FARMAKOGNOSI ANALITIK
“ANALISIS OBAT TRADISIONAL’’
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
STIFA A 019
TINJAUAN PUSTAKA
Secara lebih detail, definisi jamu atau obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi
atau sintetik berkhasiat obat yang sering disebut dengan bahan kimia obat
(BKO) (Yuliarti, 2010).
BKO dalam obat tradisional inilah yang menjadi titik penjualan bagi
produsen. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan
produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak
terkontrol, baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-
mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk
obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh (Yuliarti, 2010).
Jamu
Jamu pegal linu merupakan salah satu produk obat tradisional yang
banyak diminati oleh masyarakat. Jamu pegal linu ini diyakini dapat
menghilangkan pegal linu, capek-capek, nyeri otot dan tulang, dan dapat
memperlancar peredaran darah, memperkuat daya tahan tubuh dan
menghilangkan sakit seluruh badan. Banyak industri obat tradisional
maupun industri kecil obat tradisional yang mengembangkan jamu ini
dengan ramuan-ramuan tertentu (Wahyuni, 2004).
Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jamu dengan kasta tertinggi karena khasiat,
keamanan serta standar proses pembuatan dan bahayanya telah diuji
secara klinis, jamu berstatus sebagai fitofarmaka juga dijual diapotek dan
sering diresepkan oleh dokter (Yuliarti, 2008).
Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energy yang cukup
untuk mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan
ion anorganik atau kompleks didalam larutan. Spectrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur
yang bisa didapatkan dari spectrum ini. Tetapi spectrum ini sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif (Dachriyanus, 2004).
BAB III
METODE KERJA
III.1.1 Alat
III.1.2 Bahan
III.2.1 Larutan A
Warna Rf Warna Rf
noda Noda
Jamu Kuning 0,465 cm Hijau
terang
Jamu + Obat Biru 0,232 cm Hijau kabur
Obat Biru
IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Perhitungan PBS Tablet Antalgin
Diketahui : Bobot yang diinginkan = 100 mg
Dosis Etiket = 500 mg
Jumlah Tablet = 10
Bobot keseluruhan = 5.890 mg
Ditanya : PBS = ...?
Bobot yang diinginkan
Penyelesaian : PBS = x Bobot Keseluruhan
DE x Jumlah tablet
100 mg
PBS = x 5.890 mg
500 mg x 10
PBS = 0,5 x 5.890 mg
PBS = 117,8
IV.2.2 Perhitungan Nilai Rf
a. Larutan A
Diketahui : Jarak tempuh eluen = 4,3 cm
Jarak tempuh noda = 2 cm
Ditanya : Nilai Rf = …?
Jarak tempuh noda
Penyelesaian : Rf =
Jarak empuh eluen
2 cm
Rf =
4,3 cm
Rf = 0,465 cm
b. Larutan B
Diketahui : Jarak tempuh eluen = 4,3 cm
Jarak tempuh noda = 1 cm
Ditanya : Nilai Rf = …?
Jarak tempuh noda
Penyelesaian : Rf =
Jarak empuh eluen
1 cm
Rf =
4,3 cm
Rf = 0,232 cm
IV.3 Pembahasan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan atau berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun menurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Bahan Kimia Obat adalah bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang
berkhasiat obat. Uji keberadaan bahan kimia obat dalam jamu pegal linu
yang belum diseduh dilakukan dengan menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis adalah metode
pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas,
logam atau lapisan yang cocok. Antalgin adalah salah satu obat
penghilang rasa nyeri (analgetik) turunan Non-Steroidal Anti Inflammatory
(NSAID). Antalgin juga merupakan obat antipiretik dan antiinflamasi.
Pada percobaan ini, dibuat 3 larutan berbeda yaitu larutan A (jamu),
larutan B (jamu + obat), larutan C (obat). Dalam metode KLT untuk
mengidentifikasi antalgin dalam jamu pegal linu yaitu dapat diamati
kromatogram berdasarkan perbandingan nilai Rf dari jamu dengan nilai Rf
baku pembanding yaitu antalgin.
Sebelum diketahui nilai Rf, masing-masing jamu pegal linu dan baku
pembanding ditotol pada lempeng KLT yang kami gunakan adalah Silika
GF 254. Setelah itu, dielusi dengan menggunakan methanol : kloroform :
asam asetat 20% dengan perbandingan 3 : 7 : 0,5. Kemudian, dihitung
nilai Rf nya.
Nilai Rf didapat dari perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari
titik awal dengan jarak garis depan dari titik awal. Warna bercak dari
masing-masing sampel dan baku pembanding dapat dilihat di bawah
lampu UV 254 nm. Pada pengamatan lampu UV 254 nm, larutan A (jamu)
menunjukkan noda berwarna kuning dengan nilai Rf sebesar 0,465 cm.
Larutan B (jamu + antalgin) menunjukkan noda berwarna biru dengan nilai
Rf sebesar 0,232 cm. Larutan C (antalgin) menunjukkan noda berwarna
biru, tetapi memiliki bentuk yang tidak simetri atau tidak sesuai dengan
yang seharusnya. Sehingga, tidak diketahui jarak tempuh noda pada
larutan C. Pada pengamatan lampu UV 366 nm, larutan A (jamu)
menunjukkan hasil warna hijau terang, larutan B (jamu + antalgin) warna
hijau kabur, dan larutan C tidak menunjukkan warna.
Berdasarkan hasil tersebut, sampel jamu dapat dinyatakan negative
mengandung kandungan kimia obat antalgin karena memiliki warna noda
yang berbeda dengan antalgin.
Adapun tujuan penambahan bahan petroleum eter sebagai pelarut
non polar yang berfungsi menarik kandungan lipid pada sampel, etanol
70% sebagai pelarut polar yang digunakan untuk menyari senyawa pada
obat antalgin, eter sebagai pelarut polar yang digunakan untuk menyari
senyawa pada sampel.
Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini adalah pada larutan
baku pembanding terdapat kesalahan dalam pembuatannya sehingga
larutan memiliki konsentrasi yang menyebabkan larutan tidak dapat
terbaca dengan baik pada KLT serta kurangnya ketelitian kami dalam
melakukan prosedur kerja.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan Analisis Obat Tradisional
adalah jamu pegal linu tidak mengandung bahan kimia obat antalgin yang
dianalisis dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Sebaiknya tetap mempertahankan untuk selalu membimbing dan
mengawasi ketika sedang praktikum
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya selalu menjaga kerjasama yang baik dengan praktikan
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya selalu menyiapkan alat dan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Badan POMRI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Vol.5, EdisiI, Direktorat Obat
Asli Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, Jakarta, hal 30-31.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).
2008. Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta:
BPOM RI, KOPER POM dan CV SagungSeto.
Fauziah, SS., Lestari, F., Lukmayani, Y., dan Aprilia H. Pengaruh
Pemberian Jamu Pegal Linu Mengandung Bahan Kimia Obat
(BKO) Terhadap Fungsi Hati Tikus Wistar Jantan. Prosiding
Penelitian SPeSIA Unisba, 2015, 96-103.
Yuliarti, N. 2010. Sehat, Cantik, Bugar, dengan Herbal dan Obat
Tradisional. Penerbit ANDI.
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Penimbangan jamu
Penimbangan antalgin