AKTIVITAS ANTIIMFLAMASI
NIM : 220106150
Kelas : FA 22 3B
Dosen pengampu : apt.Kartika Sari,M.S.Farm.
Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul aktivitas anti inflamasi praktikan
dapat mencapai tujuan yaitu praktikan mampu memahami asas dasar percobaan
aktivitas anti inflamasi dan memperoleh petunjuk-petunjuk yang praktis dan
praktikan dapat menunjukkan beberapa kemungkinan dan batasan yang
merupakan sifat teknik percobaan. Prinsip percobaan pada praktikum kali ini
adalah dengan menyuntikkan secara intraperitoneal ke regenan pada telapak
kaki belakang tikus menyebabkan udem yang dapat diinhibasi oleh obat-obat
anti inflamasi yang diberikan sebelumnya. Aktivitas obat anti inflamasi dinilai
atau diukur dari presentase proteksi yang diberikan terhadap pembentukan urine
teknik percobaan yang sering dilakukan adalah pembentukan urine dengan
karagenan titik yaitu suatu polisakarida sulfat yang berasal dari suatu tanaman
chondrus crispus. Pembentukan yang disebabkan oleh keragenan tidak
menyebabkan kerusakan jaringan meskipun udem dapat bertahan bertahan
selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dan setelah 24 jam
meninggalkan bekas.
Hewan uji yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu hewan tikus
hewan uji tikus digunakan pada percobaan ini menggunakan 4 ekor tikus yang
dibedakan menjadi kelompok uji kelompok 1 menjadi kelompok kontrol
kelompok 2 3 dan 4 menjadi kelompok perlakuan di mana setiap kelompok
dibedakan berdasarkan zat yang telah diberikan atau ditentukan.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pengujian
aktivitas anti inflamasi adalah jarum suntik 1 mili jarum suntik ini digunakan
untuk menyuntikkan tikus secara intraperitoneal yaitu dengan menyuntikkan zat
pada perut tikus yang telah dibagi menjadi 4 bagian dan diberi titik pada bagian
perut kiri bawah, dengan tujuan yaitu agar obat langsung masuk ke dalam
bagian lambung tikus dan tidak mengenai paru-paru yang dapat mengakibatkan
kematian pada hewan uji tikus. Dan dengan menggunakan jarum suntik tikus
diberi zat dengan cara subkutan pada bagian telapak kaki belakang sebelah kiri.
Kemudian alat yang digunakan adalah plethysmometer yang fungsinya adalah
sebagai alat pengukur untuk mengukur volume udara yang terjadi dan kemudian
dibandingkan terhadap modem yang tidak diberikan obat. Prinsip kerja alat ini
adalah berdasarkan hukum Archimedes, yaitu penambahan volume air raksa
sebanding dengan volume kaki tikus yang dimasukkan.
Bahan yang digunakan pada percobaan anti inflamasi ini adalah
alkohol, asam mefenamat, kapas, koragenin 1% dalam aquades, na
diklofenak,predisolon,dan tikus. Adapun alkohol yaitu sebagai bahan untuk
mensterilkan alat-alat lalu asam mefenamat sebagai bahan obat dalam
percobaan, kapas media untuk membersihkan alat bahan percobaan, adapun
koragenin sebagai bahan obat dalam percobaan, na diklofenak dan predisolon
juga adalah sebagai bahan dalam percobaan.
Prosedur yang dilakukan adalah pertama-tama memilih tikus yang
akan diujicobakan titik setelah dipilih tikus yang akan digunakan, terlebih
dahulu diberi tanda penomoran pada tikus untuk memudahkan praktikan
melakukan uji dan agar tidak tertukar antara tikus satu dengan tikus yang
lainnya. Setelah diberi penomoran ke setiap tikusnya, tikus ditimbang dengan
menggunakan timbangan, setelah melakukan penimbangan ke setiap tikusnya,
dihitung masing-masing dosis zat yang akan diberikan sesuai dengan berat
bobot badan dari setiap tikusnya. Kemudian diberi tanda batas dengan
menggunakan spidol pada bagian kaki belakang sebelah kiri, hal ini bertujuan
agar batas pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama.
Kemudian, pada tahap pendahuluan volume kaki tikus diukur dan menjadi data
sebagai volume dasar titik pada setiap pengukuran volume dengan
menggunakan alat plethysmometer, cara melihat volume dengan menggunakan
alat ini adalah dengan mencelupkan kaki kiri belakang tikus yang ke dalam air
raksa secara hati-hati agar air raksa tidak tumpah, dan sangat berbahaya jika
terkena kulit pada manusia, karena dapat mengakibatkan kanker. Setelah kaki
kiri belakang tikus dicelupkan, diperhatikan tinggi cairan air raksa dan dicatat
sebelum dan sesudah pengukuran.
Kemudian tikus diberi larutan kontrol secara intraperitoneal titik
kemudian setelah 30 menit, telapak kaki tikus diukur volume
pembengkakannya dan didapat nilai data dan kemudian diberi larutan asam
mefenamat secara subkutan di belakang kaki tikus dan kemudian dihitung
volume perubahan endemi yang dialami kaki tikus untuk setiap perbedaan
waktu yaitu pada menit ke-45 menit 60 dan menit 75 dan menit 90 dan didapati
nilai.
Tikus kontrol ini berguna untuk membandingkan antara volume
inflamasi pada kaki kiri bawah tikus yang tidak diberi obat anti-inflamasi
dengan volume implamasi pada kaki kiri bawah tikus yang diberi obat anti
implantasi,implamasi yang terbentuk diamati, dan ternyata terbukti bahwa
volume lebih besar daripada volume inflamasi pada tikus uji titik Dalam hal ini,
karagenan yang diinjeksi secara subkutan berhasil menimbulkan efek inflamasi
sebagai fungsinya yakni untuk membentuk udem titik pembentukan urine oleh
karagenan tidak menyebabkan kerusakan jaringan meskipun udem dapat
bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dan setelah 24 jam
menghitung tanpa meninggalkan bekas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Azas dalam percobaan aktivitas antiimflamasi dapat dipahami praktikan
dan diperoleh petunjuk yang praktis bahwa untuk menguji efek antiimflamasi
suatu obat,hewan percobaan harus diberi obat antiimflamsi terlebih dahulu
baru dibuat imflamasi sehingga presentase inhibisi peradangan dapat diamati.
5.2 Saran
Sebelum memulai praktikum, pastikan bahwa Tikus yang digunakan
dalam penelitian sehat dan tidak sedang menderita kondisi yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan dan pastikan bahwa dosis yang diberikan pada
mencit tidak melebihi dosis yang diizinkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN