Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

RESPONS RADANG

Andrey sendika (2126010022)


Cici paramita (2126010025)
Dwita sugari (2126010026)
Pina hikmatunnazila (2126010007)
Rangga Setiawan (2126010031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN+NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN (STIKES) TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “RESPONS RADANG” dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah ilmu dasar keperawatan 2. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang respons radang bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Neni triana. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
Halaman Sampul...................................................................................................i
Kata pengantar.....................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................2

BAB 11 PEMBAHASAN
A. Denfenisi inflamasi....................................................................................3
B. LAS............................................................................................................5
C. Sel darah putih............................................................................................7
D. Sistem imun................................................................................................7
E. Respons imun..............................................................................................8

BAB 111 PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
C. Daftar pustaka..............................................................................................11
Iii

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Inflamasi radang merupakan respon tubuh yang ditimbulkan oleh adanya cedera
jaringan yang disebabkan rangsangan dari dalam atau luar yang berfungsi untuk
mengurangi atau mengurung(sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang
cedera. Tanda-tanda pokok peradangan akut mencakup pembengkakan atau edema
kemerahan ,panas ,nyeri dan perubahan fungsi (dorland 2002).Hal-hal yang terjadi
pada proses peradangan akut sebagian besar di mungkinkan oleh pelepasan radiator
kimia, Antara lain amina vaksoaktiv,proteaso plasma, metabolite asam
arokidonat,produk leokosit dan macam lain nya(Robin 1999). Penanganan pertama
pada penderita yang menderita keradangan umumnya dengan menghilangkan faktor
lokal baik itu dengan menghilangkan rasa nyeri dengan obat-obatan atau dengan
drainase.
Dalam bidang kedokteran,tidk jarang penderita melakukan pengobatan sendiri
dengan menginstal obat penghilang rasa sakit yang beredar di pasaran dan di jual
bebas.Obat yang di gunakan untuk mengatasi keradangan yaitu obat Anti implamasi
nonsteroid (ains) dan kortikosteroid di antaranya obat obatan tersebut adalah aspirin.
Aspirin tersebut memang efektif untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri ringan
sampai sedang akan tetap penggunaan obat tersebut kebanyakan menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan, seperti gangguan saluran pencernaan dan bersifat
imunosupresan pada penggunaan jangka panjang (Wilmana,2009).
Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam( back to nature )
dengan memanfaatkan obat obatan alam.Hal ini mendorong masyarakat memilih
tumbuhan obat karena relatif lebih aman di bandingkan obat obatan kimia.Dewasa ini
penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri
berkembang pesat.penelitian berkembang berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang
telah di gunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara
empiris.Hasil penelitian tersebut tentunya lebih memantapkan para pengguna
tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaan nya( dalimarta.2003). seperti hal nya
nenek moyang tanah air kita telah lama memanfaatkan beraneka ragam tumbuhan
untuk obat herbal dari berbagai jenis sumber daya alam hayati yang ada di
Indonesia.Salah satunya tanaman ubi jalar ungu yang sudah lama di kenal dan di
budayakan.
1

B. Rumusan masalah
Apakah denfinisi inflamasi!?
Apa itu LAS?
Apa fungsi sel darah putih?
Bagaimana respon imun terhadap virus!
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui tentang respons radang
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui apa itu respons radang
LAS,Sel darah putih,dan imun
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat akademik
Menambah informasi tentang inflamasi untuk di pelajari
b. Manfaat masyarakat
Sebagai wadah untuk mengalih informasi tentang respons
radang
c. Manfaat klinis
Untuk jadikan bahan pelajaran lebih lanjut
.
2

BAB 11
Pembahasan
A.inflamasi
1.Denfiisi Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh alami untuk melawan serangan
penyakit. Hal ini merupakan respons biologis terhadap sinyal bahaya yang menghampiri
tubuh. Tanpa adanya proses peradangan, kemungkinan bagi infeksi dan luka untuk sembuh
menjadi sangat kecil.
Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan suatu reaksi dari jaringan hidup guna
melawan berbagai macam rangsangan (Soenarto, 2014).
Fenomena yang terjadi dalam proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular,
meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit menuju jaringan radang (Chen et al,
2018). Tanda-tanda dari inflamasi yaitu kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor),
nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (function laesa)
Reaksi radang meskipun membantu menghilangkan infeksi dan stimulus yang
membahayakan serta memulai proses penyembuhan jaringan, reaksi radang dapat pula
mengakibatkan kerugian dikarenakan mengakibatkan jejas pada jaringan normal misalnya
pada inflamasi dengan reaksi berlebihan (infeksi berat), berkepanjangan, autoimun, atau
kelainan alergi (Zhang et al, 2019).
2. Jenis-jenis Inflamasi
Jenis inflamasi dibedakan menjadi dua macam:
a. Inflamasi akut
Pada inflamasi akut proses berlangsung singkat beberapa menit hingga beberapa hari,
dengan gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi sel
leukosit terutama neutrofil. Rubor, kalor, dan tumor pada inflamasi akut terjadi karena
peningkatan aliran darah dan edema. Inflamasi akut biasanya terjadi tiba-tiba, ditandai
oleh tanda-tanda klasik, dimana proses eksudatif dan vaskularnya dominan (Mitchell
et al, 2015).
b. Inflamasi kronik
Inflamasi kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna, bila
penyebab jejas menetap atau bila penyebab ringan dan timbul berulang-ulang. Dapat
pula diakibatkan oleh reaksi immunologik. Radang berlangsung lama (berminggu-
minggu, berbulanbulan). Radang kronik ditandai dengan lebih banyak ditemukan sel
limfosit, sel plasma, makrofag, dan biasanya disertai pula dengan pembentukan
jaringan granulasi yang menghasilkan fibrosis (Mitchell et al, 2015).

3. Mekanisme Inflamasi Akut


Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi.
Inflamasi dimulai dengan inflamasi akut yang merupakan respon awal terhadap kerusakan
jaringan. Radang akut memiliki 2 komponen utama, yaitu perubahan vaskular dan aktivitas
3
sel. Pada vaskular terjadi vasokonstriksi dalam hitungan detik setelah jejas, setelah itu terjadi
vasodilatasi arteriol yang mengakibatkan peningkatan aliran darah, sehingga menimbulkan
gejala rubor dan kalor yang merupakan tanda khas peradangan. Pembuluh darah kecil
menjadi lebih permiabel dan cairan kaya protein akan mengalir keluar ke jaringan
ekstravaskular sehingga meningkatkan viskositas darah dan memperlambat aliran darah.
Setelah pembuluh darah statis, leukosit terutama neutrofil mulai berkelompok pada
permukaan vaskular endotel. Kontraksi sel endotel menyebabkan terbentuknya celah antar sel
pada venule post kapiler menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular. Kontraksi sel
endotel terjadi segera setelah pengikatan dengan histamin, bradikinin, leukotrien selama 15-
30 menit, yang diikuti oleh peningkatan TNF dan IL-1. Meningkatnya permeabilitas vaskular
menyebabkan aliran cairan kaya protein dan juga sel darah ke jaringan ekstravaskular. Hal ini
akan mengakibatkan tekanan osmotik cairan interstitial meningkat, dan cairan masuk ke
dalam jaringan sehingga terjadi penimbunan cairan kaya protein yang disebut dengan
eksudat, dan menimbulkan edema sebagai manifestasi radang (Sheerwood, 2014).

4. Tanda-tanda Inflamasi
a. Kemerahan (rubor)
Gejala berikutnya terjadi adalah kemerahan (rubor) biasanya merupakan hal pertama
yang dilihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai
timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, dengan
demikian lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Pembuluhpembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang
dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemi atau
kongesti menyebabkan warna merah lokal karena Peradangan akut (Price et al, 2005).
b. Rasa panas (kalor)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Rasa panas disebabkan
karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di sekitar
radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila
terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat dilihat dan rasakan (Pober and Sessa, 2015).
c. Rasa sakit (dolor)
Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan karena adanya peregangan jaringan akibat
adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan
rasa nyeri, dan adanya pengeluaran zat–zat kimia atau mediator nyeri seperti
prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf perifer di sekitar
radang sehingga dirasakan nyeri (Wijaya et al, 2015).
d. Pembengkakan (tumor)
Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan
cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari
pembuluh darah ke ruang interstitial (Soenarto, 2014).

e. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan sebagai konsekuensi dari
suatu proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan
secara sadar atau secara refleks akan mengalami hambatan oleh rasa sakit,
pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan
(Wijaya et al, 2015).
5.Mediator Inflamasi
Pada tahap awal terjadinya radang, jaringan mengeluarkan stimulus yang dapat memicu
pelepasan mediator kimia plasma atau jaringan ikat. Mediator tersebut berpengaruh terhadap
respon vaskular maupun selular berikutnya. Respon radang akan berakhir jika stimulus
inflamasi jaringan dan mediatornya hilang, dikatabolisme tubuh atau dihambat
pengeluarannya (Mitchell et al, 2015). Mediator kimiawi pada inflamasi dihasilkan oleh sel
yang mengalami jejas atau dapat juga berupa faktor plasma. Mediator yang dihasilkan oleh
sel antara lain vasoactive amines (histamin, serotonin), metabolit asam arakidonat
(prostaglandin, leukotrien), faktor neutrophil (protease), dan lymphokine. Faktor plasma
terdiri dari komplemen, kinin (bradykinin), faktor koagulasi, dan sistem fibrinolitik
Respons peradangan dapat dikenali dengan nyeri, bengkak, demam, panas, merah, yang
disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi: pembesaran
diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi.
B.Local Adaptation Syndrom (LAS)
LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma,
penyakit atau perubahan fisiologis lainnya. Pada LAS ini tubuh menghasilkan respon
setempat terhadap stres. Contoh dari respon setempat ini, misalnya pembekuan darah,
penyembuhan luka, dan akopmodasi mata terhadap cahaya.
Karakteristik LAS:
Respons yang terjadi hanya satu tempat, yang artinya respon ini tidak melibatkan seluruh
sistem tubuh.
Respons adalah adaptif, yang berarti bahwa stresor diperlukan untuk menstimulasi
Respons bersifat jangka pendek, tidak dapat terus-menerus.
Respon adalah restorstif, yang artinya LAS membantu dalam memulihkan homeostasis
region atau bagian dari tubuh Respons lokal terhadap stresor terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Respon inflamasi, merupakan respon terhadap cedera yang disebabkan oleh
trauma fisik, kimia, atau invasi mikroorganisme. Tahapan inflamasi meliputi :
· Tahap 1, respons vaskular dan seluler. Terjadi konstriksi pembuluh darah pada area
cedera selama beberapa menit diikuti dengan dilatasi pembuluh darah sebagai akibat
pelepasan histamin oleh area yang cedera.darah banyak mengalir ke area cedera sehingga
menimbulkan cedera atau rasa hangat. Jaringan yang cedera akan melepaskan mediator kimia
berupa bradikinin, serotonin, prostaglandindan histaminyang menyebabkan permeabilitas
vaskular. Sehingga cairan, protein, dan leukosit masuk ke ruangintertisial yang menyebabkan
bengkak (edema). Penumpukan cairan di intertisial yang menyebabkan penekanan pada
ujung saraf serta iritasi oleh mediator kimia mengakibatkan nyeri pada area ccedera.
5

Tahap 2, eksudasi. Cairan yang keluar dari pembuluh darah, sel-sel fagosit dan jaringan
yang mati serta produk lain bercampur membentuk suatu eeksudat
Tahap 3, reparasi. Terjadi regenerasi atau pembentukan kembali jaringan yang sudah
rusak dengan jaringan fibrosa atau disebut jaringan sikatrik (parut).
2. Respon imunologis, merupakan reaksi tubuh spesifikterhadap protein asing
dan terkait dengan reaksi antigen-antibodi. Respon imunologis adalah respons
speseifik dari sistem imun terhadap protein asing (antigen) dalam tubuh,
misalnya bakteri. Imunitas ada dua tipeyaitu aktif dan pasif. Imunitas aktif
adalah saat tubuh membentuk sendiri antibodi untuk merespon antigen baik
secara alamiah (sembuh dari penyakit) maupun buatan (imunisasi). Imunitas
pasif adalah ketika tubuh menerima antibodi secara alami (dari ibu) atau
buatan (injeksi serum kekebalan) yang diproduksi oleh sumber lain.
Respon imun ada 2, yaitu imunitas humoral (antibodi) dan seluler (cell
mediatedefenses ). Imunitas diperankan oleh limfosit yang menghasilkan
antibodi. Antibodi disebut juga imunoglobulin, merupakan bagian dari protein
plasma.
Ada lima golongan imunoglobulin :yaitu;
a. ig M. Merupakan atibodi pertama yang merespon antigen, berfungsi
memberi respons imun awal, mengaktivasi sitem komplemen,
merangsang makrofag untuk memakan antigen, dan lain sebagainya.
b. Ig G. Di produksi setelah respon imun dari Ig M. Berfungsi memacu
fiksas komplemen, mengaktifasi makrofag, menembus barier plasenta,
menetralisasi toksin mikroba, dan bertindk sebagai anti virus dan
imunoglobulin
c. Ig A. Terletak dibawah sel epitel mukosa, terutama saluran
pencernaan, dalam air mata, saliva, keringat, kolostrum dan ASI.
Diproduksi setelah respon imun Ig M. Berfungsi sebagai pelindung
yang melawan mikroorganisme, melindungi membran mukosa saluran
pencernaan dan pernafasan.
d. Ig D, normalnya terdapat pada konsentrasi menit darah dan fungsinya
sendiri belum diketahui.
e. Ig E. Tedapat pada konsentrasi menit darah, berfungsi sebagai
respons primer terhadap reaksi alergi dan infeksi parasit.
Interaksi pertama anatara antigen dan antibodi disebut sebagai
respon imun primer yang hanya sedikit memproduksi antibodi (Ig M).
Selain Ig M, diproduksi pula sejumlah sel memori yang berguna untuk
merespon atigen yang sama dimasa yang akan datang. Respon imun
sekunder selanjutnya akan berperan melawan antigen yang sama.
Dalam proses ini , sel B akan berpoliferasi secara cepat untuk
kemudian masuk ke dalam plasma sel dan memproduksi sejumlah
besar antibodi (Ig G)yang akan dilepaskan ke dalam darah.

C.SEL DARAH PUTI


Leukosit atau sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang
berfungsi untuk melindungi diri dari infeksi atau penyakit. Sel darah putih diproduksi dari sel
punca hematopoietik pada sumsum tulang.
Fungsi sel darah putih (leukosit) yang utama adalah melawan berbagai mikroorganisme
penyebab infeksi. Namun, agar dapat berfungsi dengan baik, jumlah sel darah putih harus
normal. Ketika jumlah sel darah putih berkurang, daya tahan tubuh akan melemah sehingga
tubuh rentan terkena infeksi.
Kemudian fungsi sel darah putih adalah untuk menghasilkan antibodi, yaitu zat yang dapat
membasmi virus, bakteri, jamur, parasit, serta zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh. Ini
menjadikan sel darah putih sebagai salah satu bagian terpenting dalam sistem imunitas atau
kekebalan tubuh manusia.
Sel darah putih ada beberapa macam, di antaranya basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit,
dan monosit. Salah satu fungsi sel darah putih adalah untuk menghasilkan antibodi, yaitu zat
yang dapat membasmi virus, bakteri, jamur, parasit, serta zat berbahaya yang masuk ke
dalam tubuh.. adapun beberapa makanan yang bisa menghasilkan sel darah putih yaitu:
1. awang Putih. Bawang putih mengandung allicin, yang bersifat sebagai
imunomodulator dan antiinflamas
2. Daun Pepaya.
3. Sayuran Berwarna Cera
4. Buah Beri
5. Ikan.
Kadar sel darah putih biasanya diperiksa sebagai bagian dari pemeriksaan darah lengkap
untuk keperluan medical check-up atau diagnosis penyakit tertentu, misalnya infeksi.
Normalnya, kadar sel darah putih di dalam tubuh orang dewasa berkisar antara 4,500−10.000
sel/mm³.
D.SISTEM IMUN
Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi asing yang
terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut bisa berasal dari luar maupun dalam tubuh
sendiri. Contoh subtansi asing yang berasal dari luar tubuh (eksogen) misalnya bakteri, virus,
parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan substansi asing dari dalam tubuh dapat
berupa sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Substansi-substansi asing
tersebut disebut imunogen atau antigen (2).
Apabila imunogen terpapar ke tubuh kita, maka tubuh kita akan meresponnya dengan
membentuk respon imun dari sistem imun. Sistem imun secara harfiah merupakan sistem
pertahanan diri yang menguntungkan, tetapi dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan
keadaan yang merugikan.

Respon imun terbagi menjadi 2 fase, yaitu:


fase respon imun alami (innate imunity) dan fase respon imun adaptif (adaptive immunity)
Respon imun alami akan terjadi pada awal terpaparnya imunogen ke tubuh kita. Apabila
sistem imun alami ini bisa mempertahankan tubuh dari serangan imunogen, maka kita tidak
akan menderita sakit (fase pertama). Sebaliknya, apabila sistem imun alami tidak bisa
mempertahankan terhadap serangan imunogen, maka kita akan sakit/terinfeksi (fase kedua).
Sel-sel tubuh yang bertugas dalam sistem imun (sel-sel sistem imun) adalah kelompok
sel-sel darah putih (leukosit). Dalam menjalankan tugasnya sel-sel leukosit ini terbagi
menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama berperan dalam sistem imun alami, antara lain sel
makrofag, sel neutrofil, sel eosinofil, dan sel dendritik; yang disebut sel APC (antigen
presenting cells). Sel-sel APC merupakan sel yang bertugas mengenali dan mengolah
imunogen, yang nantinya akan diserahkan ke sel-sel yang berperan dalam respon imun
adaptif. Selain sel APC, ada sel NK (natural killer) yang berperan dalam respon imun alami.
Kelompok sel kedua merupakan sel-sel yang berperan dalam respon imun adaptif, yaitu sel
limfosit B (yang menghasilkan antibodi) dan sel limfosit T yang berperan menghasilkan
sitokin. Sitokin ini akan mengaktifkan sel-sel yang berperan dalam sistem imun untuk lebih
aktif dalam mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroba yang sifat infektifnya tinggi,
seperti bakteri gram negatif, bakteri gram positif, dan virus.
E.Respon imun terhadap infeksi virus
Ketika virus menginfeksi seseorang (inang), artinya virus tersebut menyerang sel-sel pada
tubuh inang sehingga virus tersebut bertahan ‘hidup’ dan memperbanyak diri (bereplikasi) di
dalam sel inang[3]. Secara umum, ada 3 mekanisme respon imun untuk mengeliminasi
infeksi virus, yang akan dijabarkan sebagai berikut.
Melalui antibodi. Sebelum masuk menginfeksi ke dalam sel inang, virus dapat
disingkirkan oleh antibodi. Antibodi adalah suatu protein yang secara spesifik mengenali
antigen, termasuk virus, dan akan berikatan dengannya. Ikatan antibodi dengan virus akan
membasmi virus dengan cara: (a) antibodi menetralisasi virus sehingga virus tidak lagi bisa
menginfeksi sel inang; (b) beberapa antibodi dapat bekerja sekaligus bersamaan sehingga
partikel virus berlekatan menjadi agregat (proses ini disebut aglutinasi) dan menjadi target
yang jauh lebih mudah dikenali oleh sel-sel dalam sistem imun; (c) kompleks antibodi-virus
akan berikatan pada reseptor permukaan sel sehinga mengaktivasi proses fagositosis, yaitu
proses “penelanan” dan perusakan virus oleh sel fagosit (misalnya makrofag); dan (d)
mengaktivasi sistem komplemen, yang pada akhirnya akan mengopsonisasi dan
memfagositosis virus.
Mekanisme sitotoksik. Jika virus sudah masuk mengineksi ke dalam sel inang, sel-sel
sistem imun tidak dapat “melihat” atau mendeteksi keberadaan virus tersebut sehingga tubuh
tidak tahu jika sel inang telah terinfeksi. Untuk mengatasi hal tersebut, sistem imun memiliki
suatu metode yang mampu memperlihatkan apa yang ada di dalam suatu sel dengan
menggunakan suatu molekul protein yang dinamakan MHC kelas I (class I major
histocompatibility complex). MHC kelas I ini bertugas mempresentasikan potongan protein
(peptide) hasil produksi virus di dalam sel ke permukaan sel.Salah satu jenis sel limfosit T,
yaitu sel T sitotoksik, mampu mengenali MHC pada sel yang telah terinfeksi virus. Proses
8
interaksi sel T dengan MHC ini akan memicu sel T memproduksi senyawa yang akan
membunuh sel yang terinfeksi virus tersebut[3].Namun demikian, virus memiliki kemampuan
beradaptasi yang sangat tinggi, sehingga akhirnya juga dapat meloloskan diri dari deteksi
oleh sel T, misalnya dengan cara menekan molekul MHC. Di sisi lain, sistem imun juga
memiliki
sel NK yang dapat mendeteksi sel yang memiliki jumlah molekul MHC jauh lebih sedikit
dari ‘normal’. Sel NK ini juga akan mentarget sel tersebut yang terinfeksi virus tersebut
dengan cara yang mirip dengan sel T sitotoks.
Melalui interferon. Selain dengan mekanisme sitotoksik, sel inang yang terinfeksi virus
tersebut akan memproduksi dan melepaskan molekul protein yang disebut Interferon
menghambat replikasi virus di dalam sel inang. Selain itu, interferon juga berperan sebagai
molekul sinyal yang akan “memperingatkan” sel-sel sehat di sekitar sel yang terinfeksi akan
keberadaan virus. Sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi ini akan “bersiaga” dengan
meningkatkan jumlah MHC kelas I pada permukaannya, sehingga dapat diidentifikasi oleh
sel T yang akan mentarget sel tersebut yang terinfeksi virus tersebut dengan cara yang mirip
dengan sel T sitotoks
9

BAB 111
Penutup

A.kesimpulan
Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan suatu reaksi dari jaringan hidup guna
melawan berbagai macam rangsangan. LAS adalah suatu mekanisme tubuh dalam mengatasi
dan mengontrol efek fisik penyebab stres. Respons lokal terhadap stresor terbagi menjadi 2
yaitu respon inflamasi dan respon imunologis. Respon inflamasi terbagi menjadi 3 tahap
yaitu respons vaskular dan seluler, eksudasi dan reparasi. Sedangkan respon imunologis
terbagi menjadi 2 tipe yaitu aktif dan pasif. GAS adalah respons pertahanan dari keseluruhan
tubuh terhadap stres
B.Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah:
1. Sebaiknya jika terjadi peradangan pada kita, kita segera perawatan nya
dengan memberikan Antibiotic , Analgesik dan Antipiretik.
2. Dengan mengetahui gejala-gejala awal peradangan kita dapat mengatasi dari
awal jka terjadi peradangan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
3. Dengan mengetahui penyebab-penyebab pada peradangan maka kitadapat
mencegah lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah..

10

Daftar pustaka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radang#:~:text=Radang%20atau%20inflamasi
%20(bahasa%20Inggris,seperti%20karena%20terbakar%2C%20atau%20terinfe
https://hellosehat.com/sehat/informasi-kesehatan/proses-inflamasi-tubuh/
http://ainurrofiah77.blogspot.com/p/konsep-stres.html?m=1
http://isty1207.blogspot.com/2014/11/local-adaptation-syndrom-las-dan.html?m=1
https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/jangan-biarkan-sistem-
imun-melemah-kenali-peran-pentingnya.html
11

Anda mungkin juga menyukai