Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

AKTIVITAS ANTIIMFLAMASI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Farmakologi


Toksikologi

Nama : Melda Khaerunnida

NIM : 220106150
Kelas : FA 22 3B
Dosen pengampu : apt.Kartika Sari,M.S.Farm.

Asisten : Regita Noor Aisy S

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................3


1.1 Latar Belakang.........................................................................................3
1.2 Tujuan Khusus Praktikum .......................................................................4
1.3 Manfaat Praktikum ..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................5


2.1 Suatu Topik..............................................................................................5
2.2 Uraian Topik ............................................................................................6
2.3 Klasifikasi Hewan Uji .............................................................................7

BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................8


3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum ................................................................8
3.2 Alat Dan Bahan .......................................................................................8
3.3 Variabel Praktikum ..................................................................................9
3.4 Tahapan Praktikum..................................................................................9
3.5 Prosedur Praktikum .................................................................................9
3.6 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................12


4.1 Tabel Pengamatan .................................................................................12
4.2 Pembahasan ...........................................................................................14

BAB V PENUTUP ..............................................................................................17


5.1 Kesimpulan ....................................................................................17
5.2 Saran ..............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18


LAMPIRAN……………………………………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antiimflamasi adalah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh


cedera atau kerusakan jaringan,yang berfungsi menghancurkan, mengurangi
atau mengurung (sekuestrasi ) baik agen pencedera maupun jaringan yang
cedera itu. Apabila jaringan dalam tubuh mengalami cedera misalnya
terbaka,teriris atau kena infeksi kuman,maka pada jaringan tersebut akan terjadi
rangkaian reaksi memusnahkan,agen yang membahayakan jaringan atau yang
mencegah agen menyebar lebih luas.Reaksi–reaksi ini kemudian juga
menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan
baru,rangkaian reaksi ini disebut radang.
Banyaknya kasus peradangan yang terjadi memacu para ahli farmasi
memformulasikan suatu obat antiimflamasi yang kerjanya dapat meringankan
atau mengurangi gejala peradangan pada jaringan yang terluka. Oleh karena
itu,untuk mengetahui bagaimana cara kerja atau efek suatu obat- obat
antiimflamasi tersebut pada manusia,maka perlu dilakukan suatu uji
praklinikterhadap hewan coba mencit,untuk membuktikan apakah obat
antiimflamasi yang digunakan benar benar efektif dalam mengurangi
peradangan yang terjadi.

1.2 Tujuan Khusus Praktikum


Pada praktikum kali ini bertujuan agar praktikan mampu mempelajari daya
anti imflamasi obat pada hewan uji yang diinduksikan radang buatan.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Memberikan pemahaman kepada praktikan tentang aktivitas antiimflamasi
dan memperoleh petunjuk- petunjuk yang praktis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Suatu Topik


Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merasuk atau zat-
zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau
merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan yang mengatur
derajat perbaikan jaringan ( Mycek,2011 )

Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena


infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang
memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen
penyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan
yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini
disebut radang ( Terry,2016)

Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan yang kemudian


diikuti oleh radang adalah kuman ( Mikroorganisme),benda (pisau,peluru,dsb )
suhu ( panas atau dingin ), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet),
listrik zat-zat kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh
berbagai agen ini menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang
sama yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi ( kemunduran) atau
nekrosis ( kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera
dinding kapiler terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma sel darah, dan sel
jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag
dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis dan terjadinya perubahan-perubahan
imunologik ( Terry,2017 )

Secara garis besar peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh


darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang
berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan
dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang
interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari
kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit
ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan
yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin. Bradikinin, serotonin,
prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk
reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang
disebutkan limfokin yang dilepaskan oleh sel t yang tersisitasi ( Guyton,2017 )
1.2 Uraian Topik
Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular
meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang
titik gejala proses inflamasi yang sudah dikenal adalah kalor, rubor, tumor,
dolor dan function lease atau dengan kata lain secara mikroskopis inflamasi
menunjukkan gambaran yang kompleks seperti dilatasi arteriol, kapiler dan
fenol; peningkatan permeabilitas dan arus darah; eksudasi cairan, termasuk
protein plasma; migrasi leukosit ke fokus inflamasi. Akumulasi leukosit
yang disusul dengan aktivitas sel merupakan kejadian sentral dalam
patogenesis hampir semua informasi ( lutfianto,2018)
Kerusakan atau perubahan yang terjadi pada sel dan jaringan akibat
adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator dan substansi radang
titik pengurangan peradangan dengan obat-obat anti inflamasi sering
mengakibatkan perbaikan rasa sakit selama periode yang bermakna. Obat-
obat AINS yang digunakan untuk penyakit rematik mempunyai kemampuan
untuk menekan gejala peradangan titik beberapa obat ini juga mempunyai
efek antipiretik dan analgesik tetapi efek anti inflamasinya membuat obat-
obat ini bermanfaat dalam menanggulangi kelainan rasa nyeri yang
berhubungan dengan intensitas proses peradangan ( Ratna Wulan 2015 )
Inflamasi bisa dianggap sebagai rangkaian kejadian kompleks yang
terjadi karena tubuh mengalami injury yang disebabkan oleh bahan kimia
atau mekanis atau proses self destructive ( autoimun ). Walaupun ada
kecenderungan pada pengobatan klinis untuk memperhatikan respon
inflamatori dalam hal reaksi yang dapat membahayakan tubuh, dari sudut
pandang yang lebih berimbang sebenarnya inflamasi adalah penting sebagai
sebuah respon protektif dimana tubuh berupaya untuk mengembalikan
kondisi seperti terjadi injury (preinjury ) atau untuk memperbaiki secara
mandiri setelah terkena injury. Respon inflamatory adalah reaksi protektif
dan restoratif dari tubuh yang sangat penting karena tubuh berupaya untuk
mempertahankan homeostatis di bawah pengaruh lingkungan yang
merugikan ( Lutfianto 2014 )
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau
karena infeksi kuman maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi
yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang
mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga
menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan
baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang.( Husni 2011)
1.3 Klasifikasi Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dengan alasan bahwa
kondisi biologis tikus jantan lebih stabil dibandingkan dengan tikus putih betina
yang kondisi biologisnya dipengaruhi oleh siklus haid.Disamping keseragaman
jenis kelamin, hewan uji yang digunakan juga mempunyai keseragaman berat
badan antara 20-30 g dan berumur 2-3 bulan.
Guneberg mengklasifikasikan sistem orde tikus sebagai berikut
1. Kingdom : animalia
2. Filum : chordata
3. Kelas : mamalia
4. Ordo : rodentia
5. Famili : muridae
6. Genus : mus rattus
7. Spesies : muridae
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu jam 08.00-12.00
di Laboratorium Universitas Muhammadiyah Bandung.

1.2 Alat Dan Bahan


1.2.1 Alat
NO Nama Alat Gambar Kegunaan
1 Alat alat Alat yang digunakan
gelas dalam percobaan
antiimflamasi.

2 Neraca Untuk menimbang obat


analitik yang akan diberikan.

3 Plestimograf Untuk mengukur perubahan


udara di kaki kanan tikus.

4 Spuit 1ml Untuk menyuntikan


obat kepada tikus

5 Timbangan Untuk menimbang


tikus bobot mencit.
1.2.2 Bahan
No Nama Bahan Kegunaan Precaution
1 Alkohol ( Etanol ) Bahan uji Mudah terbakar

2 Asam mefenamat Bahan uji Hipersensitif riwayat


( Mefenamic acid ) pendarahan gagal jantung.
3 Koragenin dalam 1 Sebagai bahan obat Larut dalam air
% dalam aquadest dalam percobaan.

4 Kapas Media untuk Tidak berbahaya


membersihkan alat
bahan percobaan.
5 Na Diklopenak Sebagai bahan dalam Imflamasi pasca operasi
percobaan.
6. Predisolon Sebagai bahan obat Mengurangi meabilitas
dalam percobaan pembuluh darah.
7. Mencit ( musculus ) Bahan percobaan Aktif,mudah
stress.

1.3 Variabel Praktikum


Variabel bebas dalam praktikum ini adalah pengukuran suhu tubuh mencit
sebelum diberi obat. Variabel terikat berupa perubahan suhu mencit ketika diberi
obat uji setiap 5 menit selama 20 menit.
1.4 Tahapan Praktikum
Tikus
- Ditimbang tikus diberi tanda sebatas lutut pada kaki belakang
- Dibagi dalam 4 kelompok pada 4 ekor tikus kelompok I sebagai
kelompok kontrol, kelompok II III IV sebagai kelompok
perlakuan.
- Dicelupkan kaki kanan tikus kedalam alat plestimograf sampai
tanda batas,lalu suntikan koragenin 1% dalam aquadest pada
telapak kaki kanan oleh kelompok I
- Kelompok II dan III dan IV diberi obat masing masing pada tikus
secara ip dan disuntikan dengan koragenin pada telapak kaki
kanan setelah 15 menit.
- Diamati dan dicatat volume yang terjadi setiap 10 menit sampai
2 jam.
- Data dianalisis secara statistik

Hasil Pengamatan

1.5 Prosedur Praktikum


1.5.1 Perhitungan Dosis
- Konsentrasi asam mefenamat
Diketahui :500 mg untuk manusia dikonversi ke tikus
500mg x 0,018 = 9 mg
- Konsentrasi Natrium Diklorofenak
Diketahui : 50 mg untuk manusia dikonversi ke tikus
50mg x 0,018 = 0,9mg
1.5.2 Aktivitas Antiimflamasi
Kelompok antiimflamasi bekerja dengan 4 ekor tikus ,masing
maing tikus di timbang dan diberi tanda,tikus ini dibagi kedalam 4
kelompok,kelompok I sebagai control lalu II III dan IV sebagai
perlakukan, Tikus kelompok I kaki kanan dicelupkan kedalam
piestimoglaf sampai tanda batas lalu disuntikan koragenin 1% dalam
aquadest,lalu kelompok II III IV masing masing diberi obat yang telah
ditentukan disuntikan secara ip dan disuntikan koragenin setelah 15
menit pada kaki bagian kanan,lalu diamati volume udem yang terjadi
setiap 15 menit

1.5.3 Persiapan Hewan Uji


Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dengan alasan
bahwa kondisi biologis tikus jantan lebih stabil dibandingkan dengan
tikus putih betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi oleh siklus
haid. Disamping keseragaman jenis kelamin, hewan uji yang
digunakan juga mempunyai keseragaman berat badan antara 20-30 g dan
berumur 2-3 bulan. Hal ini bertujuan untuk memperkecil perbedaan
respon yang ditunjukan oleh hewan uji.
1.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada praktikum ini adalah
dengan melihat perubuhan suhu tubuh mencit setelah diberi obat setiap 5 menit
selama 20 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan perlakuan
Kelompok I Kelompok II
Waktu Kelompok Asam Mefenamat Na-Diklofenak
kontrol (C15H15NO2) (C14H10Cl2NNaO2)
Menit ke-15 Udem terlihat Udem tetap (tidak Udem tetap (tidak
membesar terjadi apa-apa) terjadi apa-apa)
Menit ke-30 Udem mulai Udem mulai Udem sedikit seikit
mengecil mengecil mengecil
Menit ke-45 Udem semakin Udem mulai Udem mengecil
mengecil menghilang
Menit ke-60 Udem Udem Udem mengecil dan
menghilang menghilang tidak menghilang

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul aktivitas anti inflamasi praktikan
dapat mencapai tujuan yaitu praktikan mampu memahami asas dasar percobaan
aktivitas anti inflamasi dan memperoleh petunjuk-petunjuk yang praktis dan
praktikan dapat menunjukkan beberapa kemungkinan dan batasan yang
merupakan sifat teknik percobaan. Prinsip percobaan pada praktikum kali ini
adalah dengan menyuntikkan secara intraperitoneal ke regenan pada telapak
kaki belakang tikus menyebabkan udem yang dapat diinhibasi oleh obat-obat
anti inflamasi yang diberikan sebelumnya. Aktivitas obat anti inflamasi dinilai
atau diukur dari presentase proteksi yang diberikan terhadap pembentukan urine
teknik percobaan yang sering dilakukan adalah pembentukan urine dengan
karagenan titik yaitu suatu polisakarida sulfat yang berasal dari suatu tanaman
chondrus crispus. Pembentukan yang disebabkan oleh keragenan tidak
menyebabkan kerusakan jaringan meskipun udem dapat bertahan bertahan
selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dan setelah 24 jam
meninggalkan bekas.
Hewan uji yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu hewan tikus
hewan uji tikus digunakan pada percobaan ini menggunakan 4 ekor tikus yang
dibedakan menjadi kelompok uji kelompok 1 menjadi kelompok kontrol
kelompok 2 3 dan 4 menjadi kelompok perlakuan di mana setiap kelompok
dibedakan berdasarkan zat yang telah diberikan atau ditentukan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengujian
aktivitas anti inflamasi adalah jarum suntik 1 mili jarum suntik ini digunakan
untuk menyuntikkan tikus secara intraperitoneal yaitu dengan menyuntikkan zat
pada perut tikus yang telah dibagi menjadi 4 bagian dan diberi titik pada bagian
perut kiri bawah, dengan tujuan yaitu agar obat langsung masuk ke dalam
bagian lambung tikus dan tidak mengenai paru-paru yang dapat mengakibatkan
kematian pada hewan uji tikus. Dan dengan menggunakan jarum suntik tikus
diberi zat dengan cara subkutan pada bagian telapak kaki belakang sebelah kiri.
Kemudian alat yang digunakan adalah plethysmometer yang fungsinya adalah
sebagai alat pengukur untuk mengukur volume udara yang terjadi dan kemudian
dibandingkan terhadap modem yang tidak diberikan obat. Prinsip kerja alat ini
adalah berdasarkan hukum Archimedes, yaitu penambahan volume air raksa
sebanding dengan volume kaki tikus yang dimasukkan.
Bahan yang digunakan pada percobaan anti inflamasi ini adalah
alkohol, asam mefenamat, kapas, koragenin 1% dalam aquades, na
diklofenak,predisolon,dan tikus. Adapun alkohol yaitu sebagai bahan untuk
mensterilkan alat-alat lalu asam mefenamat sebagai bahan obat dalam
percobaan, kapas media untuk membersihkan alat bahan percobaan, adapun
koragenin sebagai bahan obat dalam percobaan, na diklofenak dan predisolon
juga adalah sebagai bahan dalam percobaan.
Prosedur yang dilakukan adalah pertama-tama memilih tikus yang
akan diujicobakan titik setelah dipilih tikus yang akan digunakan, terlebih
dahulu diberi tanda penomoran pada tikus untuk memudahkan praktikan
melakukan uji dan agar tidak tertukar antara tikus satu dengan tikus yang
lainnya. Setelah diberi penomoran ke setiap tikusnya, tikus ditimbang dengan
menggunakan timbangan, setelah melakukan penimbangan ke setiap tikusnya,
dihitung masing-masing dosis zat yang akan diberikan sesuai dengan berat
bobot badan dari setiap tikusnya. Kemudian diberi tanda batas dengan
menggunakan spidol pada bagian kaki belakang sebelah kiri, hal ini bertujuan
agar batas pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama.
Kemudian, pada tahap pendahuluan volume kaki tikus diukur dan menjadi data
sebagai volume dasar titik pada setiap pengukuran volume dengan
menggunakan alat plethysmometer, cara melihat volume dengan menggunakan
alat ini adalah dengan mencelupkan kaki kiri belakang tikus yang ke dalam air
raksa secara hati-hati agar air raksa tidak tumpah, dan sangat berbahaya jika
terkena kulit pada manusia, karena dapat mengakibatkan kanker. Setelah kaki
kiri belakang tikus dicelupkan, diperhatikan tinggi cairan air raksa dan dicatat
sebelum dan sesudah pengukuran.
Kemudian tikus diberi larutan kontrol secara intraperitoneal titik
kemudian setelah 30 menit, telapak kaki tikus diukur volume
pembengkakannya dan didapat nilai data dan kemudian diberi larutan asam
mefenamat secara subkutan di belakang kaki tikus dan kemudian dihitung
volume perubahan endemi yang dialami kaki tikus untuk setiap perbedaan
waktu yaitu pada menit ke-45 menit 60 dan menit 75 dan menit 90 dan didapati
nilai.
Tikus kontrol ini berguna untuk membandingkan antara volume
inflamasi pada kaki kiri bawah tikus yang tidak diberi obat anti-inflamasi
dengan volume implamasi pada kaki kiri bawah tikus yang diberi obat anti
implantasi,implamasi yang terbentuk diamati, dan ternyata terbukti bahwa
volume lebih besar daripada volume inflamasi pada tikus uji titik Dalam hal ini,
karagenan yang diinjeksi secara subkutan berhasil menimbulkan efek inflamasi
sebagai fungsinya yakni untuk membentuk udem titik pembentukan urine oleh
karagenan tidak menyebabkan kerusakan jaringan meskipun udem dapat
bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dan setelah 24 jam
menghitung tanpa meninggalkan bekas.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Azas dalam percobaan aktivitas antiimflamasi dapat dipahami praktikan
dan diperoleh petunjuk yang praktis bahwa untuk menguji efek antiimflamasi
suatu obat,hewan percobaan harus diberi obat antiimflamsi terlebih dahulu
baru dibuat imflamasi sehingga presentase inhibisi peradangan dapat diamati.

5.2 Saran
Sebelum memulai praktikum, pastikan bahwa Tikus yang digunakan
dalam penelitian sehat dan tidak sedang menderita kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan dan pastikan bahwa dosis yang diberikan pada
mencit tidak melebihi dosis yang diizinkan.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton (2017). Obat Analgetik dan Antiinflamasi : Jakarta. Cermin Dunia


Kedokteran
Husni (2011).Buku Bantu Farmakologi, diterjemahkan oleh Staf Pengajar
Laboratorium Farmakologi FK UNSRI : Jakarta. EGC
Lutfianto (2018), Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Widianto, M.B dan Ranti,
E.S. edisi V : Bandung. ITB
Lutfianto (2014). Farmakologi Medis : Jakarta. Erlangga.
Terry (2016). Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 4 : Jakarta. Kedokteran EGC
Terry (2017). Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 5 : Jakarta. Kedokteran EGC

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pemberian obat karagenin pada telapak kaki


Lampiran 2. Penanganan tikus sebelum diberi obat

Anda mungkin juga menyukai