Anda di halaman 1dari 33

Tugas Farmakologi 1

Nama : Halimatussadiah

Nim : 20334022

Kelas :K

Klasifikasi Obat Sistem Saraf Otonom

 Agonis adrenergik (Adrenomimetik / simpatomimetik)

Obat yg termasuk tipe ini langsung berikatan pada reseptor adrenergik, sehingga mengaktivasi
reseptor tersebut obat2 yg bertindak sebagai agonis adrenergik langsung memiliki afinitas
terhadap reseptor2 tertentu. misalnya: 1. Norepinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1
2. Epinefrin : memiliki afinitas terhadap reseptor α, β1, β2 3. Isoproterenol: memiliki afinitas
terhadap reseptor β1, β2

NAMA OBAT- OBATAN :


 Epinefrin
Epinefrin adalah obat penting di ICCU, ICU dan ruang praktek dokter (utamanya untuk
mengatasi Syok Anafilaktik). Efek yang ditimbulkan adalah meningkatkan kontraktilitas
(inotropik positif), heart rate (kronotropik positif), vasokontriksi dan (efek akumulasinya
adalah) meningkatkan tekanan darah.
1. Nama obat bermerk : Epinephrine, pehacain
2. Komposisi : Epinephrine 50mg/mL
3. Indikasi :
1. Henti Jantung. Dosis 0.5-1 mg (IV) diberikan berkali-kali sampai kondisi emergency
teratasi
2. Syok anafilaktik. Dosis 0.25-0.5 mg (subkutan)
3. Bronkospasme (asma). Dosis 0.25-0.5 mg (subkutan)
4. Dosis :
 Syok anafilaksis (Intra muskular (di suntikkan ke otot))
Dewasa: 500 mcg (0,5 ml), ulangi pemberian setiap 5 menit sesuai kebutuhan sampai
terjadi perbaikan.
Anak: Dosis tergantung pada usia dan berat badan. Dosis biasa: 10 mcg / kg berat badan.
 Syok anafilaksis (Intravena)
Dewasa: 0.5 mg (5 mL larutan 1: 10.000) diberikan dengan secara lambat 100 mcg /
menit, hentikan pemberian ketika respons tercapai.
Anak: 10 mcg / kgBB. Jika di berikan secara autoinjektor, dosis didasarkan pada berat
badan anak: 15-30 kg: 150 mcg dan berat badan > 30 kg: 300 mcg.
 Asma akut
Dewasa: 0.3-0.5 ml (300-500 mcg). Dosis dapat diberikan melalui injeksi intra muskular
atau sub kutan.
Anak: 0,01 ml / kgBB (10 mcg / kgBB). Maksimal: 0,5 ml (500 mcg). Dosis dapat
diberikan melalui injeksi intra muskular atau subkutan.

5. Kontra-indikasi dan Efek Samping :Epinefrin dikontraindikasikan pada pasien


hipertensi, penyakit jantung koroner. Efek samping yang dilaporkan meliputi gelisah,
palpitasi, tremor, sakit kepala, aritmia sampai stroke hemoragik.

6. Toksisitas :

Injeksi intravaskular epinefrin yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan otak


karena peningkatan tekanan darah yang tajam. Kematian juga dapat terjadi akibat edema
paru karena penyempitan pembuluh darah perifer bersamaan dengan stimulasi jantung.
 Norepinefrin (NE)
Norepinefrin (NE) disintesis dari dopamin dan dilepaskan oleh medulla adrenal ke
sirkulasi.NE bekerja sebagai agonis reseptor alfa di arteri, sehingga menimbulkan
vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah tanpa meningkatkan heart rate. Namun,
pada dosis yang besar dapat memiliki efek seperti epinefrin di jantung.
1. Nama obat bermerk : vascon, arespin, efrala, epinor, raivas,
2. Komposisi : norepinephrine bitartrate monohydrate 1mg/mL

3. Indikasi :

Syok kardiogenik dan hipotensi dengan heart rate cepat. Dosis: 0,5-30
mikrogram/kgBB/menit. Sediaan NE (levarterenol) berisi 4 mikrogram/mL bisa
dilarutkan dalam NaCl 0.9%.

4. Dosis :

 Tujuan: Mengatasi hipotensi akut


Dosis awal 8–12 mcg per menit, melalui infus. Dosis dapat ditingkatkan untuk mencapai
respon terapi yang diinginkan. Dosis perawatan 2–4 mcg per menit, melalui infus.

 Tujuan: Menangani henti jantung Dosis awal 8–12 mcg per menit, melalui infus. Dosis
dapat ditingkatkan untuk mencapai respon terapi yang diinginkan. Dosis perawatan 2–4
mcg per menit, melalui infus.

Selain itu, norepinephrine juga bisa digunakan dalam pengobatan syok septik, dengan
dosis 0,01–3,3 mcg/kgBB per menit, melalui infus.
5. Efek samping dan kontra indikasi :

Kontraindikasi:

Hipertensi, kehamilan, laktasi. Hipotensi akibat defisit volume sirkulasi.

Efek Samping:

Bradikardia, iskemia serebral dan kardia, aritmia, ansietas, sakit kepala, nekrosis bila
terjadi ekstravasasi infus.

6. Toksisitas :

Gejala-gejala overdosis dapat termasuk denyut jantung yang lambat atau sakit kepala
berat, berkeringat, muntah, sensitivitas pada cahaya meningkat, kulit pucat, dan nyeri
dada yang menusuk.

Pemberian Norepinephrine yang melebihi dosis yang dianjurkan akan menimbulkan


gejala, seperti tekanan darah tinggi, berkeringat, pendarahan otak, kejang.

 Dobutamin

Dobutamin bekerja sebagai agonis reseptor Beta 2 adrenergik. Meningkatkan


kontraktilitas miokard dan meningkatkan frekuensi denyut jantung. Efek klinis yang
diharapkan setelah pemberian dopamin adalah peningkatkan cardiac output dan tekanan
darah. Efek takikardi lebih ringan dari dopamin. Dobutamin sering digunakan bersama
dopamin, dengan mempertahankan dosis dopamin tetap rendah dan meningkatkan dosis
dobutamin secara bertahap untuk menstabilkan hemodinamik pada syok kardiogenik.
1. Nama obat bermerk : dobutamine hameln, inotrope,cetadop

2. Komposisi : Dobutamine hydrochloride setara dengan Dobutamine 50 mg/mL


3. Indikasi :

Syok Kardiogenik, kondisi hipotensi berat atau kecenderungan syok setelah mendapat
terapi cairan. Dosis: 2-20 mikrogram/kgBB/menit.

4. Dosis :

Dobutamin akan diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter
melalui suntikan ke pembuluh darah vena (intravena/IV).

Dosis awal penggunaan dobutamin untuk kondisi gagal jantung bagi orang dewasa adalah
2,5–10 mcg/kgBB per menit. Dosis dapat disesuaikan menjadi 0,5–40 mcg/kgBB per
menit, tergantung respons tubuh pasien.

Sementara itu, dosis untuk bayi hingga anak-anak usia 18 tahun adalah 5 mcg/kgBB per
menit. Dosis dapat disesuaikan menjadi 2–20 mcg/kgBB per menit, tergantung respon
tubuh pasien.

5. Efek samping dan kontra indikasi :

Kontraindikasi:

Idiopathic hypertropic subaortic stenosis, riwayat hipersensitivitas terhadap dobutamin

Efek Samping:

Efek samping yang timbul pada dasarnya adalah tergantung pada dosis dan oleh karena
itu dapat dikontrol dengan mengurangi kecepatan infus. Karena dobutamine hampir
sempurna dieliminasi dalam waktu 10 menit, efek samping yang timbul akan segera
hilang dengan cara pengurangan dosis atau penghentian infus. Mual, sakit kepala,
palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada pernah dilaporkan sebagai efek samping yang
paling umum terjadi.
6. Toksisitas :

Pada keadaan overdosis, yang menunjukkan adanya perubahan tekanan darah atau
takikardia, kecepatan infus harus dikurangi atau terapi dihentikan sampai pasien dalam
keadaan stabil.

 Isoprenaline
Isoprenaline umumnya digunakan untuk mengobati gangguan jantung tertentu (misalnya serangan jantung,
gagal jantung kongestif), masalah pembuluh darah (syok), dan beberapa kondisi dari detak jantung yang tidak
teratur (blok jantung). Obat ini juga digunakan untuk mengendurkan jalur pernapasan yang menyempit.
Isoprenaline juga dapat digunakan untuk menangani kondisi lainnya atas saran dokter.

Isoprenaline adalah obat simpatomimetik yang bekerja mengendurkan pembuluh darah dan membantu
pompaan darah agar bekerja lebih baik lagi. Obat ini bertindak sebagai relaksan jalur pernapasan agar Anda
bisa bernapas dengan lebih mudah.
1. Nama obat bermerk : Isuprel, spectrum

2. Komposisi : Isoproterenol HCL 1mg/mL ( 0,2 mg/mL)


1. Isoproterenol Hydrochloride
injeksi (solusi 1:5,000) 0.2 mg/mL isoproterenol hydrochloride
injeksi (1:50,000) 0.02 mg/mL isoproterenol hydrochloride
2. Isuprel
injeksi (1:5,000 solution) 0.2 mg/mL isoproterenol hydrochloride
3. Medihaler-ISO
aerosol mengandung 80 mcg isoproterenol sulfate/actuation

3. Indikasi :

Blok jantung; bradikardia berat

4. Dosis :
oral, dosis awal 30 mg setiap enam jam, rentang 90-840 mg per hari (tetapi cara oral jarang digunakan);
Infus intravena 0,5-10 mcg/menit.
5. Efek samping :
Hentikan penggunaan obat hirup isoprenaline dan segera cari bantuan medis
jika Anda mengalami efek samping berikut ini:
tanda-tanda reaksi alergi seperti gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,
bibir, lidah, atau tenggorokan
nyeri dada atau detak jantung tidak normal
Efek samping lainnya yang lebih umum terjadi adalah:
1. sakit kepala, pusing, berkunang-kunang, atau insomnia
2. gemetar (tremor) atau serangan gugup
3. berkeringat
4. mual, muntah, diare; atau
5. mulut terasa kering

6. Toksisitas

 Dopamine

Dopamin adalah obat untuk membantu kerja jantung dalam memompa darah saat terjadi
syok, yaitu kondisi di mana pasokan darah, oksigen, dan nutrisi ke jaringan serta organ
tubuh berkurang (hipoperfusi). Kondisi ini bisa dipicu oleh gagal jantung,
sepsis, atau cedera.

1. Nama obat bermerk :


Cetadop, Dopac, Dopamin Hydrochloride, Indop, Proinfark, Udopa.

2. Komposisi : dopamine HCL 200mg/mL


3. Indikasi :
Obat dopamin diindikasikan untuk penanganan hipotensi, terutama pada syok
sepsis dan kardiogenik. Dosis dopamin yang diberikan berkisar dalam rentang 2-
20mcg/kg/menit, dosis ini diatur sesuai dengan respon hemodinamik yang
diinginkan. Batas maksimal dosis dopamin adalah 50 mcg/kg/min.
4. Dosis :
Dosis dopamin suntik untuk mengatasi syok akibat gagal jantung, gagal ginjal,
trauma, serangan jantung, atau saat operasi akan ditentukan oleh dokter
berdasarkan kondisi dan berat badan pasien.

Secara umum, dosis awal dopamin suntik adalah 2–5 mcg/kgBB per menit yang
diberikan melalui infus. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 5–10
mcg/kgBB per menit. Untuk kondisi syok parah, dosis dapat ditingkatkan hingga
20–50 mcg/kgBB per menit.

Selama penyuntikan dopamin, dokter akan memantau tekanan darah, jumlah urine
yang keluar, serta frekuensi dan kekuatan pompa jantung.
5. Efek samping :
Beberapa efek samping yang mungkin muncul setelah menggunakan dopamin
suntik adalah nyeri atau iritasi pada area tubuh yang disuntik, sakit kepala, sulit
bernapas, mual, muntah, gelisah, dan menggigil.Beri tahu dokter jika efek
samping yang telah disebutkan tidak kunjung mereda atau justru semakin
memberat. Segera laporkan ke dokter atau petugas medis yang sedang betugas
jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius,
seperti :
1.Denyut jantung tidak teratur atau jantung berdebar
2.Pusing yang berat hingga ingin pingsan
3.Sesak napas
4.Nyeri dada
6. Toksisitas :

Pemberian Dopamine yang melebihi dosis yang dianjurkan akan menimbulkan


gejala, seperti peningkatan tekanan darah berlebihan, vasokonstriksi.

Jika terjadi overdosis, segera kurangi dosis atau hentikan infus (dibantu oleh
tenaga medis profesional). Jika langkah-langkah ini gagal, dapat dipertimbangkan
untuk pemberian phentolamine mesylate.
 Antagonis adrenergik (Adrenolitik / simpatolitik)

Obat yang mengeblok sistem saraf simpatik dengan mekanisme:

 menurunkan rangsang simpatetik dari otak

 mengeblok reseptor adrenergic

 menurunkan pengeluaran

Nama obat – obatan :

1. PHENTOLAMINE
 Nama : phentolamine mesylate
 Khasiat : Phentolamine adalah obat penghambat alfa-adrenergik yang dapat digunakan
untuk mengatasi kondisi kesehatan tertentu, seperti:
 pheochromocytoma (tumor pada kelenjar adrenal)

 hipertensi, terutama yang disebabkan oleh pheochromocytoma

 impotensi (kelainan ereksi)

 penyakit pembuluh darah perifer

Dalam kasus impotensi, phentolamine bisa menyebabkan kerusakan permanen pada


penis dan kehilangan kemampuan ereksi jika tidak digunakan sesuai dengan arahan
dokter.
Selain itu, phentolamine adalah obat yang bisa digunakan untuk menghilangkan efek
obat bius pada bagian tubuh tertentu, seperti bibir dan lidah.
 Dosis phentolamine

 Dosis untuk orang dewasa

Phentolamine 0.5-1 mg disuntikkan sangat perlahan pada area pada penis sesuai dengan
petunjuk dokter. Berikan waktu 1-2 menit untuk menyelesaikan 1 dosis suntikan.
Jangan suntikkan lebih dari 1 dosis per hari. Juga, jangan gunakan phentolamine lebih
dari 2 hari berturut-turut atau lebih dari 3 kali seminggu.
 Dosis untuk anak

Belum ada ketentuan dosis obat ini untuk anak-anak. Obat ini bisa saja berbahaya bagi
anak-anak. Penting untuk memahami keamanan obat sebelum digunakan. Konsultasikan
pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.

 Phentolamine tersedia dalam dosis-dosis sebagai berikut:


 Cairan
 Suntikan
 Bubuk untuk cairan
 Efek Samping obat
Menurut MIMS, berikut adalah beberapa efek samping phentolamine yang perlu Anda
waspadai:

 Pusing

 tekanan darah rendah

 detak jantung tidak beraturan

 berkeringat

 nyeri dada

 mual

 muntah

 diare

 kejang

 ereksi yang berlanjut hingga lebih dari 4 jam, atau ereksi yang menyakitkan
benjolan pada penis

Phentolamine yang disuntikkan pada penis dapat menyebabkan kesemutan pada


ujung penis. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini. Mungkin ada beberapa
efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu,
konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

 Berikut adalah daftar obat yang dapat berinteraksi dengan phentolamine:

 alprazolam

 albuterol

 epinephrine

 ephedrine

 sildenafil

 tadalafil

 vardenafil

2. PROPANOLOL

 Nama obat bermerk : farmadral, propranolol

 Khasiat obat : Propranolol merupakan obat golongan beta blocker yang bekerja dengan
menghambat reseptor beta di jantung dan pembuluh darah. Dengan begitu, denyut
jantung dapat lebih teratur, pembuluh darah yang sebelumnya menyempit dapat melebar,
dan aliran darah dapat lebih lancar. Selain mengatasi gangguan jantung dan pembuluh
darah, propranolol juga dapat digunakan untuk meredakan gangguan kecemasan, tremor,
mencegah migrain dan angina, serta pengobatan hemangioma infantil.
 Dosis dan Aturan Pakai Propranolol
Dosis propranolol yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi kesehatan dan usia
pasien. Berikut adalah penjelasannya:

Kondisi: Pheochromocytoma
 Dewasa: 60 mg, sekali sehari selama 3 hari menjelang operasi. Jika tumor tidak bisa

dibedah, dosisnya adalah 30 mg per hari.


 Anak-anak: 0,25–0,5 mg/kg BB, 3–4 kali sehari.

Kondisi: Hipertensi

 Dewasa: Dosis awal adalah 40–80 mg, 2 kali sehari. Dosis perawatan adalah 160–320

mg per hari.

Kondisi: Serangan jantung

 Dewasa: Dosis awal adalah 40 mg, 4 kali sehari selama 2–3 hari, dimulai dalam 5–21

hari setelah serangan jantung. Dosis perawatan adalah 80 mg, 2 kali sehari.

Kondisi: Hipertensi portal

 Dewasa: 40 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 80 mg, tergantung

respons detak jantung pasien.

Kondisi: Migrain

 Dewasa: Dosis awal adalah 40 mg, 2–3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai

80–160 mg per hari.


 Anak usia ≤12 tahun: 10–20 mg, 2–3 kali sehari.

 Anak usia >12 tahun: 40 mg, 2–3 kali sehari.

Kondisi: Aritmia

 Dewasa: 10–40 mg, 3–4 kali sehari.

 Anak-anak: 0,25–0,5 mg/kg BB, 3–4 kali sehari.

Kondisi: Tremor

 Dewasa: Dosis awal adalah 40 mg, 2–3 kali sehari. Dosis perawatan adalah 80–160

mg per hari.
Kondisi: Gangguan kecemasan

 Dewasa: 40 mg, per hari. Dosis bisa ditingkatkan menjadi 40 mg, 2–3 kali sehari.

Kondisi: Angina pektoris

 Dewasa: Dosis awal adalah 40 mg, 2–3 kali sehari. Dosis perawatan adalah 120–240

mg per hari.

Kondisi: Kardiomiopati

 Dewasa: 10–40 mg, 3–4 kali sehari.

Kondisi: Hipertiroidisme

 Dewasa: 10–40 mg, 3–4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 240 mg sehari.

 Anak-anak: 0,25–0,5 mg/kg BB, 3–4 kali sehari.

 Interaksi Propranolol dengan Obat Lain

Ada beberapa interaksi yang dapat terjadi jika propranolol dikonsumsi dengan obat-
obatan tertentu, antara lain:

 Peningkatan risiko semakin memburuknya kondisi aritmia jika dikonsumsi dengan

amiodarone atau antagonis kalsium


 Peningkatan risiko terjadinya depresi jika dikonsumsi secara berkelanjutan dengan obat

reserpine
 Penurunan efek antihipertensi jika dikonsumsi dengan OAINS, seperti ibuprofen atau

indomethacin
 Peningkatan kadar propranolol dalam darah dan risiko terjadinya perdarahan jika

dikonsumsi bersama dengan warfarin


 Peningkatan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan obat bius

 Peningkatan konsentrasi plasma dari propanolol jika dikonsumsi dengan lidocaine

 Efek Samping dan Bahaya Propranolol


Ada beberapa efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan propranolol, antara
lain:

 Mual dan muntah

 Konstipasi

 Diare

 Lelah yang berlebihan

 Gangguan tidur, seperti insomnia

 Impotensi

3. ACEBUTOLOL
 Khasiat obat : untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Selain itu, obat ini
juga bisa digunakan dalam pengobatan gangguan irama jantung atau angina pektoris.
Acebutolol merupakan obat golongan penghambat beta yang bekerja dengan cara
menghambat reseptor beta di jantung dan pembuluh darah. Dengan begitu, denyut
jantung akan melambat, ketegangan di jantung dan pembuluh darah berkurang, dan
tekanan darah akan turun.

 Dosis dan Aturan Pakai Acebutolol


Dosis acebutolol ditentukan berdasarkan kondisi pasien dan respons tubuh terhadap obat.
Berikut ini adalah dosis acebutolol untuk orang dewasa berdasarkan tujuan
penggunaannya:
 Mengobati hipertensi
Dosis awal 200–400 mg, 1–2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan setelah 2 minggu
pengobatan menjadi 400 mg, 2 kali sehari. Dosis maksimal 1.200 mg per hari yang
dibagi dalam beberapa dosis.
 Mengatasi aritmia
Dosis awal 200 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons pasien.
Dosis maksimal 1.200 mg per hari yang dibagi dalam beberapa dosis.
 Menangani angina pektoris
Dosis awal 200–400 mg, 1–2 kali sehari. Dosis maksimal 1.200 mg per hari yang
dibagi dalam beberapa dosis.
 Interaksi Acebutolol dengan Obat Lain
Penggunaan acebutolol bersamaan dengan obat-obatan lain dapat menimbulkan beberapa
efek interaksi, antara lain:
 Penurunan efektivitas acebutolol jika digunakan dengan obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS), seperti ibuprofen
 Peningkatan kadar aminofilin atau teofilin di dalam darah yang bisa meningkatkan
risiko terjadinya efek samping, seperti tremor atau insomnia
 Penurunan efektivitas obat dekongestan hidung, seperti efedrin
 Peningkatan risiko terjadinya efek samping jika digunakan
dengan diltiazem atau verapamil
 Peningkatan efektivitas acebutolol jika digunakan dengan obat golongan antihipertensi
lainnya, seperti atenolol, reserpine, clonidine, metoprolol atau betaxolol
 Efek Samping dan Bahaya Acebutolol
Ada beberapa efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan acebutolol, antara lain:
 Sakit kepala atau pusing
 Mual, sakit perut, diare, atau sembelit
 Lelah yang tidak biasa
 Nyeri otot
 Insomnia
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika keluhan yang disebutkan di atas tidak kunjung
reda atau semakin parah. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:
 Sesak napas

 Bengkak di kaki

 Nyeri dada
 Detak jantung terasa sangat lambat

 Gelisah, bingung, atau depresi

 Pusing yang berat hingga ingin pingsan

 Gangguan hati, yang bisa ditandai dengan urine berwarna gelap, mual dan

muntah, penyakit kuning

4. Methoxamine
 Khasiat obat : Methoxamine digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, &
perbaikan penyakit, kondisi dan gejala Hipotensi
 Efek samping
Berikut adalah daftar efek samping yang memungkinkan yang dapat terjadi dalam
obat-obat yang mengandung Methoxamine. Ini bukanlah daftar yang komprehensif.
Efek-efek samping ini memungkinkan, tetapi tidak selalu terjadi. Beberapa efek
samping ini langka tetapi serius. Konsultasi pada dokter Anda jika Anda melihat efek
samping berikut, terutama jika efek samping tidak hilang.
• Kegelisahan
• Gugup
• Kelemahan
• Pusing
• Nyeri prekordial
• Getaran
• Gangguan pernapasan
• Berkeringat

 Interaksi methoxamine dengan obat dan produk berikut ini:


• Doxazosin
• Haloperidol
• Labetalol
• Loxapine
• Phenothiazines
• Phenoxybenzamine
• Phentolamine
• Prazosin
• Tolazoline

5. BETAXOLOL
 Khasiat obat
Betaxolol merupakan obat golongan antagonis adrenergik beta-1 kardioselektif.
Bentuk sediaan dari betaxolol meliputi larutan maupun suspensi topikal tetes mata
dan tablet oral. Sediaan tetes mata betaxolol umumnya digunakan untuk
tatalaksana pada kasus glaukoma dan hipertensi okuli. Sedangkan sediaan oral
dapat digunakan untuk tata laksana hipertensi, pasca infark miokard, angina
pektoris stabil, serta menurunkan risiko kejadian stroke dan gagal jantung kronis.
Betaxolol memiliki karakteristik farmakodinamik sebagai obat antagonis
adrenergik yang kompetitif terhadap reseptor beta 1 selektif dengan efek
menurunkan produksi dari humor akuous sehingga tekanan intraokular (TIO) juga
akan menurun (seperti kondisi glaucoma). Serta secara sistemik akan
memperlambat laju irama jantung, menurunkan cardiac output, serta menurunkan
tekanan darah.
Secara farmakokinetik, sediaan topikal dari betaxolol akan diabsorbsi di mata dan
didistribusikan sebagian dalam plasma darah, serta metabolisme di mata dan
sistemik khususnya di hati. Sedangkan pada sediaan oral, absorpsi akan terjadi
secara sempurna dengan bioavalabilitas 89%. Sekitar 50% kemudian akan
berikatan dengan protein plasma yang kemudian mengalami metabolisme 85% di
hati dengan waktu paruh 14 sampai dengan 22 jam setelah administrasi.
 Indikasi betaxolol
 dalam bentuk tetes mata adalah sebagai terapi untuk tekanan bola mata yang
tinggi, yang sering ditemukan pada glaukoma dan hipertensi okuli. Sedangkan
sediaan oral digunakan untuk tata laksana hipertensi, pasca infark miokard, dan
angina pektoris stabil. Betaxolol dapat menurunkan risiko kejadian stroke dan
gagal jantung kronis.
 Betaxolol topikal diberikan dengan dosis pemberian adalah 1 tetes untuk
sediaan suspensi atau 1 sampai 2 tetes untuk sediaan solusio pada mata yang
terindikasi setiap 12 jam.
 Indikasi pemberian adalah sebagai berikut
 Glaukoma : Pemberian betaxolol merupakan salah satu terapi pilihan utama
untuk glaukoma khususnya dengan jenis glaukoma sudut terbuka primer.
Betaxolol akan bekerja dengan mengurangi produksi dari humor akuos
sehingga TIO menurun, hal ini akan mencegah progresifitas kerusakan dari sel
saraf mata. Selain itu betaxolol dengan sifat lipofilik akan terakumulasi dalam
sel membrane dan menyebabkan mekanisme penurunan influx Na+. Hal ini
berperan sehingga betaxolol memiliki sifat neuroprotektif dan mencegah
terjadinya iskemia sel saraf. Dosis: 1 tetes 0.5% betaxolol, 2 kali sehari.
 Hipertensi Okuli : Hipertensi okuli berkaitan dengan kondisi produksi humor
akuos yang meningkat sehingga TIO meningkat tanpa disertai dengan
kerusakan pada saraf mata, sehingga betaxolol dengan mekanisme aksi
menurunkan produk humor akuos menjadi pilihan utama dalam mengatasi hal
tersebut. Serta sifat neuroprotektif akan mencegah progresivitas hipertensi
okuli menjadi glaukoma. Dosis: 1 tetes 0.5% betaxolol, 2 kali sehari.

 Betaxolol Oral : Sediaan betaxolol oral tidak tersedia di Indonesia namun


beberapa indikasi yang digunakan pada pemberiaan di luar negeri adalah
hipertensi, pasca infark miokard, dan angina pektoris stabil. Pemberian dosis
dapat dimulai dengan 10 mg sekali sehari selama 7 sampai 14 hari yang bisa
dikombinasikan dengan terapi lainnya sehingga efektivitas pengobatan akan
didapat lebih optimal. Mekanisme kerja adalah dengan menurunkan tekanan
darah, nadi, serta cardiac output.
 Efek Samping
Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah kondisi keluhan ringan pada
mata berupa rasa tidak nyaman pada mata yang dialami sementara sesaat setelah
pemakaian dengan tetes mata, dimana hal ini terjadi pada sekitar 10 – 25% pasien
yang menggunakan. Beberapa efek samping lainnya yang terjadi secara umum
adalah.

 Rasa nyeri atau gatal pada mata


 Pandangan kabur
 Fotofobia
 Mata terasa kering (xeroftlamia)
 Keratitis kornea punktata
 Bradikardia atau gangguan irama jantung
 Bronkospasme pada saluran pernapasan
 Urtikaria
 Vertigo
 Alopesia (kerontokan pada rambut)
 Insomnia atau gangguan pola tidur
 Gagal jantung

 Interaksi Obat
Interaksi obat betaxolol sebaiknya dipertimbangkan sesuai dengan mekanisme
kerjanya sebagai inhibitor dari reseptor beta adrenergic. Sehingga administrasi
dari obat dengan golongan dan efek serupa harus dihindari untuk mencegah
peningkatan risiko terjadinya efek samping, seperti propanolol, timolol,
pindolol, atenolol, bisoprolol, acebutolol, esmolol, carvedilol, dan lainnya.[2,4,12]
Beberapa obat lain juga perlu diperhatikan interaksi terutama berkaitan dengan
konsentrasi betaxolol dalam plasma yang bisa meningkatkan risiko efek samping
atau menurunkan efektivitas obat, serta konsentrasi dari obat yang bisa terganggu
bila digunakan bersamaan dengan betaxolol tersebut.
 Peningkatan Konsentrasi Betaxolol
Beberapa obat yang berinteraksi dan menyebabkan peningkatan konsentrasi serta
meningkatkan risiko efek samping dari betaxolol adalah sebagai berikut.

 Inhibitor asetilkolin seperti donepezil, rivastigmin

 Alfa-1 bloker seperti prazosin, terazosin

 Alfa-2 agonis seperti clonidine


 Bloker saluran kalsium subkelas nondihidropiridin
seperti verapamil, diltiazem
 Agonis kolinergik seperti bethanechol

 Antiaritmia seperti amiodarone

 Penurunan Konsentrasi Betaxolol


Obat yang berinteraksi dan menyebabkan penurunan konsentrasi betaxolol
sehingga efektivitas betaxolol menurun adalah sebagai berikut.

 Golongan barbiturate

 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)

 Antibiotik turunan rifampisin


Obat Lain yang Mengalami Perubahan Konsentrasi atau Metabolisme

Pada beberapa kondisi penggunaan betaxolol dengan obat lain bisa


mengganggu kondisi farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat tersebut
berupa.

 Bupivacaine yang akan meningkat konsentrasinya dalam serum

 Epinefrin yang akan mengalami penurunan efek terapinya

 Obat anti diabetic berupa Insulin dan sulfonilurea yang akan meningkat
risiko kejadian hipoglikemia
 Lidokain yang akan meningkat konsentrasinya dalam serum

 Derivat teofilin yang akan mengalami penurunan efek bronkodilatasi

 Toksisitas Obat
Dosis toksik betaxolol pada manusia belum ada data pasti secara ilmiah, namun
pada penelitian dengan tikus putih kecil (mice) didapatkan pada dosis 350-920
mg/kg dan tikus biasa (rat) didapatkan pada dosis 860 – 1050 mg/kg. Pada
kondisi overdosis ini bisa terjadi toksisitas sistemik dengan gejala berupa
bradikardi, hipotensi, dan gagal jantung akut. Saat terjadi hal ini maka sebaiknya
segera bilas mata yang terkena dengan air hangat bersih yang mengalir serta
hentikan penggunaan betaxolol tersebut secara segera.
 Agonis kolinergik(kolinomimetik)

Nama –obat obatan :

1. Methacholine

Methacholine adalah ester kolin sintetis yang bertindak sebagai agonis reseptor
muskarinik non-selektif dalam sistem saraf parasimpatis.

Nama obat Bermerek :


Komposisi:
Indikasi: untuk perawatan Diagnosis hiperreaktivitas bronkus dan kondisi lainnya
Dosis :
Efek samping : . Sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit kepala ringan, mual, muntah, atau pusing
dapat terjadi. Jika salah satu dari efek ini bertahan atau memburuk, beri tahu dokter atau apoteker
Anda segera.
Ingatlah bahwa dokter Anda telah meresepkan obat ini karena ia telah menilai bahwa manfaatnya
bagi Anda lebih besar daripada risiko efek samping. Banyak orang yang menggunakan obat ini
tidak memiliki efek samping yang serius.

Beri tahu dokter Anda segera jika salah satu dari efek samping serius ini terjadi: kesulitan
bernapas, batuk, mengi, nyeri / sesak dada, detak jantung tidak teratur.

Toksisitas : Jangan mengonsumsi lebih dari dosis resep. Mengonsumsi lebih banyak obat tidak
akan memperbaiki gejala Anda; malah dapat menyebabkan keracunan atau efek samping serius.
Jika Anda mencurigai bahwa Anda atau siapapun yang mungkin telah overdosis dari
Methacholine Chloride, mohon pergi ke departemen darurat rumah sakit terdekat atau rumah
perawatan. Bawalah kotak obat, kontainer, atau label dengan Anda untuk membantu dokter
dengan informasi yang diperlukan.
2. Neostigmin

Neostigmin adalah obat yang digunakan untuk mengobati miastenia gravis, sindrom Ogilvie, dan
retensi urin tanpa adanya penyumbatan. Ini juga digunakan dalam anestesi untuk mengakhiri
efek obat penghambat neuromuskular non-depolarisasi.

Nama obat Bermerek : neostigmine-hameln neostigmin injeksi 0,5 mg/ml (i.v.), prostigmin
Komposisi : neostigmine-hameln neostigmin injeksi 0,5 mg/ml (i.v.)
Indikasi : miastenia gravis; mengatasi kelumpuhan akibat pelemas otot non-depolarisasi

Dosis : Oral: NEONATUS: 1-5 mg tiap 4 jam setengah jam sebelum menyusui; ANAK sampai 6
th.: mula-mula 7, 5 mg; anak 6-12 th: mula-mula 15 mg; dosis total per hari 15-90 mg;
DEWASA: 15-30 mg oral diulang pada interval yang sesuai dengan kebutuhan; dosis total per
hari 75-300 mg (lihat keterangan di atas).
Injeksi subkutan atau intramuskular: NEONATUS: 50-250 mcg tiap 41/2 jam sebelum menyusu;
ANAK: 200-500 mcg sesuai dengan kebutuhan; DEWASA: 1 - 2,5 mg dengan interval yang
sesuai dengan kebutuhan; dosis total sehari 5-20 mg.

Efek samping : mual, muntah, diare, hipersalivasi, kejang perut (terutama pada dosis tinggi).
Gejala kelebihan dosis meliputi berkeringat, sekresi bronkus, rasa tak enak di saluran cerna,
defekasi dan berkemih tak terkendali, miosis, nistagmus, bradikardia, hipotensi, agitasi, mimpi
berlebihan, rasa lemah, akhirnya fasikulasi dan paralisis.

Toksisitas : Bahan sediian pada pada sediaan neostigmin mengadung metil dan propil parabens
yang merupakan antioksidan dan dinyatakan aman digunakan pada pasien dewasa dan anak
3. Carbachol

Carbachol merupakan obat parasimpatomimetik (parasympathomimetics) yang dapat


mengaktifkan reseptor acetylcholine, sehingga dapat mengontrol miosis (penyempitan pupil mata
yang berlebihan) selama operasi mata, merawat mata pasca operasi mata, dan mengobati
penyakit mata berupa glaukoma.

Nama obat Bermerek : carbamylcholine, Miostat


Komposisi : Obat ini memiliki rumus kimia C6H15ClN2O2 dengan berat molekul 182.648
gr/mol. Obat ini berada di pasaran dengan beberapa merek dagang seperti yang telah disebutkan
di atas. Obat ini memiliki bentuk sebagai obat tetes mata dan berbentuk cairan yang mudah
diaplikasikan pada area yang terinfeksi. Untuk memaksimalkan kerja obat sebaiknya konsumsi
vitamin A karena manfaat vitamin A untuk mata dapat mempercepat pemulihan.

Indikasi : Obat Glaukoma, Perawatan sesudah operasi mata


Dosis : Miosis (penyempitan pupil) selama operasi
0,01% cairan: masukkan hingga 0,5 mL ke dalam ruang anterior mata sebelum atau setelah
jahitan.
Pengurangan tekanan intraokular pada mata setelah operasi 0,5 mL dimasukkan ke dalam ruang
anterior sebelum atau setelah jahitan.
Glaukoma
1-2 gtt (tetes) ke dalam kantong konjungtiva mata tiga kali sehari

Efek samping : Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah sakit kepala dan
peningkatan tekanan intraokular.
4. Edropinium

merupakan sebuah penghambat kolinesterase yang bekerja dengan cepat dan singkat
digunakan untuk mendiagnosa dan juga pengobatan untuk penyakit Myasthenia Gravis,
aritimia, dan juga antidote atau penangkal untuk curare (senyawa yang dapat menjadi racun).

Nama obat Bermerek : tensilon dan Enlon


Komposisi : Kandungan: Alii sativi Bulbus 35 mg, Apii graveolentis Herba 75 mg, Valerianae
Radix 256 mg ( Tensilon )

Indikasi : Diagnosis banding Myasthenia Gravis; Evaluasi untuk pengobatan penyakit


Myasthenia Gravis, Evaluasi untuk perawatan
darurat Myasthenia Crisis (komplikasi parah dari myasthenia gravis).

Dosis : 10 mg. Jika terjadi reaksi kolinergik, maka berikan 2 mg setelah 30 menit untuk
menghilangkan reaksi negatif
⇔ Intravena (IV)
→ 2 mg selama 15-30 detik. Jika tidak ada reaksi kolinergik setelah 45 detik, maka berikan 8
mg. Jika ada reaksi, maka hentikan terapi dan berikan IV antropine. Tes akan diulang selama 30
menit bila dibutuhkan.

Efek samping : Diare,Keringat berlebihan,Merasa ingin muntah,Sering buang air kecil,Keram


perut

Toksisitas : Gejala Overdosis Edrophonium Chloride

Gejala overdosis dari obat Edrophonium chloride meliputi:

Mual
Muntah
Diare
Keringat berlebih
Peningkatan sekresi bronkial dan saliva
Bradikardia
Hipotensi
Penglihatan kabur,
Lemah dan lesu
Kram otot
Henti jantung

5. Arekolin
Nama obat Bermerek :
Komposisi :
Indikasi : midriasis (pilokarpin)
Dosis:

Efek samping : Fibrosis submukosa oral.Kanker mulut. Kecanduan.Masalah reproduksi,


termasuk berat badan lahir rendah pada bayi baru lahir.Kemerahan pada wajah, demam,
pusing, kejang, psikosis akut, kecemasan, insomnia, dan gelisah

Toksisitas : Toksisitas derajat efek toksik suatu senyawa pada hewan uji tertentu, yang
terjadi dalam waktu singkat setelah pemberiannya pada dosis tunggal
 Antagonis Kolinergik ( Kolinolitik )

Nama obat – obatan :

1. skopolamine
Scopolamine adalah obat untuk mengatasi kram perut, usus, atau saluran kemih. Scopolamine
dikenal juga dengan nama hyoscine. Hyoscine terdiri dari dua jenis, yaitu hyoscine
butylbromide dan hyoscine hydrobromide.

1. Nama obat bermerk : Buscopan


2. Komposisi : hyoscine butylbromide
3. Indikasi : Antikolinergik
Hyoscine butylbromide digunakan untuk meredakan kram perut, usus, atau saluran
kemih, gejala irritable bowel syndrome.Hyoscine hydrobromide digunakan untuk
mengatasi mabuk perjalanan, mual, muntah, dan vertigo
4. Dosis
dosis scopolamine atau hyoscine butylbromide berdasarkan kondisi,bentuk obat, dan
usia pasien:
Kondisi: Irritable bowel syndrome
Bentuk: Tablet
Dewasa: 10 mg, 3 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan hingga 20 mg,
4 kali sehari.
Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.
Kondisi: Kram perut akibat gangguan saluran pencernaan atau saluran kemih
Bentuk: Tablet
Dewasa: 20 mg, 4 kali sehari.
Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.
Bentuk: Suntik
Dewasa: 20 mg, disuntikkan ke otot (intramuskular/IM) atau ke pembuluh darah
(intravena/IV). Dosis maksimal 100 mg per hari
5. Efek samping :
Kulit atau mulut kering, Penglihatan kabur, Rasa lelah atau kantuk, Pusing,
Konstipasi,
Nyeri atau sulit buang air kecil
Kontra-indikasi :
Glucoma, miastenia gravis, megakolon toksik, hipertofi prostat, porfiria,takikardi
6. Toksisitas :
dari scopolamine berupa menyebabkan gelisah, koma, kejang, halusinasi, sesak nafas,
gangguan visual, takikardia serta aritmia supraventrikular. Adapun gejala ini bisa
lebih parah apabila tidak mendapatkan pertolongan medis bahkan bisa menyebabkan
kematian

2. Ipratropium
Ipratropium bromide merupakan agen antikolinergik yang bekerja dengan menghambat
reseptorkolinergik muskarinik, sehingga terjadi penurunan formasi cyclic guanosine
monophosphate (cGMP).Karena aksi cGMP pada kalsium intraselular, sehingga terjadi
penurunan kontraktilitas otot halus.

1. Nama Obat bermerk: Atrovent, Combivent (kombinasi dengan Albuterol)

2. Komposisi : Ipratropium Bromide

3. Indikasi:
Untuk membantu mengatasi gejala bronkospasme reversible yang berkaitan dengan
asma,bronchitis kronik, dan emfisema

4. Dosis
Inhaler : 20-40 mcg, 3-4 kali sehari; Anak s/d 6 th : 20 mcg 3 kali sehari; 6 -12 th : 20-40
mcg 3 kali sehari 2.
Inhalation solution : 250 - 500 mcg, 3-4 kali sehari; Anak s/d 6 th : 125-250 mcg, dapat
diulangtiap 4-6 jam, dosis maksimum sehari 1 mg; 6-12 th : 250 mcg, dapat diulang
sampai dosis maksimum sehari 1 mg
5. Kontra-Indikasi : Hipersensitif terhadap ipratropium. Hipersensitif terhadap soya
lecithin (aerosol).

6. Efek samping
Bronkitis, infeksi saluran napas atas, batuk, dan mulut, tenggorokan dan lidah kering
dengan aerosolipratropium bromide. Efek samping pada ipratropium bromide nebulizer
adalah bronchitis, dispnea,dan bronkospasme.

7. Toksisitas
Inhalasi: dosis letal terendah pada guinea-pig jantan adalah 199 mg/kgLD50 oral pada
mencit 1585 mg/kg, 1925 mg/kg pada tikus, dan 920 mg/kg pada kelinci. LD50 ivpada
mencit 13,6 mg/kg, 15,8 mg/kg pada tikus, 18,2 mg/kg pada anjing. Gelaja kliniknya
meliputimidriasis, mulut kering, dispnea, tremor, kram atau takikardi
3. Dantrolin
Dantrolene adalah salah satu obat yang masuk dalam golongan relaksan otot yang berguna untuk
mengurangi nyeri otot dan kekakuan otot. Dantrolene sering digunakan pada keadaan kontraksi
otot, kejang, dan kram akibat gangguan saraf

1. Nama obar bermerk : Ryanodex


2. Komposisi : Dantrolene
3. Indikasi :
Terapi hipertermia maligna , Gangguan spastisitis otot , Sindrom neuroleptik maligna
Hemorage subarachnoid
4. Dosis :
Dosis Dewasa :
 Parenteral/Injeksi
 Hipertermia maligna
 Pertama injeksikan 1 mg/kg, ulangi bila perlu sampai mencapai dosis total 10 mg/kg
 Profilaksis hipertermia maligna
→ 2,5 mg/kg melalui infus yang diberikan sekitar 75 menit sebelum anestesi. Obat dapat
diberikan selama sekitar lebih dari 1 jam

 Oral/Diminum:

 Spastisitis kronis
→ Dosis awal 25 mg/hari, kemudian bisa ditingkatkan pada hari ke 7 sampai minggu ke
7. Regimen peningkatan dosis sebesar 25 mg sekali sehari, 25 mg tid selama 7 hari,
kemudian 50 mg tid selama 7 hari, dan kemudian 100 mg 3 atau 4 kali sehari.
→ Dosis maksimal mencapai 400 mg setiap hari. Jika tidak ada peningkatan kondisi
menjadi lebih baik dengan tingkat dosis yang lebih tinggi, dosis harus diturunkan ke
tingkat sebelumnya. Hentikan pemakaian jika tidak menunjukkan perbaikan kondisi
dalam 45 hari.
 Profilaksis hipertermia maligna
→ 4 sampai 8 mg/kg/hari, dibagi menjadi 3 sampai 4 kali pemberian. Diberikan pada 1
atau 2 hari sebelum prosedur operasi, dengan dosis terakhir diberikan sekitar 3 sampai 4
jam sebelum operasi.

Dosis Anak :

 Parenteral/Injeksi
 Hipertermia maligna
→Pertama injeksikan 1 mg/kg, ulangi bila perlu sampai mencapai dosis total 10 mg/kg
 Profilaksis hipertermia maligna
→2,5 mg/kg melalui infus yang diberikan sekitar 75 menit sebelum anestesi. Obat dapat
diberikan selama sekitar lebih dari 1 jam
 Oral/Diminum:
 Spastisitis kronis
→ Pada pasien lebih dari 5 tahun. Dosis awal sebesar 0,5 mg/kg/hari selama 7 hari
pertama, kemudian 0,5 mg/kg tid selama 7 hari berikutnya, kemudian 1 mg/kg tid selama
7 hari berikutnya, dan kemudian meningkat menjadi 2 mg/kg diberikan 3 atau 4 kali
sehari.
→ Dosis maksimal mencapai 400 mg setiap hari. Jika tidak ada peningkatan kondisi
menjadi lebih baik dengan tingkat dosis yang lebih tinggi, dosis harus diturunkan ke
tingkat sebelumnya. Hentikan pemakaian jika tidak menunjukkan perbaikan kondisi
dalam 45 hari.

5. Kontra-Indikasi
Spasme otot akut, Pasien dengan spastisiti yang digunakan untuk mempertahankan fungsi
dan postur, Ibu menyusui, Pasien dengan gangguan hati (Sediaan kapsul)

6. Efek samping
Lemah otot, misal kelemahan pada kaki, kehilangan kekuatan cengkram,
dyspnoea,kelemahan otot respirasi dan disfagia.
Sensitif terhadap cahaya
Gugup, mengantuk, pusing, sakit kepala, depresi, kebingungan, gangguan tidur, kejang.
Takikardia, eksaserbasi insufiensi jantung.
Diare, anoreksia, mual, muntah, sakit perut, perdarahan saluran cerna, dan konstipasi.
Efusi pleura
Haematuria, kristaluria, inkontinensia atau retensi urin.
Mialgia.
Gangguan penglihatan
Ruam kulit, keringat berlebih.
Malaise, kelelahan, kedinginan, dan demam
4. Atropine
Atropin adalah obat untuk menangani denyut jantung lambat (bradikardia) dan keracunan
insektisida. Obat ini juga dapat digunakan sebelum pemeriksaan mata atau sebagai pramedikasi
sebelum prosedur anestesi

1. Nama obat bermerek : Atropine, Atropine Sulfate, Cendo Tropine


2. Komposisi : Atropin
3. Indikasi : Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan
fosfor organik.
4. Dosis:
Bentuk : suntik
Dewasa: 0,5 mg, setiap 3–5 menit. Dosis maksimal 3 mg.
Anak-anak: 0,02 mg/kgBB, setiap 5 menit. Dosis maksimal 0,5 mg per dosis.
Kondisi: Keracunan insektisida jenis organofosfat

Bentuk: Suntik
Dewasa: 1–2 mg, setiap 5–60 menit hingga efek racun menghilang. Untuk kondisi
keracunan parah, akan diberikan 2–6 mg setiap 5–60 menit hingga gejala keracunan
menghilang. Dosis maksimal 50 mg dalam 24 jam pertama.
Anak-anak: 0,05–0,1 mg/kgBB, diberikan setiap 5-10 menit hingga efek racun
menghilang.
Kondisi: Pramedikasi sebelum prosedur anestesi
Bentuk: Suntik
Dewasa: 0,3–0,6 mg, 30–60 menit sebelum pemberian anestesi.
Anak-anak <3 kg: 0,1 mg, 30–60 menit sebelum pemberian anestesi.
Anak-anak 7–9 kg: 0,2 mg, 30–60 menit sebelum pemberian anestesi.
Anak-anak 12–16 kg: 0,3 mg, 30–60 menit sebelum pemberian anestesi.
Anak-anak >20 kg: 0,4–0,6 mg, 30–60 menit sebelum pemberian anestesi.
Kondisi: Divertikulitis, irritable bowel syndrome (IBS), dispepsia nonulkus

Bentuk: Tablet
Dewasa: 0,6–1,2 mg, sekali sehari, dikonsumsi malam hari sebelum tidur.
Kondisi: Radang mata bagian tengah (uveitis)

Bentuk: Obat tetes mata


Dewasa: 1–2 tetes larutan atropin 1%, 4 kali sehari.
Anak-anak: 1 tetes larutan atropin 1%, 3 kali sehari.
Kondisi: Sebelum pemeriksaan mata

Bentuk: Obat tetes mata


Dewasa: 1–2 tetes larutan atropin 1%, 40–60 menit sebelum prosedur.
Anak-anak: 1 tetes larutan atropin 1%, selama 1–3 hari sebelum prosedur.

5. Efek samping
Mulut, hidung, atau tenggorokan terasa kering, Konstipasi , Denyut jantung cepat
Hipertemia , Penglihatan kabur atau mata yang sensitif terhadap cahaya
Pusing, sakit kepala, atau kantuk

Anda mungkin juga menyukai