REAKSI INFLAMASI
Di Susun Oleh :
Dosen :
Ritha Widyapratiwi, S. Si., MARS., Apt.
FAKULTAS FARMASI
PEOGRAM STUDI SARJANA FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puja dan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Imunologi dengan judul "Reaksi Inflamasi" ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Ritha Widyapratiwi, S. Si., MARS., Apt.
selaku Dosen Mata Kuliah Imunologi dan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas Imunologi mengenai
"Reaksi Inflamasi" karena ini adalah salah satu mata ajar di dunia kefarmasian.
Oleh karena itu, pada penyusunan makalah ini kami berusaha menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami bagi pembaca.
Kami menyadari walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin
mencurahkan pikiran dan kemampuan yang kami miliki, makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam makalah
ini.
Penulis
i
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian Reaksi Inflamasi......................................................................3
2.2 Penyebab Inflamasi...................................................................................4
2.3 Inflamasi Lokal dan Sistemik....................................................................5
2.4 Mekanisme Inflamasi Akut.......................................................................7
2.5 Mekanisme Inflamasi Kronik....................................................................8
2.6 Macam – Macam Sel dan Mediator Inflamasi Kronik............................10
2.7 Peradangan Granulomatosa.....................................................................13
2.8 Metabolisme Asam Arakhidonat.............................................................14
2.9 Tanda - Tanda Inflamasi..........................................................................15
2.10 Proses Inflamasi Akut.............................................................................17
2.11 Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan Penyembuhan..................21
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
ii
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
iii
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
1
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
1.2 Rumusan Masalah
2
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
BAB II
PEMBAHASAN
3
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
a) Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari
beberapa menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan
dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
b) Inflamasi kronik berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari sampai
bertahun-tahun dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag
disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan
parut.
a. Benda Fisik
4
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Benda-benda Traumatik : Jarum, Pisau, Tombak, Panah, Binatang buas
Suhu
Listrik : Voltase tinggi
Radiasi : Sinar X, Nuklir.
b. Bahan Kimiawi yang Korosif / Toksik :
HNO3
H2SO4
Toksin : Bisa Ular / Kalajengking.
c. Benda Infektifa.
Bakteri / Kuman / Basil
Golongan Kokus : Stafilokokus, Streptokokus, Meningokokus,
Pneumokokuse, Diplokokus
Golongan virus
RNA : Polio, rabies,
DNA : HIV
Golongan Ricketsia
Golongan Klamidia
Golongan mikrobakterium : KP, MH
Golongan Parasit = Malaria, Sifilis, Kencing tikus. Cacing : Cacing
Kremi, cacing pita, cacing tambang, cacing gelang, Elephanthiasisc.
Golongan Jamur- jamur = Kandida sp, Kriptokokus neoformans,
Epidermophyta Aspergyllus sp. Tinea : Ingunialis, Kapitis,
Versikolor.
5
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
vaskular. Selain itu, aktivasi sistem komplemen menghasilkan anafilatoksin
(C3a dan C5a) yang akan menginduksi terjadinya degranulasi pada sel mast
sehingga terjadi sekresi berbagai mediator, di antaranya histamin yang
kemudian memicu vasodilatasi.
Beberapa jam setelah terjadinya perubahan vaskular, neutrofil
kemudian melakukan ekstravasasi dari sistem vaskular ke jaringan,
memfagositosis antigen dan melepaskan mediator inflamasi. Selain itu,
makrofag yang ikut memfagositosis antigen pun teraktivasi dan juga
menyekresikan sitokin pro inflamasi di antaranya interleukin (IL)-1, IL-6, dan
tumor necrosis factor (TNF-α). Ketiga sitokin tersebut menginduksi terjadinya
koagulasi darah. Sitokin IL-1 menginduksi diekspresikannya molekul adhesi
pada sel endotel, intercellular adhesion molecule (ICAM-1) dan vascular
adhesion molecule (VCAM-1), sedangkan TNF-α menginduksi peningkatan
ekspresi selektin-E. Dengan demikian, terjadi migrasi sel imun, seperti
limfosit, monosit dan neutrofil menuju area inflamasi dan ekstravasasi sel
imun dari sistem vaskular ke jaringan. Aktivitas interferon (IFN)-γ dan TNF-α
di jaringan meningkatkan kemampuan selular makrofag dan neutrofil. Periode
dan intensitas inflamasi perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan kerusakan
jaringan yang parah. Fungsi kontrol ini dibawakan oleh tumor growth factor
(TGF-β) yang kemudian memicu akumulasi dan proliferasi fibroblas dan
matriks ekstraselular yang diperlukan untuk perbaikan jaringan.
Respons inflamasi lokal dapat disertai dengan respons sistemik yang
ditandai dengan demam, peningkatan produksi hormon ACTH dan
hidrokortison, proliferasi leukosit dan sintesis protein fase akut, yaitu C-
reaktif protein (CRP) di hati yang dapat meningkat sebesar 1000 kali selama
respons inflamasi akut.
6
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Gambar 1. Sel dan mediator pada respons inflamasi akut lokal
Kerusakan jaringan memicu pembentukan produk komplemen yang
berperan sebagai opsonin, anafilaktoksin dan faktor kemotaktik. Bradiknin
dan fibrinopeptida diinduksi kerusakan endotel dan memacu perubahan
vaskular. Neutrofil pada umumnya merupakan leukosit pertama yang
bermigrasi ke jaringan diikuti monosit dan limfosit, hanya sebagian interaksi
yang terlibat dalam ekstravasasi leukosit.
8
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
a) Fagositosis antigen atau debris selular, seperti neutrofil yang
berdegenerasi setelah terkontrolnya inflamasi
b) Aktivasi limfosit T melalui presentasi antigen dan sekresi sitokin
Inflamasi kronik merupakan inflamasi dengan durasi waktu yang lama
(beberapa minggu atau bulan) dimana terjadi peradangan, kerusakan jaringan,
dan perbaikan yang berdampingan. Inflamasi kronik terjadi bila proses
infalamasi akut gagal, dan bila antigen menetap. Antigen yang menetap
menimbulkan aktivasi dan akumulasi makrofag yang terus menerus. Makrofag
berperan dalam memperbaiki jaringan parenkim yang rusak. Fagositosis
dilakukan terhadap debris sel dan bahan-bahan lain yang belum didegradasi
oleh neutrofil. Hasilnya, dapat berupa kembalinya struktur normal jaringan,
atau fibrosis yang menyebabkan disfungsi pada jaringan tersebut.
Antigen yang persisten dapat menyebabkan timbulnya sel epiteloid dan
terjadinya granuloma. Aktivitas TNF-α di jaringan menyebabkan
dipertahankannya struktur granuloma. Keterlibatan limfosit T yang kemudian
menyekresikan IFN-γ menyebabkan terjadinya datangnya makrofag untuk
membentuk sel datia. Pembentukan granuloma biasanya ditemukan pada
kasus inflamasi akibat silika, talk, atau karena penyakit bakteri yang kronis
seperti infeksi M. tuberculosis, M. lepra, dan H. capsulatum. Infeksi bakteri
kronik dapat memacu pembentukan granuloma berupa agregrat fagosit
mononuklear dan sel plasma yang disebut delayed type hipersensitivity (DTH)
atau tipe lambat/ tipe 4.
Tujuan pembentukan granuloma ini adalah untuk mengisolasi fokus
inflamasi, membatasi penyebaran antigen serta membantu makrofag untuk
mempresentasikan antigen pada limfosit T.
9
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Perbedaan inflamasi akut dan inflamasi kronis sesuai dengan pemicunya
1) Makrofag
Makrofag merupakan sel dominan yang berperan penting pada
peradangan kronik. Makrofag adalah satu komponen sistem fagosit
mononuklear atau sistem retikuloendotel. Fagosit mononuklear berasal
dari sumsum tulang kemudian berkembang sebagai monosit di darah.
Monosit bermigrasi ke berbagai tempat dan berdiferensiasi menjadi
makrofag dan dapat bertahan hidup selama beberapa bulan atau beberapa
tahun. Monosit mulai bermigrasi sangat cepat ke dalam ekstravaskular
jaringan pada saat awal peradangan akut dan dalam 48 jam mereka
10
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
menjadi sel yang dominan. Ketika monosit mencapai jaringan
ekstravaskular, segera bertransformasi menjadi makrofag.
Makrofag dapat diaktivasi oleh berbagai stimuli, misalnya produk
mikroba yang berikatan dengan toll like receptors (TLRs) dan sel reseptor
lainnya, sitokin (contohnya IFN-γ) yang disekresikan oleh limfosit T
tersensitisasi, natural killer cell (NK cell) dan mediator kimia lainnya.
Makrofag akan segera mengeliminasi berbagai agen yang berbahaya,
contohnya mikroba, dan memulai proses perbaikan serta bertanggung-
jawab atas kerusakan jaringan pada peradangan kronik. Aktivasi makrofag
yang merusak jaringan merupakan suatu tanda peradangan kronik. Pada
peradangan kronik, akumulasi makrofag yang menetap terjadi akibat
rekrutmen yang terus-menerus dari sirkulasi, dan terjadi proliferasi lokal
pada tempat peradangan.
11
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Kedatangan eosinofi dikendalikan oleh molekul adhesi yang sama
seperti yang digunakan oleh neutrofil dan juga kemokin eotaksin yang
dihasilkan oleh sel leukosit atausel epitel. Granula eosinofil mengandung
suatu protein disebut MBP (major basic protein), yaitu suatu protein
kationik bermuatan besar dan bersifat toksik terhadap bakteri.
Adapun sel mast merupakan sel yang tersebar luas dalam jaringan
ikat dan dilengkapi oleh IgE terhadap antigen tertentu. Apabila terpajan
dengan antigen tersebut, maka sel mast akan mengeluarkan histamin dan
produk asam arakhidonat yang menyebabkan perubahan vaskular pada
radang akut. Sel mast juga dapat mengelaborasisitokin seperti TNF yang
berperan pada respons kronik yang lebih besar.
12
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Interleukin merangsang limfosit lain untuk membelah dan memberikan
kemampuan membentuk sel perantara respons imun terhadap berbagai
antigen. Limfosit-T juga bekerja sama dengan limfosit-B
membantunya untuk mengenali antigen.
d. Destruksi sel target
Faktor-faktor seperti perforin diproduksi untuk menghancurkan sel lain
melalui perusakan membran selnya.
e. Produksi interferon
Interferon γ, diproduksi oleh sel-T teraktivasi, mempunyai sifat
antivirus dan pada saat tertentu mengaktifkan makrofag. Interferon α
dan β, diproduksi oleh makrofag dan fibroblas, yang mempunyai sifat
antivirus dan sel pembunuh alami yang aktif (activate natural
killercells = NK cells) dan makrofag.
14
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
menjadi turunan hidroksilasi in, sesuai (HETES), atau menjadi leukotrin
atau lipok.
Terjadinya inflamasi adalah reaksi lokal dari jaringan atau sel terhadap
suatu rangsangan. Jika ada cedera, terjadi rangsangan untuk melepaskan zat
kimia tertentu yang menstimulasi terjadinya perubahan jaringan sebagai
manifestasi dari radang, diantaranya yaitu histamin, serotonin, bradikinin,
leukotrien dan prostaglandin.
15
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Cyclooxygenase (COX) merupakan enzim yang terdapat pada jalur
biosintetik dari prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin. Enzim ini
ditemukan tahun 1988 oleh Dr. Daniel Simmons, peneliti dari Harvard
University. Cyclooxygenase terbagi dua yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1
sebagai housekeeping gen pada hampir seluruh jaringan normal, sedangkan
enzim COX-2 bertanggung jawab terhadap mekanisme inflamasi dan rasa
nyeri. COX-2 membentuk PGE2 dan PGI2 yang dapat menyebabkan
terjadinya beberapa proses biologis yaitu peningkatan permeabilitas kapiler,
agen piretik dan hyperalgesia.
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit – hari) dengan ciri
khasutama eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda – tanda
umum berupa rubor (redness), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain),
Functio laesa (lose offunction). Seperti gambar dibawah ini :
17
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Gambar 2. Tahapan terjadinya inflamasi akut
1) Hyperaemia
Jejak yang terbentuk pertama – tama akan menyebabkan dilatasi
arteri lokal (didahului vasokonstriksi sesaat). Dengan demikian
mikrovaskular pada lokasi jejas melebar, aliran darah mengalami
perlambatan, dan terjadi bendungan darah yang berisi eritrosit pada
bagian tersebut, yang disebut hiperemia. Pelebaran ini lah yang
menyebabkan timbulnya warna merah (eritema) dan hangat. Perlambatan
dan bendungan ini terlihat setelah 10-30 menit Hyperaemia di dalam
inflamasi berhubungan dengan perubahan mikrovaskular, yang disebut
Lewis’ triple response - berupa - a FLUSH, a FLARE and a WEAL‖. The
FLUSH ditandai dengan garis putih (dikarenakan adanya vasokonstriksi).
The FLUSH merupakan garis merah (dikarenakan dilatasi kapiler). The
FLARE merupakan daerah dengan warna merah yang lebih terang
disekitarnya (dikarenakan dilatasi arteri)
18
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
2) Exudating
Selanjutnya, terjadi peningkatan permeabilitas endotel disertai
keluarnya protein plasma dan sel-sel leukosit ke daerah extravaskular
yang disebut eksudasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah dalam darah
terkonsentrasi, viskositas meningkat, sirkulasi menurun, terutama pada
pembuluh darah – pembuluh darah kecil yang sisebut stasis. Pada ujung
arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar
ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi.
Hal ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan
menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik
kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut
akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir
dari ruang jaringan melalui saluran limfat umumnya, dinding kapiler
dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi
(diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel – sel
darah putihyang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat
peningkatan permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma
dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik
intravaskular sebagai akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan
serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya
3) Emigration
Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit
pada lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel – sel
darah putih mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk
bakteri dan debris sel – sel nekrosis,dan enzim lisosom yang terdapat di
dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. Beberapa
produk sel darah putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal
– hal tertentu menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti Baik
neutrofil, maupun sel berinti tunggal dapat melewati celah antar
selendhotelial dengan menggunakan pergerakan amoeboid menuju
19
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
jaringan target. Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro
akan menyebabkan sel – sel darah merah menggumpal dan membentuk
agregat – agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri.
Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan terdapat
di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel – sel darah putih pindah ke
bagian tepi (marginasi). Mula – mula sel darah putih bergerak dan
menggulung pelan – pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang
tersendat tetapi kemudian sel – sel tersebut akan melekat dan melapisi
permukaan endotel. Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih
yang bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi
leukosit adalah pertemuan antar - selendotel. Walaupun pelebaran
pertemuan antar – sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit
mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar – sel endotel yang
tampak tertutup tanpa perubahan nyata.
4) Kemotaksi
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju
ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini
disebabkan oleh pengaruh – pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut
kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor –
faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda – beda. Neutrofil dan
monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit
bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi
neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap
beberapa jenis sel darah putih. Faktor – faktor kemotaksis dapat
endogen berasal dari protein plasma atau eksogen,
misalnya produk bakteri berupa protein maupun polipeptida
5) Fagositosis
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses
fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan
bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi
20
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh
opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri
yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel
fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada
pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak padavesikel
sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom.
Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap,
granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan
melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi.
Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah
dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme.
Walaupun beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan
leukosit.
22
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan mengakibatkan
terjadinya distori jaringan yang permanen dan menyebabkangangguan fungsi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., Indrawati, T., D., Masruhin, M., A., 2015, Aktivitas Ekstrak
Daun Salam (Eugenia Polyantha) sebagai Anti inflamasi pada Tikus Putih
(Rattus Norvergicus), J.Trop. Pharm. Chem. Vol 3. No 2.
Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.)
(Setiawan, I., Tengadi, K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli
diterbitkan1996).
24
Institus Sains Dan Teknologi Nasional
Price, S. A. dan Wilson, L. M. C., 1995, Fisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Edisi Empat, Buku Kedua, 767-769, 773-776, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
25
Institus Sains Dan Teknologi Nasional