudian disimpan dalam bentuk mol2
{SYBYL2(*.mol2)}. Setelah disimpan kemudian dilakukan proses docking terhadap target reseptor
VEGFR2, dengan kode PDB: 3WZE menggunakan program komputer Molegro Virtual Docker versi 5.5.
Hasil yang didapat berupa nilai Rerank Score (RS). RS menggambarkan energi yang diperlukan dalam
proses interaksi ligan-reseptor, dan dari nilai tersebut dapat diprediksi aktivitas antikanker senyawa
melalui hambatan enzim tirosin kinase yang digambarkan dengan target reseptor VEGFR2 (Okamoto et
al.,2015; Siswandono, 2016).
Metode Sitotoksik In Silico
3. Prediksi sifat fisikokimia
Seperti: berat molekul (BM), logaritma koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah ikatan
antar atom yang dapat berotasi (Torsion); Hydrogen Bond Acceptors (HBA), Hydrogen Bond Donors
(HBD), dan Polar Surface Activity (PSA) dilakukan dengan menggunakan pkCSM online tool.
Sebelum dilakukan docking, 23 senyawa turunan N-(benzoil)-N’-feniltiourea serta senyawa
pembanding hidroksiurea dan sorafenib digambar struktur molekul 2-D dengan program Chem Bio Draw
Ultra Versi 12, kemudian dikopi pada program Chem Bio 3D Ultra Versi 12 untuk membuat struktur 3-D,
selanjutnya disimpan dalam bentuk file *.sdf atau *.pdb. Berikutnya, 23 senyawa turunan N-(benzoil)-
N’- feniltiourea serta senyawa pembanding hidroksiurea dan sorafenib, strukturnya diterjemahkan
menjadi bentuk format SMILES dengan menggunakan bantuan Online SMILES Translator J Pharm Sci
Clin Res, 2018, 01 5 (https://cactus.nci.nih.gov/translate/). Dalam bentuk format SMILES inilah senyawa
diproses menggunakan pkCSM online tool (http://biosig.unimelb.edu.au/ pkcsm/prediction) untuk
memprediksi toksisitas senyawa. Untuk memprediksi toksisitas (LD50) per oral pada rodent dan
klasifikasi toksisitas senyawa berdasarkan Globally Harmonized System (GHS) digunakan Protox online
tool (http://tox.charite.de/tox/) (Ruswanto dkk., 2017).
REVIEW
JURNAL
JURNAL UJI SITOTOKSIK IN VIVO
Tujuan dan Metode
Tujuan penelitian :
Pengujian efek antikanker Metode penelitian :
ekstrak rimpang temu mangga Penelitian ini dimaksudkan
dilakukan dengan metode untuk membuktikan adanya
mikronukleus yang digunakan aktivitas antikanker ekstrak
untuk melihat pengaruh ekstrak etanol rimpang temu mangga
terhadap penghambatan baik sebagai agen preventif
pembentukan mikronukleus maupun kuratif.
yang diinduksi siklofosfamid.
Prosedur Kerja
Skrining Fitokimia
Berdasarkan pemeriksaan skrining fitokimia baik terhadap simplisia maupun
ekstrak etanol rimpang temu mangga menunjukkan bahwa keduanya mengandung
senyawa kimia golongan saponin, flavonoida, glikosida, glikosida antrakuinon, dan
steroida/triterpenoida.
HASIL
Aktivitas Antikanker (Kuratif) Aktivitas Antikanker (Preventif)
Pada pengujian aktivitas antikanker Pada pengujian aktivitas antikanker
sebagai upaya penyembuhan juga tampak adanya sebagai pencegahan tampak adanya penurunan jumlah
penurunan jumlah mikonukleus setelah pemberian mikonukleus setelah pemberian ekstrak etanol rimpang
ekstrak etanol rimpang temu manga. Hasil penelitian temu manga. Hasil penelitian ini diperkuat lagi dengan
ini juga diperkuat juga dengan lebih banyaknya sel lebih banyaknya sel darah merah (eritrosit) mature yang
darah merah mature yang bersirkulasi di sistem bersirkulasi di sistem peredaran darah yang diketahui
peredaran darah yang diketahui dari nilai hematokrit dari nilai hematokrit yang lebih tinggi pada kelompok
yang lebih tinggi pada kelompok pemberian ekstrak pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga
etanol rimpang temu mangga dibanding kelompok dibanding kelompok induksi siklofosfamid
induksi siklofosfamid.
PEMBAHASAN
Efek antikanker sebagai pencegahan (preventif) yang dinyatakan dengan penghambatan pembentukan
mikronukleus dan peningkatan nilai hematokrit ini terkait dengan adanya senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak
etanol rimpang temu mangga. Flavonoida merupakan suatu metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan sehingga
mampu mengurangi aktivitas radikal anion superoksida dan hidroksil yang meningkat akibat metabolisme siklofosfamid.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan dosis ekstrak namun aktivitas terbaik tampak
pada dosis 800 mg/kg BB dengan jumlah mikronukleus yang mendekati kelompok CMC 1%, berarti terjadi induksi
pembentukan mikronukleus akibat siklofosfamid yang dapat dihambat pembentukannya dengan pemberian ekstrak etanol
rimpang temu mangga, dengan demikian dapat dinyatakan ekstrak etanol rimpang temu mangga memiliki efek antikanker
sebagai agen preventif.
Adanya aktivitas antikanker sebagai agen kuratif yang dilihat dari induksi pembentukan mikronukleus akibat
siklofosfamid yang dapat dikurangi pembentukannya dengan pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga dimana
aktivitas yang terbaik tampak pada dosis 800 mg/kg BB dengan jumlah mikronukleus yang terbentuk mendekati jumlah
mikronukleus pada kelompok suspemsi CMC 1%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol rimpang temu mangga mengandung senyawa golongan saponin,
flavonoid, glikosida, glikosida antrakuinon, dan steroid/triterpenoid dan memiliki
aktivitas antikanker baik preventif maupun kuratif dengan aktivitas terbaik
tampak pada dosis 800 mg/kg BB yang mendekati nilai pada kelompok suspensi
CMC 1%.
JURNAL UJI SITOTOKSIK IN VITRO
TUJUAN DAN METODE
TUJUAN METODE
• Perangkat lunak dengan spesifikasi intel core i3 • Struktur 3D protein ALK kode pdb 5USQ
generasi ke 10, 2,10 GHz, RAM 8 GB, tipe
Windows 10 operating system 64 bit. • Struktur 3D senyawa phytol
• Software seperti Autodoc, PyRx, Notepad++, • Senyawa evodiamine yang dalam hal ini
Discovery Studio 2021 Client. sebagai control
• Database Pubchem (
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/)
• Gunakan software PyRx dengan menambahkan Gunakan software Discovery Studio 2021
protein ALK tanpa ligan asli, menambahkan
Client untuk menampilkan hasil docking
semua ligan senyawa phytol, evodiamine dan
secara 2D & 3D. Serta dapat memvisualisasi
ligan asli 8LY A 500.
•
hasil molecular docking meliputi nilai binding
Masing-masing ligan akan berinteraksi dengan
protein secara blind docking. af inity, nilai RMSD, berbagai jenis ikatan,
• Setelah molecular docking selesai maka diperoleh dan asam amino yang menjadi lokasi
nilai binding af inity, Root Mean Square penambatan ligan pada protein reseptor
Deviation (RMSD).
Hasil Molecular docking Hasil Visualisasi Docking
Protei Ligan Jenis Binding RMS Protei Ligan Jenis Asam Amino
n Kanke Affinity D n Ikatan
Target r (kcal/mol (Ao) Target
) ALK Phytol Hidrofobi LeuA: 278, Lys: 232,
Phytol -5,8 1,448 5USQ k ValA: 219, AlaA: 230,
ALK Kolore LeuA: 340, IleA: 211,
5USQ Evodamin ktal -7,7 2,074 TyrA: 282
e
Evodiamin Hidrofobi ArgA: 451,
e k ArgA: 472, TyrA: 476,
8LY A 500 -9,8 1,824 AlaA: 481
Hidrogen AlaA: 477, AsnA: 478