MATERI II
MEDIATOR INFLAMASI
Obat Inflamasi - C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
Respons inflamasi merupakan aspek penting dari respons terhadap jaringan yang
merusak. Respons kompleks ini melibatkan sel-sel leukosit seperti makrofag, neutrofil, dan
limfosit, juga dikenal sebagai sel-sel inflamasi. Menanggapi proses inflamasi, sel-sel ini
melepaskan zat khusus yang termasuk amina dan peptida vasoaktif, eikosanoid, sitokin
proinflamasi, dan protein fase akut, yang memediasi proses inflamasi dengan mencegah
kerusakan jaringan lebih lanjut dan pada akhirnya menghasilkan penyembuhan dan
pemulihan fungsi jaringan. Ulasan ini membahas peran sel-sel inflamasi serta produk
sampingannya dalam mediasi proses inflamasi.
ii
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................................. ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 4
2.1 Cell Derived Mediator ................................................................................ 4
2.2 Plasma Derived Mediator ........................................................................... 18
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan dan
mencurahkan berkah serta rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
ini. Tak sedikit kendala yang kami alami dan hadapi dalam penyelesaian makalah ini, namun
semua itu tidaklah menurunkan niat kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
proses pembuatan hingga penyelesaian makalah ini yakni antara lain:
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dalam penulisan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis dengan
senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, tubuh kita pasti mengeluarkan respon terhadap suatu
paparan. Jika kita memakan makanan yang mengandung alergen, maka tubuh kita akan
beraksi, seperti kemerahan, gatal, bengkak dan lain-lain atau bila tertusuk paku, maka respon
dari tubuh, yaitu kemerahan dan timbul rasa sakit.
Semua respon tersebut dilakukan oleh tubuh utnuk mengembalikan homeostasis tubuh
yang terganggu akibat adanya intervensi dari luar tubuh. Tetapi, respon tubuh tersebut
terkadang berlebihan atau mengangganggu. Untuk itu, diperlukan beberapa treatment untuk
membantu tubuh mengembalikan homeostasis. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
bagaimana proses terjadinya respon agar mengetahui treatment yang tepat untuk mengatasi
respon berlebihan. Respon tersebut yang dimaksud dengan inflamasi.
Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi, kita harus mempelajari berbagai macam
golongan obat berdasarkan golongan penyakitnya, salah satunya obat inflamasi. Tujuan
pembelajaran yang harus dicapai dalam mata kuliah obat inflamasi adalah mampu
menjelaskan patofisiologi penyakit yang disebabkan oleh inflamasi, serta mampu
menjelaskan obat dan mekanismenya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Obat Inflamasi untuk topik
Mediator Inflamasi, sekaligus memberikan ringkasan pelajaran agar mudah dipahami oleh
mahasiswa lain.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
14. Bagaimana mekanisme kerja sistem komplementer sebagai mediator inflamasi dan
bagaimana cara pengaktifan sistem komplementer?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut.
a. Mengetahui jenis-jenis mediator inflamasi, baik berasal dari sel(amin vasoaktif,
metabolit asam arakidonat, dan sitokin) maupun cairan plasma(komplemen dan
kinin).
2
b. Memahami sumber, reseptor, macam, dan mekanisme kerja histamin dan
serotonin sebagai mediator inflamasi amin vasoaktif
c. Memahami sumber, reseptor, macam, dan mekanisme kerja leukotrien dan
prostaglandin sebagai mediator amin inflamasi metabolit asam arakidonat
d. Memahami sumber, reseptor, macam, dan mekanisme kerja interleukin dan TNF-
α sebagai mediator inflamasi sitokin
e. Memahami sumber, reseptor, macam, dan mekanisme kerja sistem komplemen
dan sistem kini sebagai mediator yang berasal dari cairan plasma.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Inflamasi terjadi ketika jaringan rusak dan teriritasi. Akibatnya, mediator inflamasi
akan dilepas, sehingga menghasilkan berbagai efek pada tubuh, seperti kemerahan, rasa
panas, pembengkakan, dan rasa sakit.
Mediator inflamasi terbagi menjadi dua, yaitu cell derived (berasal dari sel) dan
plasma-protein derived (berasal dari protein plasma). Mediator inflamasi yang bersal dari sel
terbagi menjadi amin vasoaktif yang terdiri dari histamin dan serotin, metabolit asam
arakidonat yang terbagi menjadi leukotrien dan prostalandin, dan sitokin yang terdiri dari
interleukin dan TNF-alfa. Sedangkan, mediator yang berasal dari plasma protein terbagi
menjadi sisttem komplemen dan sistem kinin.
4
2.1.1 Metabolit asam arakhidonat
Asam arakhidonat merupakan asam lemak tak jenuh ganda C-20 yang
menghasilkan eicosanoid (metabolit) berupa prostaglandin, tromboksan, leukotriene,
dan lipoksin. Asam Arakidonat adalah salah satu mediator dalam inflamasi
(peradangan) yang kerjanya secara local. Asam Arakidonat dan metabolitnya dapat
memediasi hampir setiap langkah peradangan seperti tabel di bawah ini:
Asam arakidonat dihasilkan dari diet linoleate asam dan hadir dalam tubuh
terutam dalam bentuk esterifikasi sebagai komponen fosfolipid membran sel. Ketika
kulit terluka, terdapat stimulus yang akan mengaktivasi fosfolipase A2 untuk
mengubah fosfolipid yang ada pada membrane menjadi Asam Arakidonat. Bentuknya
dilepaskan dari fosfolipid melalui aksi fosfolipase seluler yang telah diaktifkan oleh
rangsangan mekanis, kimia, atau fisik, atau dengan mediator peradangan seperti C5a.
Metabolisme asam arakidonat dapat melalui dua jalur, sikloogsigenase dan
lipoksigenase. Keduanya di katalisis oleh enzim siklooksigenase atau lipoksigenase
yang nantinya akan berikatan dengan Asam Arakidonat. Jika enzim yang teraktivasi
adalah siklooksigenase, asam arakidonat akan diubah menjadi metabolitnya seperti
prostaglandin dan tromboksan. Jika enzim yang teraktivasi adalah lipoksigenase,
asam arakidonat akan diubah menjadi metabolitnya berupa leukotriene dan lipoksin.
5
2.1.2.1 Prostaglandin
6
7
TXA2 merupakan produk yang dihasilkan paling awal jika
terjadi inflamasi khususnya saat dinding pembuluh darah terluka.
TXA2 berfungsi sebagai agregat plateletaggregasi dan vasokonstriktor.
Setelah dinding sel yang terluka kembali normal, PG1,PGD2, dan
PGE2 akan membuat pembuluh darah yang tadinya dalam keadaan
vasokontriksi berubah menjadi vasodilatasi dan meningkatkan
permeabilias vaskuler. PGI2 juga berfungsi untuk menginhibisi
agregasi platelet.
8
Reseptor Prostaglandin
2.1.2.2 Leukotrien
9
enzim yang terletak di retikulum endoplasma (ER) atau membran nuklear,
masing-masing memiliki stereospesifitas tinggi, dimulai dengan 5-
lipoksigenase (5-LOX). Leukotrien seri 3 dan 5 kurang diteliti dan memiliki
asam 5,8,11-eicosatrienoic dan 5,8,11,14,17-eicosapentaenoic, masing-
masing, sebagai prekursor. Pada manusia, 5-LOX diekspresikan terutama
dalam sel-sel asal myeloid (neutrofil, eosinofil, monosit-makrofag, dan sel
mast) dan dalam sel foam jaringan aterosklerotik (pada sel lain, sintesis
dihambat oleh metilasi DNA). Dalam sel yang beristirahat, 5-LOX terjadi baik
dalam sitosol atau dalam nukleus sebagai enzim yang larut, tergantung pada
jenis sel, tetapi sebagai respons terhadap aktivasi sel, ia bermigrasi dengan
fosfolipase A2 ke retikulum endoplasma dan membran perinuklear di mana
yang terakhir membebaskan asam arakidonat dari fosfolipid untuk
metabolisme. Ini diaktifkan oleh fosforilasi di berbagai situs. 5-LOX memiliki
struktur yang mirip dengan lipoksigenase lain dan mengandung domain
katalitik α-heliks yang mengandung besi non-heme dan domain N-terminal
yang berikatan dengan kalsium dan fosfatidilkolin zwitterionik dalam
membran (tetapi bukan fosfolipid kationik). Berbeda dengan prostaglandin,
peningkatan asam arakidonat saja tidak cukup untuk menginduksi sintesis
leukotrien. Sintesis leukotrien kecil terjadi pada sel-sel yang beristirahat, tetapi
ia dirangsang oleh peristiwa seluler yang meningkatkan kadar ion kalsium,
dan aktivitas enzim juga diatur oleh fosforilasi pada tiga residu serin oleh
kinase spesifik. Enzim diregenerasi setelah setiap siklus katalitik baik oleh
mono-oksigenase atau mekanisme sintase LTA4.
Biosintesis Leukotriene
Pada langkah pertama dari reaksi bersama dua tahap dalam biosintesis
leukotrien, 5-LOX yang tertanam dalam membran menghasilkan asam 5-
HPETE dengan reaksi dioksigenasi, yaitu penggabungan satu molekul oksigen
pada posisi C-5. Agar berfungsi dengan baik pada langkah kedua, 5-LOX
membutuhkan kehadiran dua protein tambahan yang juga tertanam di dalam
membran FLAP (five-lipoxygenase activating protein) dan CLP (coactosin-
like protein). Diyakini bahwa FLAP ada sebagai trimer, yang mengandung
10
kantong pengikat untuk asam arakidonat, dari mana yang terakhir dapat
berinteraksi dengan domain katalitik 5-LOX dan memungkinkan transfer ke
situs aktifnya. FLAP juga dapat mempromosikan penggabungan fungsional
fosfolipase A2 (cPLA2) ke 5-LOX pada membran (baik cPLA2 dan 5-LOX
bergantung pada Ca2+).
5-HPETE dapat dilepaskan seperti itu dan direduksi menjadi asam 5S-
hydroxy-eicosatetraenoic (5-HETE), tetapi dengan bantuan FLAP dan CLP, 5-
LOX mampu mengkatalisasi transformasi 5-HPETE menjadi leukotriene A4
(LTA4), yang merupakan leukotrien pertama. Meskipun LTA4 sangat tidak
stabil dengan waktu paruh hanya beberapa detik pada pH 7,4 in vitro, ia stabil
sampai batas tertentu dalam sel dengan mengikat albumin atau protein lain
yang menghilangkan air dari lingkungan terdekat dari struktur epoksida.
Meskipun tampaknya tidak memiliki fungsi biologis sendiri, itu adalah
perantara penting dalam sintesis leukotrien lain dan lipoksin.
11
leukotrien C4, 'cysteinyl leukotriene'; FLAP sekali lagi penting untuk reaksi.
Enzim ini ditemukan terutama dalam sel-sel kekebalan tubuh, seperti sel mast,
eosinofil dan monosit, tetapi juga terdapat dalam trombosit dan sel epitel.
Reaksi selanjutnya dengan γ-glutamyl-transpeptidase dalam sitosol
dihilangkan residu asam glutamat untuk menghasilkan LTD4, yang
ditindaklanjuti oleh dipeptidase untuk menghasilkan LTE4.
2.1.1.1 Serotonin
12
Biosintesis dan Metabolisme
Biosintesis
Metabolisme
5-HT adalah molekul yang memiliki umur yang sangat pendek,
karena akan langsung dimetabolisme setelah fungsinya tercapai. Sebagian
besar 5-HT dimetabolisme oleh enzim monoamin oksidase (MAO). MAO
melalui deaminasi oksidatif memetabolisme 5-HT menghasilkan 5-
hidroksiindoleasetaldehid dan produk akhir dari proses ini adalah asam 5-
hidroksiindolasetat (5-HIAA) yang dioksidasi oleh enzim dehidrodenase atau
hasil akhir berupa 5-hidroksitriptopol. sebagian besar metabolit berupa 5-
hidroksiindolasetat yang diekskresikan terutama dalam urin.
Reseptor Serotonin
Reseptor serotonin merupakan reseptor membran plasma yang
dapat berupa kanal ion (ionotropik) atau berupa reseptor terkait
13
protein G (metabotropik). Berdasarkan jalur transduksi sinyal
interseluler yang diaktivasi, reseptor serotonin diklasifikasikan ke dalam
tujuh kelompok (seperti tertera pada Tabel 1) dan hampir semua jenis
reseptor ini diekspresikan pada sistem saraf pusat, terutama bagian dentate
gyrus (DG) hipokampus (Smith, 2002; Djavadian, 2004).
14
Sementara itu, aktivasi reseptor 5-HT4 akan meningkatkan produksi
cAMP dan protein kinase A (PKA) serta mengaktivasi jalur extracellular
signal-regulated kinases (ERK) untuk mengontrol proses pembentukan
memori (Barthet dkk, 2007).
Kelompok reseptor serotonin yang lain, 5-HT6, dapat
memengaruhitransmisi beberapa macam nuerotransmiter yang berperan
penting dalam memori ketika teraktivasi, di antaranya memengaruhi
transmisi asetilkolin, glutamat, GABA, epinefrin, dan norepinefrin (Mitchell,
2005).
15
3. 5-HT berinteraksi dengan reseptor 5-HT1. Terjadi vasodilatasi:
merangsang endotelium untuk memproduksi NO & melawan tindakan
vasokonstriktornya
2.1.1.2 Histamin
16
Proses pelepasan histamin dari sel mast distimulasi, oleh IgE dan
antigen, sistem komplemen, neuropeptida, microbial products, cytokin, serta
kemokin. Cytokin dan kemokin yang dihasilkan oleh sel makrofag dapat
menstimulasi pelepasan histamin. Selain itu, stiuli pelepasan histamin juga
berasal dari kontak antara sel mast dengan sel OX40/OX40L, sel
CD40/CD40L dan sel TCR/MHCII.
Antigen berikatan dengan IgE yang telah terikat pada permukaan sel
mast mengaktivasi signaling pathway. Signaling pathway sel mast
melibatkan tyrosin kinase dan fosforilasi protein, serta Fosfolipase C
(PLC)ɣ1 dan PLCɣ2. Protein terfosforilasi yang penting adaah subunit ß dan
ɣ dari reseptor Fc. Fosforilasi protein dan fosfolipase C (PLC)ɣ1 dan PLCɣ2
mengakibatkan produksi dari Inositol Triphosphate (IP 3) dan mobilisasi Ca+
dari retikulum endoplasma.. Peristiwa tersebut memicu eksositosis dari
vesikel.
17
Reseptor yang berbeda untuk sinyal yang sama biasanya diekspresikan dalam
jenis sel yang berbeda dan memberikan respon yang berbeda. Histamin
sebagai mediator inflamasi menimbulkan efek vasodilatasi sehingga reseptor
yang berperan dalam hal ini adalah reseptor H1 yang termasuk reseptor famili
GPCR.
2.1.3 Sitokin
Sitokin adalah protein yang disekresikan oleh banyak jenis sel (terutama limfosit
teraktivasi, makrofag, dan sel dendritik, tetapi juga endotel, epitel, dan sel jaringan
ikat) yang berfungsi sebagai mediator reaksi peradangan (inflamasi) dan respon
kekebalan (imun). Beberapa sitokin yang berperan sebagai mediator dalam reaksi
inflamasi yaitu:
Sitokin utama yang berperan penting dalam respon inflamasi akut adalah
TNF-α. TNF-α bersama dengan IL memiliki peran penting dalam perekrutan leukosit
dengan mendorong adhesi leukosit ke endothelium dan memigrasi mereka melalui
pembuluh. TNF-α juga bertanggung jawab terhadap banyaknya komplikasi sistemik
yang disebabkan oleh infeksi berat.
18
mengenali struktur mikroba, sinyal TLR akan menyebabkan pelekatan ligan pada
permukaan sel. Hal ini akan menimbulkan reaksi cytoplasmic signaling molecule
yang akan mengaktivasi molekul-molekul signaling seperti MyD88, TRAF6, IRAK,
serta faktor transkripsi seperti NF-κB. NF-κB inilah yang jika diaktivasi dan
ditranslokasi di nukleus akan menstimulasi produksi sitokin (TNF-α).
Interleukin (IL)
IL dapat dihasilkan oleh makrofag dan sel dendritik. IL juga dapat diproduksi
oleh beberapa sel epitel. IL dapat dirangsang oleh benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh, sel nekrotik, produk mikroba, serta sinyal yang sama dengan TNF
namun generasi dari bentuk aktif biologis dari sitokin ini tergantung pada
inflamasinya.
Kemokin
Kemokin merupakan keluarga dari protein kecil (8-10kD) yang bertindak
sebagai kemoatraktan untuk jenis leukosit tertentu. Kemokin diinduksi oleh sel
mikroba. Kemokin memiliki fungsi untuk membimbing leukosit ke situs infeksi serta
mengatur berbagai jenis sel pada berbagai wilayah anatomi dari jaringan. Berdasarkan
pengaturan residu sistein (C) dalam protein, kemokin dapat diklasifikasikan menjadi:
- Kemokin C-X-C
o Memiliki satu residu asam amino yang memisahkan dua dari empat sistein
yang terkonservasi.
o Berperan terutama pada neutrofil.
o Disekresikan oleh makrofag teraktivasi, sel endotel, dan sel lain yang
menyebabkan aktivasi dan kemotaksis neutrophil.
o Diinduksi oleh produk mikroba dan sitokin, seperti IL-1 dan TNF.
- Kemokin C-C
o Memiliki dua sistein.
o Berperan sebagai kemoatraktan untuk monosit, eosinophil, basophil, dan
limfosit.
- Kemokin C
o Bekerja spesifik untuk limfosit.
- Kemokin CX3C
o Memiliki tiga asam amino diantara dua sistein pertama.
o Berperan sebagai kemoatraktan yang kuat untuk sel yang sama.
19
Sitokin merupakan salah satu komponen yang berperan dalam respon inflamasi,
baik inflamasi akut maupun inflamasi kronis. Peran dan agen penghasil dari beberapa
sitokin dijelaskan dalam tabel berikut:
20
1. Aktivasi Endotel
TNF dan IL-1 berkontribusi pada sel endothelium untuk menginduksi aktivasi
endotel dengan meningkatkan ekspresi molekul adhesi endotel.
2. Aktivasi Leukosit dan Sel Lainnya
- TNF menambah respon neutrophil terhadap rangsangan lain seperti bakteri
endotoksin dan juga merangsang aktivitas mikrobisidal makrofag
- IL-1 mengaktifkan fibroblast untuk mensintesis kolagen dan merangsang
poliferasi sel synovial dan sel mesenkimal.
- IL 1 dan IL-6 juga merangsang pembentukan subset T helper CD4+ yang juga
disebut sebagai sel TH 17 untuk melindungi tubuh terhadap infeksi dan kanker
3. Respon Fase Akut Sistemik
IL-1 dan TNF dapat menginduksi respon fase akut sistemik yang terkait dengan
infeksi atau cedera, termasuk demam. Otak akan mengenali benda asing yang
terdapat dalam tubuh, dan menimbulkan efek demam sebagai respon sistem imun.
4. TNF mengatur keseimbangan energi dengan mempromosikan lipid dan
katabolisme protein serta dengan menekan nafsu makan. Oleh karena itu, produksi
TNF yang berkelanjutan akan berpengaruh terhadap cachexia, keadaan patologis
yang ditandai dengan penurunan berat badan, atrofi otot, dan anorexia.
21
2.2 Plasma derived mediator
Plasma derived mediator terdiri dari protein yang bersikulasi dari tiga sistem saling
terkait, yaitu sistem komplemen, kinin, dan koagulasi. Ketiga sistem tersebut terlibat dalam
beberapa aspek reaksi inflamasi. Protein dalam plasma derived mediator beredar dalam
bentuk tidak aktif.
Sistem komplemen terdiri dari protein plasma yang berperan penting dalam
pertahanan inang (imunitas) dan peradangan. Pada saat aktivasi, protein pelengkap
yang berbeda melapisi (mengopsonisasi) partikel-partikel, seperti mikroba,
memfagosit dan melakukan penghancuran, serta berkontribusi pada respon inflamasi
dengan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan kemotaksis leukosit. Pada
tahap akhir, aktivasi komplementer menghasilkan Membrane Attack Complex (MAC)
yang melubangi membran mikroba penyerang Sistem komplemen harus diaktivasi
karena beberapa komponen komplemen merupakan proenzim yang harus diaktifkan
agar menjadi enzim aktif.
Sistem komplemen diaktifkan melalui 3 jalur, yaitu jalur klasik, jalur alternatif,
dan jalur lectin. Jalur klasik diawali dengan mengaktivasi C1q melalui pengikatan
C1q specific reseptor pada wilayah FC dengan 2 molekul IgG atau satu molekul IgM
dengan membutuhkan ion Kalsium. C1q yang telah diaktifkan akan mengaktifkan C1r
dan C1s. C1 yang teraktivasi memiliki sifat esterolitik dan proteolitik yang membagi
C4 menjadi dua fragmen, yaitu C4a dan C4b serta membagi C2 menjadi C2a dan C2b.
C2a berikatan dengan C4b menciptakan kompleks yang sangat aktif, yaitu C3
convertase (C4b2a) yang membelah ratusan molekul C3 menjadi C3a dan C3b.
Kemudian, beberapa molekul dari C3b mengikat C4b2a (C3 convertase) membentuk
C4b2a3b (C5 convertase). C5 convertase akan membelah C5 menjadi C5a dan C5b.
C9 akan membentuk saluran bersama dengan C5b, C6, C7, dan C8 untuk membentuk
Membrane Attack Complex (MAC).
22
23
Jalur alternatif diaktivasi ketika C3b berikatan dengan dinding sel dan
permukaan komponen lain pada mikroba. Kemudian, Faktor B bergabung dengan C3b
yang terikat sel membentuk C3bB. Faktor D kemudian memecah ikatan Faktor B
menjadi Bb dan Ba dan membentuk C3bBb. Setelah itu, sebuah protein serum disebut
properdin akan mengikat Bb untuk membentuk C3bBbP. C3bBbP berfungsi sebagai
C3 convertase yang secara enzimatik dapat membelah ratusan molekul C3 menjadi
C3a dan C3b. Setelah itu, C3b mengikat ke beberapa C3bBb membentuk C3bBb3b (
C5 Convertase). C5 convertase membelah molekul C5 menjadi C5a dan C5b. C9 akan
membentuk saluran bersama dengan C5b, C6, C7, dan C8 untuk membentuk
Membrane Attack Complex (MAC). MAC membuat lubang / “pore” pada membran
sel menyebabkan rusaknya fosfolipid sehingga air dan ion Natrium masuk ke dalam
sel yang dapat menyebabkan sel lisis.
24
Jalur Lectin dimulai ketika Mannan-Binding Protein (MBP) berikatan dengan
kelompok mannose dari karbohidrat mikroorganisme. Kemudian, MASP1 dan
MASP2 berikatan dengan MBP menghasilkan enzim yang mampu memotong C4 dan
C2 dan membentuk C4bC2a (C3 convertase). C3 convertase membelah ratusan
molekul C3 menjadi C3a dan C3b. . Kemudian, beberapa molekul dari C3b mengikat
C4b2a (C3 convertase) membentuk C4b2a3b (C5 convertase). C5 convertase akan
membelah C5 menjadi C5a dan C5b. C9 akan membentuk saluran bersama dengan
C5b,C6, C7, dan C8 untuk membentuk Membrane Attack Complex (MAC).
Sitolisis
Anaphylatoxins
C5a, C3a, dan C4a (C5a reseptor yang paling potent pada sel mast dan
basofil).
Chemotaxis
Opsonisasi
C3b sebagai opsonin dapat menempel pada fagosit. Satu bagian dari C3b
berikatan dengan protein dan polisakarida pada permukaan mikroba, bagian
lain menempel ke reseptor CR1 pada fagosit, limfosit B, dan sel dendritik.
Hal tersebut dapat meningkatkan fagositosis.
26
Aktivasi komplemen harus dikontrol oleh protein regulator dalam membran sel
untuk melindungi sel normal dari kerusakan selama reaksi perlindungan terhadap
mikroba. Berikut ini adalah jenis-jenis protein regulator beserta peranannya.
27
2.2.2 Kinin system
Sistem kinin mediator inflamasi yang berasal dari protein turunan plasma yang
disintesisis oleh hati dimana mediator ini beredar dalam bentuk tidak aktif dan akan
berubah ke bentuk aktifnya ketika terjadi inflamasi. Kinin berasal dari kininogen
dengan aksi dari protease spesifik yang disebut kallikrein. Enzim kallikrein ini
membelah prekursor glikoprotein plasma yaitu HMWK (High molecular-weight
kininogen) untuk memproduksi bradykinin. Sistem ini diawali oleh 3 protein yaitu:
28
Bradykinin dapat membuat dilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, dan kontraksi otot polos. Aksi dari bradykinin berumur pendek
karena bradykinin cepat diinaktivasi oleh enzim bernama kininase. Berikut adalah
mekanisme pembentukan bradykinin:
Ketika terjadi luka faktor XII atau faktor Hageman diaktifkan menjadi faktor
XIIa, dimana faktor XIIa ini mengubah prekallikrein menjadi kallikrein.
Kallikrein selanjutnya akan mengubah HMWK (high molecular-weight
kininogen) menjadi bradykinin.
Bradykinin berasal dari aksi plasma kallikrein terhadap HMW (High Molecular-
Weight) Kininogen sedangkan kallidin berasal dari hidrolisis LMW (Low Molecular-
Weight) Kininogen oleh jaringan kallikrein. Bradykinin dan kallidin adalah ligan
alami dari reseptor B2 tetapi bradykinin dan kallidin dapat diubah menjadi agonis
reseptor B1 dengan cara menghilangkan C-terminal dari Arg oleh enzim kininase I
29
(CPM/CPN). Kallidin dapat diubah menjadi bradykinin atau [des-Arg10]-kallidin
dapat diubah menjadi [des-Arg9]-bradykinin oleh bantuan enzim aminopeptidase.
30
Mekanisme Kerja Bradykinin
Ketika terjadi luka, misalnya tertusuk paku yang berkarat, maka makrofag yang
menghancurkan bakteri yang dibawa oleh paku akan menghasilkan sitokin dan HMWK
akan diubah menjadi bradykinin dan bradykinin akan menempel di sel endotel dimana
bradykinin akan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah yang selanjutnya dapat
membuat sel endotel berkontraksi yang kemudian akan membuat tight junction diantara
sel endotel melonggar sehingga leukosit, dalam hal ini neutrofil, dapat berdiapedesis
dan menghancurkan bakteri dan mikroba lainnya yang berasal dari paku.
31
Bradykinin juga dapat berikatan dengan sel mast agar sel mast dapat
menghasilkan histamin yang selanjutnya histamin tersebut dapat membantu
melonggarkan tight junction antara sel endotel yang membuat plasma darah keluar ke
jaringan. Bradykinin juga kemudian dapat menginduksi prostaglandin untuk
menstimulasi ujung saraf telanjang agar menghasilkan rasa sakit sehingga kita dapat
merasakan sakit dan menyadari bahwa ada bagian dari tubuh kita yang terkena paku.
Degradasi Bradykinin
Bradykinin harus didegradasi karena jika bradykinin terlalu banyak dikeluarkan
maka akan menyebabkan hipotensi karena efek yang dihasilkan bradykinin adalah
vasodilatasi. Degradasi bradykinin dilakukan oleh enzim yang disebut dengan kininase.
Bradykinin dan kallidin di-inaktivasi in vivo terutama oleh enzim kininase II
[angiotensin converting enzyme (ACE)]. Aminopeptidase-P mampu menginaktivasi
bradykinin dengan menghidrolisis ikatan N-terminal Arg1-Pro2 sehingga bradykinin
menjadi mudah untuk didegradasi selanjutnya oleh dipeptidyl peptidase IV. Bradykinin
dan kallidin dapat pula dikonversi menjadi respective metabolit-nya yaitu des-Arg9 atau
des-Arg10 oleh enzim kininase tipe I karbopeptidase M dan N.
32
Bradykinin akan diubah menjadi bentuk tidak aktifnya oleh enzim ACE atau
kininase II bersamaan dengan diubahnya angiotensin I menjadi angiotensin II juga oleh
emzim ACE atau kininase II. Angiotensin II akan menyebabkan vasokontriksi sehingga
dapat mencegah terjadinya hipotensi.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Histamin dikeluarkan oleh sel mast. Histamin berfungsi untuk vasodilatasi pembuluh
kapiler pada daerah yang mengalami peradangan. Dalam pengeluaran histamin, diperlukan
reseptor histamin agar histamin dapat teraktivasi, yaitu reseptor H1, H2, H3, dan H4.
Serotonin di sintesis di sistem saraf pusat tepatnya di neuron serotonergis dan sel
enteromakrofin di saluran pencernaan. Serotonin berfungsi untuk mengeluarkan bahan
vasokontriktor berupa ADP pada respon inflamasi untuk mengaktifkan sirkulasi terdekat
lainnya dari trombosit dan menyebabkan permukaannya lebih lengket sehingga dapat
menempel pada lapisan pertama trombosit agregat.
34
prekallikrein, dan HMWK. HMWK selanjutnya akan berubah menjadi bradykinin, dimana
bradykinin merupakan ligan alami dari reseptor B2 yang dapat memberikan efek vasodilatasi
dan meningkatkan permeabilitas vaskuler pada keadaan inflamasi akut. Bradykinin juga
dapat diubah menjadi agonis reseptor B1 yang akan memediasi pada keadaan inflamasi
kronis.
3.2 Saran
1. Sebaiknya dilakukan kajian literatur lebih banyak dan mendalam agar dapat
memahami materi mediator inflamasi dengan lebih baik.
2. Sebaiknya lebih diulas kembali materi farmakologi mengenai reseptor serta imunitas
agar lebih mudah memahami materi dengan baik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Goodman, & Gillman. (2007). Universal Free E-Book Store Universal Free E-Book Store.
Goodman & Gilman’s. (2011). The parmacology basis of therapeutics 12th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies.
Kalalo, L. P. (2015). Kadar TLR-2 solubel, TNF-alpha, Il-6, Il-10, rasio kadar TNF-alpha/Il-
10, Il-6/Il-10 dan absorbance unit Igg anti streptokokus grup B pada wanita hamil
dengan kolonisasi streptokokus grup B. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Retrieved from
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail
&act=view&typ=html&buku_id=87823&obyek_id=4
Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J. C., & Robbins, S. L. (2013). Robbins basic pathology 9th
ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier.
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., & Robbins, S. L. (2018). Robbins basic pathology 10th
ed. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier.
Nguyen, D. M., Julien, J., Rivest, S. (2002). The family of and pro-inflammtory signal-
transduction pathways that recruit NFκB. Nature Reviews Neuroscience, 3, 216-227.
Parron, K.T., Thibodeau, G. A. (2018). The Human Body in Health & Disease 7th ed.
Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=JtDwDQAAQBAJ&pg=PA752&dq=2013.+Basic
+Pathology.+Ed+9&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiUg_OOrsXgAhWRA3IKHfGyAp
AQ6AEIKjAA#v=onepage&q&f=false
36
Robbins. (2015). Student Consult. https://doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2013.05.007
37