Anda di halaman 1dari 11

PROSES PERADANGAN

Disusun Oleh :

Nama : Elsa Septiani


(NIM : PO.62.20.1.19.090)
Prodi/ Kelas : DIII Keperawatan, Reguler XXII - C

MATA KULIAH PATOFISIOLOGI


PRODI DIII KEPERAWATAN, SEMESTER 2 TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga saya
dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini membahas tentang Proses
peradangan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Patofisiologi. Dengan adanya makalah ini, saya berharap kita semua dapat lebih mengetahui
tentang apa saja Proses Peradangan. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan wawasan
yang luas lagi bagi kita semua.

Dalam penulisan makalah ini, mungkin masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu saya harap pembaca dapat memberikan kritikan dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 30 Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan ...................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

2.1 Pengertian dari Peradangan/Inflamasi. ...............................................6

2.2 Penyebab Peradangan.........................................................................7

2.3 Mekanisme Peradangan.......................................................................7

2.4 Tanda – tanda inflamasi (peradangan)................................................7


2.5 Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan Penyembuhan.............8
2.6 Aspek Sistemik dari Peradangan.........................................................9

BAB III PENUTUP .............................................................................................10

3.1 Kesimpulan .............................................................................................10

3.2 Saran .......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada suatu kecenderungan alamiah yang menganggap inflamasi


atau peradangan sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, karena inflamasi dapat
menyebabkan keadaan yang menggelisahkan. Tetapi inflamasi sebenarnya adalah gejala
yang menguntungkan dan merupakan suatu pertahanan, yang hasilnya adalah netralisasi
dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis, dan pembentukan
keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan.

Sifat menguntungkan dari reaksi inflamasi secara dramatis diperlihatkandengan


apa yang terjadi jika penderita tidak dapat menimbulkan reaksi inflamasiyang
dibutuhkan. Misalnya, jika diperlukan memberikan dosis tinggi obat-obatanyang
mempunyai efek samping yang menekan reaksi inflamasi. Dalam hal ini, ,ada peluang
besar timbulnya infeksi yang sangat hebat, penyabaran yang cepatatau infeksi yang
mematikan, yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya.

Reaksi inflamasi itu sebenarnya adalah peristiwa yang terkoodinasi


dengan baik yang dinamis dan kontinyu. Untuk menimbulkan reaksi inflamasi, maka jar
ingan harus hidup dan khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.

Jika jaringan yang nekrosis luas, maka reaksi jaringan tidak ditemukan
ditengah jaringan, tetapi pada tepinya, yaitu antara jaringan mati dan jaringan
hidup dengansirkulasi yang utuh. Jika cidera yang langsung mematikan hospes, maka
tidak ada petunjuk adanya reaksi inflamasi, karena untuk timbulnya reaksi inflamasi
diperlukan waktu. Sebab-sebab inflamasi banyak sekali dan beraneka ragam, dan
pentingsekali untuk diketahui bahwa inflamasi dan infeksi itu tidak bersinonim.
Dengandemikian, maka infeksi (adanya mikrooganisme hidup dalam jaringan)
hanyamerupakan salah satu penyebab dari inflamasi.

Inflamasi dapat terjadi dengan mudah steril sempurna, seperti waktu sebagian
jaringan mati karena hilangnya suplai darah. Karena banyaknya keadaan yang
Mengakibatkan inflamasi atau peradangan.

Maka pemahaman proses ini merupakan dasar bagi ilmu biologi dan kesehatan. T
anpamemahami proses ini, orang tidak dapat memahami prinsip-prinsip
penyakitmanular, pembedahan, penyembuhan luka, dan respon terhadap berbagai
traumaatau prinsip-prinsip bagaimana tubuh menanggulangi bencana kematian
jaringan,sperti stroke, serangan jantung dan sebagainya.Walaupun ada banyak sekali
penyebab inflamasi dan ada berbagai keadaandimana dapat timbulnya inflamasi,
kejadiannya secara garis besar cenderungsama, hanya saja pada pada berbagai jenis
inflamasi terdapat perbedaan secarakuanntitatif. Oleh karena itu, reaksi inflamasi dapat
dipelajari sebagai gejalaumum dan memperlakukan perbedaan kuantitatif secara
sekunder.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada materi ini, yaitu :


1. Apa pengertian dari peradangan/inflamasi?
2. Apa penyebab peradangan?
3. Bagaimana mekanisme peradangan?
4. Bagaimana tanda – tanda peradangan?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan?
6. Apa aspek Sistemik dari Peradangan?

6.3 Tujuan

Adapun tujuan masalah pada materi ini, yaitu :


1. Mengetahui pengertian dari peradangan/inflamasi.
2. Mengetahui penyebab peradangan.
3. Mengetahui bagaimana mekanisme peradangan.
4. Mengetahui bagaimana tanda – tanda peradangan.
5. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi peradangan dan
penyembuhan.
6. Mengetahui aspek sistemik dari peradangan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Peradangan/Inflamasi.

Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik
ataukimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediatorinflamasi
seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnya yang menimbulkan
reaksi radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak dan disertaigangguan fungsi.
Peradangan ialah reaksi tubuh bila suatu faktor perusak (kebanyakan bakteri) memasuki
tubuh. Gejala – gejala dari suatu peradangan ialah rubur, calor, dolor, tumor.

Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon protektif yang ditujukanuntuk


menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringannekrotik yang
diakibatkan oleh kerusakan asal inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan
mengencerkan, menghacurkan, atau menetralkan agen berbahaya (misalnya mikroba
atau toksin). Inflamasi kemudian menggerakkan berbagai kejadian yang akhirnya
menyembuhkan dan menyusun kembali termpat terjadinya jejas. Dengan demikian,
inflamasi juga terkait erat dengan proses perbaikan, yang menggantikan jaringan yang
rusak dengan regenarisi sel parenkim, dan atau dengan pengisian setiap efek yang
tersisa dengan jaringan parut fibrosa.

Pada saat respon radang meliputi suatu perangkat kompleks berbagaikejadian yang
sangat harmonis, garis besar suatu inflamasi adalah sebagai berikut. Stimulus awal
radang memicu pelepasan mediator kimia dari plasma atau
dari jaringan ikat. Mediator terlarut itu, bekerja bersama atau secara berurutan,memperk
uat respon awal radang dan mempengaruhi perubahannya denganmengatur respon
vaskular dan selular berikutnya. Respon radang diakhiri ketika stimulus yang
membahayakan menghilang dan mediator radang telah hilang,dikatabolisme atau
diinhibisi.

Pada bentuk akutnya ditandai oleh tanda klasik : nyeri (dolor), panas(kolor),
kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya fungsi (fungsiolesa).Secara
histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit, mencakup dilatasiarteriol,
kapiler, dan venula, disertai peningkatan permeabilitas dan aliran darah eksudasi cairan,
termasuk protein plasma; dan migrasi leukositik ke dalam fokus peradangan.
2.2 Penyebab Peradangan

Banyak yang menjadi faktor penyebabnya peradangan seperti benda fisik, suhu,
listrik, radiasi, bahan kimiawi, benda infektif seperti kuman, bakteri, basil, virus dan
sejenisnya.

2.3 Mekanisme Peradangan

Peradangan akut yaitu mulai dengan cepat (rapid onset) dan dengan cepat menjadi
parah. Tanda dan gejala hanya hadir selama beberapa hari, namun dalam beberapa kasus
dapat bertahan selama beberapa minggu.

Contoh penyakit, kondisi, dan situasi yang dapat menyebabkan peradangan akut meliputi:
penyakit bronkitis akut, usus buntu akut, tonsilitis akut, infeksi meningitis akut, sinusitis
akut, tumbuh kuku terinfeksi, sakit tenggorokan dari pilek atau flu, goresan/luka di kulit,
latihan sangat intens, atau pukulan.

Peradangan kronik berarti peradangan jangka panjang, yang dapat berlangsung selama
beberapa bulan dan bahkan bertahun-tahun. Hal ini dapat hasil dari:
o Kegagalan untuk menghilangkan apa pun yang menyebabkan peradangan
akut;
o Sebuah respon autoimun terhadap antigen diri sendiri (sistem kekebalan
tubuh menyerang jaringan sehat);
o Sebuah iritasi kronik intensitas rendah yang bertahan.

Contoh penyakit dan kondisi dengan peradangan kronis meliputi: asma, ulkus peptikum
kronik, TB, rheumatoid arthritis, periodontitis kronik, ulcerative colitis dan penyakit
Crohn , sinusitis kronik, dan masih banyak lagi.

2.4 Tanda – tanda inflamasi (peradangan)

1. Rubor (kemerahan)

Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang
mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang
mensuplai daerah daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih bannyak darah
mengalir kedalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong atau
sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah. Keadaan ini yang
dinamakan hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh
tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui pengeluaran zat seperti
histamine.
2. Kalor (panas)

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.


Sebenarnya panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada
permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370 C, yaitu suhu
dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,
sebab darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke permukaan daerah yang
terkena lebih lebih banyak dari pada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas
lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh didalam tubuh,
karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 370 C dan hyperemia
tidak menimbulkan perubahan.

3. Dolor (nyeri)

Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya,
bahan pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf.
Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya juga
dapat merangsang sel-sel saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang juga
dapat mengakibatkan penigkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan lagi juga dapat
menimbulkan nyeri.

4. Tumor (pembengkakan)

Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah pembengkakan


lokal (tumor). Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah kejaringan-jaringan interstisial. Campuran dari cairan dan sel yang
tertimbun paada daerah peradangan disebut eksudat, pada keadaan dini reaksi
peradangan , sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada lepuhan yang
disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah putih atau leukosit
meninggalkan aliaran darah dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.

5. Function laesa (perubahan fungsi)

Adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah dimengerti,
mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai denagn sirkulasi abnormal dan lingkungan
kimiawi yang abnormal, berfungsi juga secara abnormal. Namun sebetulnya kita tidak
mengetahui secara mendalam dengan cara apa fungsi jaringan yang meradang itu
terganggu.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan Penyembuhan

Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi yang utuh kedaerah yang terkena.
Jadi, jika ada defisiensi suplai darah kedaerah yang terkena, maka proses peradangannya
sangat lambat, infeksi yang menetap dan penyembuhan yang jelek. Banyak faktor yang
mempengaruhi penyembuhan luka atau daerah cidera atau daerah peradangan lainnya,
salah satunya adalah bergantung pada poliferasi sel dan aktivitas sintetik, khususnya
sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal dan juga peka terhadap keadaan gizi
penderita.

Penyembuhan juga dihambat oleh adanya benda asing atau jaringan nekrotik dalam
luka, oleh adanya infeksi luka dan immobilisasi yang tidak sempurna.

Komplikasi pada penyembuhan luka kadang-kadang terjadi saat proses penyembuhan


luka. Jaringan parut mempunyai sifat alami untuk memendek dan menjadi lebih padat, dan
kompak setelah beberapa lama. Akibatnya adalah kontraktur yang dapat membuat dareah
menjadi cacat dan pembatasan gerak pada persendian.

Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi atau neuroma


traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif dari serabut-serabut
saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat pada jaringan parut yang
padat.

2.6 Aspek Sistemik dari Peradangan

Demam adalah fenomena umum yang sering terjadi sejajar dengan proses peradangan
lokal, yang manular maupun yang tidak manular. Penyebab demam adalah dilepaskannya
pirogen endogendari netrofil dan makrofag. Zat-zat ini mempengaruhi pusat pengaturan
suhu dihipotalamus. Hal lain yang mencolok yang mengikuti proses peradangan lokal
adalah perubahan-perubahan hematologis yang biasa ditemukan.

Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan yang mempengaruhi proses


pendewasaan (maturasi) dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang
mengakibatkan kenaikan jumlah suatu leukosit, kenaikan ini disebut dengan leukositas.
Pada cidera yang hebat, gejala berupa malaise, anoreksia dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda, bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inflamasi atau radang adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau
kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnyamediator radang seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan lainnyayang menimbulkan reaksi
inflamasi berupa panas, nyeri, merah, bengkak dandisertai gangguan fungsi. Dapat kita
simpulkan bahwa inflamasi bukanlah suatu penyakit, melainkan manifestasi dari suatu
penyakit. Dimana inflamasi merupakan respon fisiologislokal terhadap cidera jaringan.
Inflamasi dapat pula mempunyai pengaruh yangmenguntungkan, selain berfungsi sebagai
penghancuran mikroorganisme yang masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses.

Inflanmasi juga dapat mencegah penyebaran infeksi, tetapi ada juga pengaruh yang
dapat merugikan inflanmasi, karenan secara seimbang radang juga memproduksi penyakit
misalnya, abses otak yang menyebabkan terjadinya distori jaringan yang permanen dan
menyebabkan gangguan fungsi.

3.2 Saran

Sekian dari makalah yang kami buat ini, semoga dapat berguna, bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca, semoga makalah ini dapat lebih mudah dimengerti agar
pembaca lebih memahami materi pembelajaran tentang Proses peradangan.
Daftar Pustaka
Dr. W.Herdin sibuea dkk, Buku seri kedokteran dan kesehatan terbitan PT Rineka Cipta,
Ilmu Penyakit Dalam.

Biotekhno Dauz. 2013,Patologi Radang

https://www.academia.edu/8207808/Inflamasi_baru

Anda mungkin juga menyukai