Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya, kami sebagai penyusun dari makalah yang berjudul
“MAKALAH PROSES PERADANGAN DAN INFEKSI” dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat.
Pada makalah ini kami akan membahas salah satu sub bab mata kuliah
Patofisiologi dengen materi Proses Peradangan dan Infeksi. Makalah ini disusun
sebagai bukti pertanggung jawaban penyusun atas tugas yang telah diberikan oleh
dosen mata kuliah.
Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan pada
penyusunan makalah ini, sehingga dapat menjadi makalah yang sempurna.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat hadir ditengah-
tengah para pembaca sebagai bahan acuan bermakna, guna meningkatkan
pemahaman tentang gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas

Singkawang, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Pengertian Peradangan dan Infeksi ............................................ 3

B. Macam-macam Peradangan dan Infeksi..................................... 3

C. Tanda dan Gejala Infeksi dan Peradangan................................. 4

D. Proses Terjadinya Peradangan dan Infeksi................................. 7

E. Cara Mencegah Peradangan dan Infeksi..................................... 8

F. Cara Penanganan Peradangan dan Infeksi................................. 10

BAB III KESIMPULAN............................................................................ 25

A. Kesimpulan..................................................................................... 25

B. Saran .............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap orang pasti pernah mengalami luka, baik luka ringan maupun
luka berat. Kita akan menemui banyak kasus luka. Sebelum melakukan
perawatan luka pada pasien, sebaiknya kita mengetahui lebih dalam tentang
peradangan dan penyembuhan luka.
Radang (bahasa Inggris : inflamation) adalah rangkaian reaksi yang
terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar,
atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem
kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia
(histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang
dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem
kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap
infeksi :
1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi
untuk meningkatkan performa makrofag.
2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam,
dll. yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area
infeksi, pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran
darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam
kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi dari peradangan dan infeksi?
2. Apa saja macam-macam peradangan dan infeksi?
3. Apa saja tanda dan gejala dari infeksi?
4. Bagaimana proses terjadinya peradangan dan infeksi?
5. Bagaimana cara mencegah peradangan dan infeksi?
6. Bagaimana cara menangani peradangan dan infeksi?
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari peradangan dan infeksi
2. Untuk mengetahui macam-macam peradangan dan infeksi
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari infeksi
4. Untuk mengetahui proses terjadinya peradangan dan infeksi
5. Untuk mengetahui cara mencegah peradangan dan infeksi
6. Untuk mengetahui cara menangani peradangan dan infeksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERADANGAN DAN INFEKSI


1. Peradangan
Peradangan dapat didefinisikan sebagai reaksi terhadap cedera,
yang secara khas terdiri atas respons vaskular dan selular, yang bersama-
sama berusaha menghancurkan substansi yang dikenali sebagai asing
untuk tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan seperti sediakala atau
diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau organ itu dapat tetap
bertahan hidup.
Radang (Bahasa Inggris : inflamation) adalah rangkaian reaksi
yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena
terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah satu dari respon
utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi di stimulasi
oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotin, leukotrien, dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator
radang di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari
penyebaran infeksi.
2. Infeksi
Infeksi adalah proses saat organisme (misalnya bakteri, virus,
jamur) yang mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh atau
jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan. Reproduksi
mikroorganisme seperti ini akan mencederai tubuh pejamu dengan
menimbulkan kerusakan sel akibat toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme atau akibat multiplikasi intrasel.
Penyakit infeksi berkisar dari keadaan sakit yang relatif ringan
hingga sakit yang berat dengan keadaan umum pasien yang buruk dan
bahkan mematikan ; dari demam selesma hingga hepatitis kronis sampai
sindrom AIDS. Berat infeksi bervariasi menurut patogenesitas serta jumlah
mikroorganisme yang menginvasi tubuh dan kekuatan pertahanan tubuh
pejamu. Orang yang berusia sangat muda (anak-anak) dan sangat tua
(lansia) merupakan kelompok yang mudah terserang penyakit infeksi.
Infeksi dapat menular melalui hal-hal berikut ini : agens penyebab,
reservoir infeksius beserta tempat keluarnya, cara penularan, tempat masuk
ke dalam tubuh pejamu, dan pejamu yang rentan.
B. MACAM-MACAM PERADANGAN DAN INFEKSI
1. Macam-macam peradangan
Peradangan atau inflamasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu
inflamasi akut dan inflamasi kronis.
a. Inflamasi akut
Inflamasi akut merupakan respon langsung dari tubuh terhadap
cedera atau kematian sel. Respon ini relatif singkat, hanya
berlangsung beberapa jam atau hari. Umumnya didahului oleh
pembentukan respon imun (mutschler, 1991). Inflamasi akut memiliki
dua tahap : tahap vaskular dan tahap selular.
Reaksi-reaksi akut tampak bila rangsang yang menyebabkan
radang hanya sebentar seperti trauma fisik, luka bakar, dan infeksi
mikrobiologi yang secara cepat dapat dimusnahkan oleh pertahanan
tubuh. Respon akut biasanya ditandai perubahan-perubahan vaskular
dan eksudasi. Sel darah putih yang ikut berperan pada reaksi akut
terdiri dari neutrofil dan makrofag.
Secara garis besar, mediator yang menyebabkan inflamasi adalah :
1) Prostaglandin adalah sekelompok turunan siklopentana yang
dibentuk oleh hampir semua jaringan mamalia dan asam-asam
lemak tak jenuh, senyawa ini mempunyai berbagai aktivitas
fisiologis. Prostaglandin disebut hormon lokal karena
mempengarhi proses hayati dekat tempat pelepasannya dan
mempunyai mekanisme peninaktifan atom dekat lokasi pelepasan
(Foye, 1995).
2) Leukotrien merupakan senyawa sulfidopeptida yang dibentuk
sebagai hasil metabolisme asam arakhidonat dan merupakan
mediator radang dan nyeri.
b. Inflamasi kronis
Inflamasi kronis adalah reaksi inflamasi (peradangan) yang
berlangsung lebih dari dua minggu. Inflamasi kronis dapat terjadi
setelah proses akut. Luka yang kesembuhannya buruk atau infeksi
yang tidak teratasi dapat berlanjut menjadi inflamasi kronis. Tubuh
dapat membungkus mikroorganisme patogen yang tidak dapat
dihancurkannya dan dengan demikian mikroorganisme tersebut dapat
diisolasi.
Pada dasarnya radang ialah suatu pertahanan oleh tuan rumah.
Karena kedua komponen utama pertahanan tubuh yaitu antibodi dan
leukosit terdapat di aliran darah. Radang memiliki tiga komponen
penting :
1) Perubahan penampakan pembuluh darah dengan akibat
meningkatnya aliran darah.
2) Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang
memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan
sirkulasi darah.
3) Agregasi leukosit di lokasi jejas (lecet pada kulit).
Berbeda dengan akut, inflamasi kronis disebabkan oleh
rangsang yang menetap dan sering kali beberapa minggu atau bulan
yang menyebabkan peradangan itu terjadi. Dalam inflamasi kronis,
monosit dan makrofag mempunyai dua peranan penting dalam respon
imun, yaitu :
1) Memakan dan mencerna mikroba, debris seluler, dan neutrofil
yang berdegenerasi.
2) Modulasi respon imun dan fungsi sel T melalui presentasi antigen
dan sekresi sitokimia.
2. Macam-macam infeksi
Infeksi dapat disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yang
meliputi bakteri, virus, jamur (fungi), parasit, mikoplasma, riketsia, dan
klamidia. Berikut ini macam-macam infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme tersebut :
a. Infeksi Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal sederhana
dan memiliki dinding sel yang melindunginya terhadap banyak
mekanisme pertahanan tubuh manusia. Bakteri merusak jaringan
tubuh dengan mengganggu fungsi sel yang esensial atau dengan
melepaskan eksotoksin atau endotoksin yang menyebabkan kerusakan
sel.
b. Infeksi Jamur
Jamur (Fungus) memiliki dinding yang kaku dan nukleus yang
terbungkus membran nukleus. Mikroorganisme ini bisa terdapat
sebagai ragi (organisme berbentuk oval dan bersel tunggal) atau
kapang (organisme dengan hyphae dan filamen bercabang). Jamur
(Fungus) dapat hidup di dalam dan diluar tubuh pejamu. Infeksi jamur
yang superfisial menyebabkan tineapedis (athlete’s food) dan infeksi
vagina. Candida albicans merupakan bagian dari flora tubuh normal,
tetapi dalam keadaan tertentu, jamur ini dapat menyebabkan
candidiasis yang pada hakekatnya bisa menyerang setiap bagian tubuh
sekalipun bagian yang paling sering diserang adalah mulut, vagina,
kulit, dan traktus GI.
c. Infeksi Parasit
Parasit merupakan organisme uniseluler atau multiseluler yang hidup
pada atau di dalam tubuh organisme lain dan memperoleh nutrisi dari
pejamunya. Parasit hanya mengambil nutrien yang diperlukan dan
biasanya tidak mematikan pejamunya. Contoh parasit yang dapat
menimbulkan infeksi jika menyebabkan kerusakan sel pada pejamu
meliputi helmintes, seperti cacing kerawit (pinworm) serta cacing pita,
dan arthropoda, seperti tuma, pinjal, serta kutu. Helmintes dapat
menginfeksi usus manusia ; arthropoda umumnya menyebabkan
penyakit kulit dan sistemik.
d. Infeksi mikoplasma
Mikoplasma merupakan organisme mirip bakteri dan diantara
semua mikroba yang dapat hidup diluar sel pejamu, mikoplasma
berukuran paling kecil walaupun beberapa diantaranya bersifat parasit.
Tanpa memiliki dinding sel, mikoplasma dapat memiliki berbagai
bentuk yang berbeda dan berkisar dari bentuk-bentuk kokus hingga
filamen. Tidak memiliki dinding sel membuat mikoplasma resisten
terhadap penisilin dan antibiotik lain yang bekerja dengan
menghambat sintesis dinding sel. Mikoplasma dapat menyebabkan
pneumonia atipikal primer dan banyak infeksi sekunder.
e. Infeksi riketsia
Riketsia merupakan organisme mirip bakteri yang berukuran
kecil, gram-negatif, yang dapat menimbulkan sakit yang bisa
membawa kematian. Mikroorganisme ini bisa berbentuk bulat,
memiliki bentuk batang atau bentuk yang tidak teratur.
Mikroorganisme ini tidak mempunyai dinding sel dan membran
selnya bocor ; jadi, mikroorganisme ini harus hidup di dalam
mikroorganisme lain yaitu sel yang terlindung lebih baik. Riketsia
ditularkan lewat gigitan carier arthropoda, seperti tuma, pinjal, serta
kutu dan melalui pajanan dengan kotoran yang diproduksi oleh
arthropoda ini.
f. Infeksi klamidia
Klamidia lebih kecil daripada riketsia dan bakteri, tetapi
berukuran lebih besar daripada virus. Mikroorganisme ini bergantung
pada sel-sel pejamu untuk replikasinya dan rentan terhadap antibiotik.
Penularannya terjadi lewat kontak langsung, seperti pada saat
melakukan aktivitas seksual. Klamidia merupakan mikroorganisme
yang sering menimbulkan infeksi pada uretra, kandung kemih, tuba
fallopi, dan kelenjar prostat.
C. TANDA DAN GEJALA PERADANGAN DAN INFEKSI
Adapun tanda-tanda gejala dari peradangan dan infeksi sebagai berikut :
1. Kalor (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area
terkena infeksi/fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut
sudah mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan.
2. Dolor (rasa sakit/nyeri)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau
konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf.
Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf nyeri, selain itu pembengkakan jaringan
yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
menimbulkan rasa sakit.
3. Rubor (kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang
mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah
yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh
terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
4. Tumor/Edema (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan
sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstital. Campuran cairan dan
sel yang terimbun di daerah peradangan disebut eksudat.
5. Functiolaesa (Kehilangan fungsi)
Terjadi sebagai dampak edema dan rasa nyeri pada tempat yang
meradang.
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan
sakit disertai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal abnormal, sehingga
organ tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara normal.
(Yudhityarasati, 2007).
D. PROSES TERJADINYA PERADANGAN DAN INFEKSI
1. Mekanisme peradangan
Pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau
reaksi vaskuler. Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan
terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk
semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga
penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.
Pada proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula
phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti
dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam.
Selanjutnya akan keluar protease seluler yang akan menyebabkan lysis
leukosit. Setelah itu makrofag mononuklear besar akan tiba dilokasi
infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit. Dan akhirnya terjadi
pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.
Ciri-ciri peradangan-bengkak, panas, kemerahan, dan nyeri-ada
hubungannya dengan serangkaian peristiwa yang kompleks, yang
melibatkan perubahan-perubahan permeabilitas vaskuler, eksudasi
leukosit, dan mediator-mediator kimiawi (Robbins dan Cotran, 1979).
Sebuah strategi yang baik untuk menilai peradangan hendaknya berkisar
sekitar efek-efek sistemik yang timbul dalam peredaran darah (Gewurz
dkk, 1982).
2. Mekanisme infeksi
Kuman (baikpun itu bakteri, virus, protozoa maupun jamur) mempunyai
mekanisme dalam menyerang sel inangnya. Secara ringkas kuman tersebut
bisa menginfeksi melalui empat tahap yaitu :
a. Adesi (menempel)
Adesi adalah gaya tarik-menarik antar molekul yang tidak sejenis.
Teknisi mempelajarinya lebih dalam untuk menempel benda-benda
dan biologiwan untuk mengerti cara kerja sel.
b. Kolonisasi (berbiak)
Kolonisasi mengacu pada mikroorganisme yang tidak bereplikasi pada
jaringan yang ditempatinya.
c. Penetrasi (masuk ketubuh)
Penetrasi adalah bearti menerobos, menembus, dana tau merembes.
Secara biologis, penetrasi berarti suatu proses pertemuan dua sel
seksual dalam tujuan regenerasi makhluk hidup.
d. Infasi (menyebar keseluruh tubuh sambil berkembangbiak)
Infasi yaitu proses bakteri masuk kedalam sel inang/jaringan dan
menyebar keseluruh tubuh, akses yang lebih mendalam dari bakteri
supaya dapat memulai proses infeksi.
E. CARA MENANGANI PERADANGAN DAN INFEKSI
1. Penanganan peradangan
Penanganan peradangan melalui pebaikan dan penyembuhan. Perbaikan
dan penyembuhan adalah proses penggantian sel-sel mati dengan sel-sel
yang berbeda dari sel asalnya. Sel-sel baru membentuk jaringan granulasi,
yang nantinya menjadi jaringan parut fibrosa. Penyembuhan luka dimulai
dengn proses peradangan.kemudian terjadi pembersihan daerah itu dari
debris sel, organisme dan jaringan mati, dan bekunya darah oleh
makrofak dan sedikit oleh neutrofil. Kemudian terbentuk jaringan
granulasi (organisasi). Jaringan granulasi muda berwarna merah halus dan
mudah berdarah. Secara berangsur diletakkan kolagen dalam jaringan ini,
sehingga berangsur menjadi jaringan fibrosa. Nantinya kolagen ini
berkerut dan jaringan ini menjadi jaringan parut (sikatriks). Adapun
penyembuhan ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Penyembuhan intensi pertama
Penyembuhan intensi pertama adalah pembentukan jaringan parut
pada luka bersih yang tepinya berdekatan satu sama lain. Tepian ini
disumbat oleh bekuan darah yang mengering untuk melindungi dan
menutupi luka. Contohnya luka irisan bedah yang dijahit. Dalam 24
jam pertama terjadi reaksi radang akut, dengan infiltrasi neutrofil.
Pada hari ketiga, makrofak sudah masuk dan membersihkan daerah
itu, dan fibrolas mulai meletakkan kolagen pada tepian luka. Hari
kelima serat-serat kolagen telah menjembatani luka dan berakhir
dengan terbentuknya jaringan parut yang kuat. Kolagen terus
berkamulasi untuk membentuk jaringan parut yang padat dan kuat,
yang secara progresif meningkat kekuatannya sampai kira-kira pada
hari ke 21. Epitelisasi melewati lapisan superfisial yang memperbaiki
kontur halus. Jaringan parut ini awalnya merah terang karena
vaskularisasi banyak, tetapi makin berkurang sampai menjadi lapisan
putih tipis sesuai dengan penurunan vaskularitas. Kontraksi luka
terjadi pada semua jaringan parut mayor, dan ini menarik marjin
saling berdekatan.
b. Penyembuhan intensif kedua
Jenis penyembuhan ini serupa dengan jenis pertama, hanya
lukanya lebih besar, dengan kehilangan jaringan atau luka yang
terinfeksi. Waktu untuk pembersihan lebih lama, dan jaringan
granulasi yang terbentuk jauh lebih banyak. Terbentuk banyak
jaringan parut yang akan berkontraksi. Jenis penyembuhan ini
diperlukan pada luka bakar derajat ketiga. Struktur yang normal
terdapat di daerah ini tidak diganti baru, seperti folikel rambut,
kelenjar keringat dan sel-sel penghasil-melanin.
2. Penanganan infeksi
Penanganan infeksi bisa bervariasi secara luas. Vaksin dapat
diberikan untuk menginduksi respons imun primer dalam kondisi yang
tidak akan menyebabkan penyakit. Bila infeksi sudah terjadi,
penanganannya disesuaikan dengan mikroorganisme yang menjadi agens
penyebabnya. Terapi obat hanya boleh dilakukan jika cara ini merupakan
tindakan yang tepat. Terapi suportif penting dalam menghadapi infeksi.
a. Antibiotik bekerja dengan berbagai cara menurut golongannya.
Kerjanya bisa sebagai bakterisida (membunuh bakteri) atau
bakteriostatik (mencegah multiplikasi bakteri). Antibiotik dapat
menghambat sintesis dinding sel, sintesis protein, metabolisme
bakteri, ataupun aktivitas atau sintesis asam nukleat, atau antibiotik
dapat meningkatkan permeabilitas membran sel.
b. Obat antijamur menghancurkan mikroba yang menginvasi tubuh
dengan meningkatkan permeabilitas membran selnya. Obat antijamur
mengikat sterol dalam membran sel sehingga terjadi kebocoran pada
membran tersebut da nisi sel jamur, seperti kalium, natrium, serta
nutrien akan merembes keluar.
c. Obat antivirus menghentikan replikasi virus dengan mengganggu
sintesis DNA.
Penggunaan obat antimikroba secara berlebihan telah menimbulkan
resistensi mikroba yang luas terhadap sebagian obat tersebut. Beberapa
mikroorganisme patogen yang pernah terkendali dengan baik oleh
pemberian obat-obatan kini muncul lagi ke permukaan dengan virulensi
meningkat. Salah satu di antaranya adalah mikroorganisme patogen yang
sudah kita kenal sebagai penyebab tuberkulosis, yaitu Mycobacterium
tuberculosis.
Beberapa penyakit yang meliputi sebagian besar infeksi virus tidak
berespons terhadap obat-obat yang ada. Tindakan suportif menjadi satu-
satunya cara pada saat pertahanan tubuh sendiri mencoba mengalahkan si
penyerang. Untuk membantu tubuh memerangi infeksi, pasien harus :
a. Menerapkan kewaspadaan standar untuk mencegah penyebaran
infeksi
b. Minum banyak cairan
c. Banyak istirahat
d. Menghindari orang lain yang sedang sakit
e. Menggunakan obat-obat bebas (OTC ; obat yang bisa dibeli tanpa
resep) yang tepat untuk mengatasi keluhan atau gejala yang dialami
dengan mengetahui sepenuhnya takaran atau dosis obat, cara kerjanya,
dan kemungkinan efek samping atau reaksi merugikan pada
pemakaian obat-obat tersebut.
f. Mengikuti petunjuk dokter untuk pemakaian obat-obat yang
diresepkan dan memastikan meminum obat-obat tersebut sampai habis
jika dokter mengharuskannya.
g. Jangan membagi obat-obat yang diresepkan dokter kepada orang lain.
F. CARA MENCEGAH PERADANGAN DAN INFEKSI
1. Pencegahan peradangan
Berikut ada enam cara untuk mencegah peradangan, adapun
caranya sebagai berikut :
a. Cukupi kebutuhan mineral tubuh
Tubuh yang tidak terhidrasi dengan baik akan mengalami kendala
pada proses metabolisme tubuh. Untuk itu, cara mencegah resiko
peradangan yang begitu menyiksa, maka cukupi kebutuhan mineral
tubuh. Mineral tubuh yang tercukupi dengan baik akan mampu
meningkatkan metabolisme tubuh dengan lebih baik. Kurangi
konsumsi air keran, sebab ada begitu banyak zat-zat yang memicu
peradangan yang lebih parah ketika tubuh mengalami infeksi. Untuk
itu, sebaiknya mengonsumsi air mineral yang sudah disaring dengan
benar, hal ini untuk memastikan jika ingin mengonsumsi air yang
benar-benar bersih.
b. Konsumsi karbohidrat dari buah dan sayur
Mengonsumsi cukup karbohidtrat dapat mengakibatkan proses
metabolisme tidah berfungsi dengan baik yang mana jika hal ini
terjadi maka akan menimbulkan peradangan yang lebih rentan. Untuk
itu, konsumsilah karbohidrat dari sayuran, gandum dan buah-buahan
secara teratur. Karena selain mengandung kadar gula yang baik untuk
tubuh, makanan tersebut mengandung antioksidan yang baik umtuk
menangkal paparan radikal bebas.
c. Kurangi intensitas penggunaan gadget
Orang yang mengalami ketergantungan gadget akan rela terjaga
sampai kurang tidur. Kurangnya tidur inilah yang membuat seseorang
akan sangat rentan dari resiko peradangan.
d. Konsumsi teh hijau
Khasiat alami dari teh hijau sudah terbukti ampuh menangkal
tubuh dari paparan radikal bebas serta membuat tubuh dapat dengan
mudah mengeluarkan racun dengan sendirinya. Untuk itu
konsumsilah teh hijau dengan lebih rutin, agar resiko peradangan bisa
dicegah.
e. Kurangi konsumsi minuman dengan kandungan pemanis buatan
Orang- orang yang hobi dengan konsumsi minuman berpemanis
buatan memiliki resiko lebih besar dalam tubuh meningkatkan insulin
dan mengundang peradangan lebih mudah.
f. Konsumsi lemak yang tepat
Konsumsi lemak memang diperlukan oleh tubuh. Hanya saja,
sebaiknya selektiflah memilih lemak yang akan dikonsumsi. Lemak
jahat yang terkandung dalam gorengan dan makan ringan gampang
sekali memicu peradangan. Untuk itu, sebaiknya kurangi konsumsi
terhadap makanan tersebut dan mulai menggantinya dengan makanan
yang mengandung lemak baik, seperti alpukat, kacang-kacangan,
ikan, dan makanan lain untuk mengurangi resiko peradangan.
2. Pencegahan infeksi
Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah
tindakan yang paling utama. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan
dengan cara memutuskan rantai penularannya. Rantai penularan adalah
rentetan proses berpindahnya mikroba patogen dari sumber penularan
(reservoir) kepejamu dengan / tanpa media perentara. Jadi, kunci untuk
mencegah atau mengendalikan penyakit infeksi adalah mengeliminasi
mikroba patogen yang bersumber pada reservoir serta mengamati
mekanisme transmisinya, khususnya yang menggunakan perentara.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
Peradangan yang dirasakan umumnya memang membuat tubuh merasa
tidak nyaman untuk itulah mencegahnya sebelum terjadi ada hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko peradangan yang terjadi pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 2003. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Helmi, Echy. 2012. Makalah Radang dan Infeksi Makalah. Dikutip dari
https://id.scribd.com/doc/91149945/Makalah-Radang-dan-Infeksi

E. speicher, Carl. W. Smith, Jack; ahli bahasa, Suyono, Joko; editor, Boedina
Kresno, Siti. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

P. Kowalak, Jennifer. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai