PERCOBAAN III
UJI ANTIINFLAMASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflamasi adalah suatu respon terhadap infeksi didalam sel tubuh dan
cedera jaringan. Proses inflamasi mengakibatkan reaksi vascular dimana
cairan elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia
berada pada tempat jaringan yang cedera atau yang mengalami infeksi. Proses
tersebut merupakan suatu perlindungan dari tubuh untuk menetralisir dan
membasmi agen-agen yang berbahaya yang menyebabkan jaringan yang
cedera atau infeksi agar kembali normal dan bekerja fungsinya. Pada kondisi
tertentu, inflamasi yang terjadi menyebabkan bahaya bagi penderita, salah
satu respon bahaya yang ditunjukkan adanya respon inflamasi yaitu reaksi
anafilatik, sehingga dibutuhkan agen inflamasi dari luar tubuh seperti obat
antiinflamasi non steroid yang mudah ditemukan oleh masyarakat.
Penggunaan obat AINS dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan tinniyus,
penurunan pendengaran, dan vertigo (Dhyantari dkk., 2015).
Ada berbagai komponen reaksi inflamasi yang dapat berkontribusi pada
gejala dan cedera jaringan yang terkait. Edema, infiltrasi leukosit, dan
pembentukan granuloma mewakili komponen peradangan tersebut (Solansi
dkk., 2015).
Tanda-tanda inflamasi adalah kemerahan, bengkak, panas dan nyeri.
Banyak obat kimia yang digunakan untuk mencegah inflamasi trsebut, salah
satunya ialah obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah
obat golongan AINS (Antiinflamasi Non Steroid). Efek terapi AINS
berhubungan dengan mekanisme kerja penghambatan pada enzim
siklooksigenase-1 (COX-1) yang menyebabkan efek samping pada saluran
cerna dan penghambatan pada enzim siklooksigenase-2 (COX-2) yang
menyebabkan efek samping pada sistem kardiovaskular (Eka dkk., 2015).
Salah satu obat antiinflamasi adalah obat-obatan golongan NSAID. NSAID
bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga dapat
menurunkan produksi prostaglandin yang akhirnya menghasilkan efek
antiinflamasi yang diinginkan, tetapi dapat menurunkan agregasi trombrosit
serta dikhawatirkan terjadinya kenaikan angka pendarahan pada anak-anak
(Riggin dkk., 2013).
Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi jaringan terhadap cedera
yang secara khas terdiri atas respon vasculer dan seluler, yang bersama-sama
berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai benda asing untuk
tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan atau diperbaiki sedemikian rupa agar
jaringan atau organ itu dapat tetap bertahan (Tambayong, 2000). Radang
terbaik menjadi 2 golongan, yaitu jaringan (Sudiono, 2003):
1. Benda mati:
a. Rangsang fisis, yaitu trauma, benda asing, rangsang panas atau dingin
yang berlebihan, tekanan, listrik, radiasi, sinar matahari.
b. Rangsang kimia, yaitu asam dan basa kuat, keracunan obat.
2. Benda hidup: kuman patogen, bakteri, parasit, dan virus. Ada juga reaksi
imunoogi dan gangguan vaskular serta hormonal yang dapat menimbulkan
kerusakan.
OAINS membentuk kelompok yang berbeda-beda secara kimia, tetapi semuanya
mempunyai kemampuan untuk menghambat siklooksigenase (COX) dan inhibisi sintesis
prostaglandin yang diakibatkannya sangat berperan untuk efek terapeutiknya. Sayangnya,
inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa gaster sering menyebabkan kerusakan
gastrointestinal (dispepsia, mual, dan gastiritis). Efek samping yang paling serius adalah
perdarahan gastrointestinal dan perforasi. COX terdapat pada jaringan sebagai suatu
isoform konstitusif (COX-1), tetapi sitokin pada lokasi inflamasi menstimulasi
induksi isoform kedua (COX-2). Inhibisi (COX-2) diduga bertanggungjawab untuk efek
antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi COX-1 bertanggung jawab untuk toksisitas
gastointestinal. OAINS yang paling banyak digunakan adalah yang selektif untuk COX-
1, tetapi inhibitor COX-2 selektif telah diperkenalkan baru-baru ini (Neal, 2006).
B. Tujuan
Percobaan ini dilakukan untuk mengenal dan mampu mempraktekkan
pengujian daya antiinflamasi suatu bahan alam pada hewan uji dengan
induksi radang buatan.
BAB II
METODE PERCOBAAN
BAB III
HASIL PERCOBAAN
A. Hasil Percobaan
B. Pembahasan
Prinsip pada percobaan ini adalah pengukuran volume kaki tikus yang
sudah diinjeksikan penginduksi inflamasi dengan volume kaki tikus awal,
dimana kemudian dapat dihitung daya antiinflamasi dari tikus yang diberi
antiinflamasi. Pengukuran volume menggunakan alat pletismograph dengan
prinsip dasar archimedes yaitu volume yang diukur seimbang dengan volume
air raksa yang berpindah. Percobaan ini menggunakan air raksa pada alat
pletismograph karena air raksa memiliki gaya kohesi yang tinggi sehingga
partikel-partikel raksa saling tarik menarik dan tidak akan membasahi kaki
tikus yang dicelupkan ke dalam alat.
Rute pemberian obat pada percobaan ini dilakukan dengan cara peroral
untuk natrium diklofenak dan ekstrak kunyit, karena cepat terabsorbsi setelah
pemberian oral (onset 1-2 jam) dan mempunyai waktu paruh yang pendek
untuk natrium diklofenak. Sedangkan formalin diinjeksikan pada telapak kaki
kiri tikus secara subplantar. Subplantar dilakukan dengan menginjeksikan
sejajar dengan telapak kaki dan arahnya dari ujing jari menuju ke telapak kaki
dalam. Formalin sebagai penginduksi radang buatan diberikan secara
subplantar karena ingin dilihat inflamasi pada telapak kaki.
Menurut literatur, semakin besar dosis yang diberikan, semakin besar efek
yang diberikan (Winarti dan Wantiyah, 2011). Dari hasil percobaan diperoleh
bahwa daya antiinflamasi kunyit 300mg/kgBB tikus kelompok 5, 7, dan 8 lebih
besar dari larutan kunyit 100mg/kgBB tikus. Hal tersebut sesuai teori karena dosis
yang lebih besar memberikan daya antiinflamasi yang lebih tinggi. Untuk
kelompok 6 tidak sesuai literatur, karena daya antiinflamasi kunyit 300mg/kgBB
lebih kecil dari larutan kunyit 100mg/kgBB tikus.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Dokumentasi
Pengukuran volume
edema dengan
pletismograf
B. Grafik
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 15 30 45 60
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 15 30 45 60
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 15 30 45 60
C.0.6Perhitungan
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 15 30 45 60
400%
300%
200%
100%
0%
Na diklofenak kunyit 100 mg/kgBB kunyit 300 mg/kgBB
-100%
-200%
-300%
DOSIS KELOMPOK 8
1) Tikus I (kontrol negatif)
163𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100𝑚𝑔 = 16,3 𝑚𝑔
1000𝑔𝑟𝑎𝑚
16,3𝑚𝑔
= 0,4 𝑚𝐿
40𝑚𝑔
𝑚𝐿
170𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 100𝑚𝑔 = 17𝑚𝑔
1000𝑔𝑟𝑎𝑚
17𝑚𝑔
= 0,2 𝑚𝐿
90𝑚𝑔
𝑚𝐿
195𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑥 300𝑚𝑔 = 51𝑚𝑔
1000𝑔𝑟𝑎𝑚
51𝑚𝑔
= 0,65𝑚𝐿
90𝑚𝑔
𝑚𝐿
%DAYA ANTIINFLAMASI
𝑈−𝐷
%Daya antiinflamasi = 𝑥 100%
𝑈
U = harga rata-rata volume udem kaki kiri karena induktor – rata-rata volume kaki
normal
D = harga rata-rata volume udem kaki kiri kelompok perlakuan – rata-rata volume
kaki normal
Kelompok 5
0,56+0,55+0,51+0,48
U= − 0,45
4
= 0,525-0,45 = 0,075
= 0,4875 – 0,42
= 0,0675
0,075−0,0675
%= 𝑥 100%
0,075
= 10%
2) %daya antiinflamasi CMC Na terhadap kunyit 100mg/kgBB tikus
0,46+0,46+0,5+0,53
D= − 0,43
4
= 0,4875 – 0,43
= 0,0575
0,075−0,0575
%= 𝑥 100%
0,075
= 23,33%
3) %daya antiinflamasi CMC Na terhadap kunyit 300mg/kgBB tikus
0,50+0,46+0,49+0,49
D= − 0,45
4
= 0,485 – 0,45
= 0,035
0,075−0,035
%= 𝑥 100%
0,075
= 53,33%
Kelompok 6
0,58+0,53+0,54+0,48
U= − 0,48
4
= 0,5325-0,48 = 0,0525
0,51+0,51+0,49+0,50
D= − 0,32
4
= 0,5025 – 0,32
= 0,1825
0,0525−0,1825
%= 𝑥 100%
0,0525
= -247,62%
= 0,41– 0,33
= 0,08
0,0525−0,08
%= 𝑥 100%
0,0525
= -52,38%
3) %daya antiinflamasi CMC Na terhadap kunyit 300mg/kgBB tikus
0,51+0,55+0,49+0,48
D= − 0,42
4
= 0,5075 – 0,42
= 0,0875
0,0525−0,0875
%= 𝑥 100%
0,0525
= -66,67%
Kelompok 7
0,4+0,53+0,42+0,4
U= − 0,34
4
= 0,4375-0,34 = 0,0975
0,6+0,5+0,5+0,5
D= − 0,44
4
= 0,525 – 0,44
= 0,085
0,0975−0,085
%= 𝑥 100%
0,0975
= 12,82%
0,56+0,58+0,55+0,52
D= − 0,35
4
= 0,5525 – 0,35
= 0,2025
0,0975−0,2025
%= 𝑥 100%
0,0975
= -107,69%
3) %daya antiinflamasi CMC Na terhadap kunyit 300mg/kgBB tikus
0,55+0,46+0,4+0,4
D= − 0,4
4
= 0,4525 – 0,4
= 0,0525
0,0975−0,0525
%= 𝑥 10
0,0975
= 46,15%
Kelompok 8
0,55+0,52+0,55+0,55
U= − 0,5
4
= 0,5425-0,5 = 0,0425
0,49+0,5+0,43+0,55
D= − 0,5
4
= 0,4925 – 0,5
= -0,0075
0,0425+0,0075
%= 𝑥 100%
0,0425
= 117,65%
0,51+0,45+0,44+0,51
D= − 0,55
4
= 0,4775 – 0,55
= -0,0725
0,0425+0,0725
%= 𝑥 100%
0,0425
= 270,59%
3) %daya antiinflamasi CMC Na terhadap kunyit 300mg/kgBB tikus
0,46+0,48+0,45+0,52
D= − 0,6
4
= 0,4775 – 0,6
= -0,1225
0,0425+0,1225
%= 𝑥 100%
0,0425
= 388,24%