Anda di halaman 1dari 29

IMUNOLOGI VETERINER

INFLAMASI

Oleh :

Nama : Made Deddy Dharmana Putra

Nim : 1809511086

Kelas :C

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan paper yang berjudul “INFLAMASI”. Adapun
penyusunan paper ini dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi
Veteriner.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah mendukung pembuatan paper ini diantaranya para dosen
pengajar matakuliah Imunologi Veteriner yang penulis hormati dan teman-teman Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang penulis cintai karena telah membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis selama pembuatan paper ini.
Akhir kata, penulis berharap paper ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. penulis
menyadari adanya kekurangan dari paper ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun penulis harapkan.

Denpasar, 3 November 2019


Hormat penulis,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflamasi ....................................................................................................................... 3

2.2 Tanda Tanda Inflamasi ................................................................................................. 4

2.3 Jenis Jenis Inflamasi ..................................................................................................... 5

2.4 Proses Inflamasi ............................................................................................................ 7

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ....................................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem imun merupakan mekanisme dari sejumlah sel, molekul, dan organ yang
secara bersama-sama aktif dalam mempertahankan tubuh dari berbagai serangan benda
asing yang menimbulkan penyakit. Benda asing yang dimaksud dapat berupa virus, bakteri,
atau jamur. Fungsi dari sistem imun : Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit;
menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit,
jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh, Menghilangkan jaringan atau sel
yg mati atau rusak (debris sel) untuk perbaikan jaringan., Mengenali dan menghilangkan sel
yang abnormal.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pertahanan utama sistem imun memiliki dua
jenis sistem imun yaitu sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik. Sistem imun
spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing. Benda asing
yang pertama kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun
tersebut. Benda asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan. Sedangkan Dalam mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap
dan memiliki respon langsung serta cepat terhadap adanya patogen pada individu yang sehat.
Sistem imun ini bertindak sebagai lini pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu
menerima pajanan sebelumnya, bersifat tidak spesifik karena tidak ditunjukkan terhadap
patogen atau mikroba tertentu, telah ada dan berfungsi sejak lahir.
Respon Imun non Spesifik mencakup proses fagositosis dan inflamasi. Kali ini akan
membahas Inflamasi saja, Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan
oleh kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak,
atau zat mikrobiologik.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa itu Inflamasi ?

1.2.2 Apa saja tanda tanda Inflamasi ?

1.2.3 Apa saja jenis jenis Inflamasi ?

1.2.4 Apa saja proses Inflamasi ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui apa itu Inflamasi

1.3.2 Mengetahui tanda tanda Inflamasi

1.3.3 Mengetahui jenis jenis Inflamasi

1.3.4 Mengetahui proses Inflamasi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inflamasi
Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh kerusakan
pada jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat
mikrobiologik. Inflamasi berfungsi untuk menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi
(sekuster) baik agen yang merusak maupun jaringan yang rusak. Tanda terjadinya inflamasi
adalah pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri, dan perubahan fungsi.
Inflamasi atau radang adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi
dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin,
leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator
inflamasi di dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran
infeksi.
Inflamasi mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeks,
diantaranya adalah :
1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga

2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi

3. Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak

3
2.2 Tanda Tanda Inflamasi
Menurut Price dan Wilson (2005), tanda-tanda umum yang terjadi pada proses
inflamasi yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor (panas setempat yang
berlebihan), dolor (rasa nyeri), dan fungsiolaesa (gangguan fungsi/kehilangan fungsi jaringan
yang terkena). Adapun penjelasan dari tanda-tanda inflamasi adalah sebagai berikut:

a. Rubor (Kemerahan)

Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi yang terjadi karena darah
terkumpul di daerah jaringan yang cedera akibat dari pelepasan mediator kimia tubuh (kinin,
prostaglandin, histamin). Ketika reaksi radang timbul maka pembuluh darah melebar
(vasodilatasi pembuluh darah) sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke dalam jaringan
yang cedera.

b. Tumor (Pembengkakan)

Tumor merupakan tahap kedua dari inflamasi yang ditandai adanya aliran plasma ke
daerah jaringan yang cedera. Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan
yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan
aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat
keluar dari pembuluh darah ke ruang interstitium.

c. Kalor (Panas)

Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah lain di
sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila
terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan.

d. Dolor (Nyeri)

Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal: 1. Adanya peregangan
jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat
menimbulkan rasa nyeri. 2. Adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator nyeri seperti
prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf-saraf perifer di sekitar
radang sehingga dirasakan nyeri.

4
e. Fungsiolaesa

Fungsiolaesa, kenyataan adanya perubahan, gangguan, kegagalan fungsi telah


diketahui, pada daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat
penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan lingkungan lokal yang
abnormal sehingga tentu saja jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara
normal.

2.3 Jenis Jenis Inflamasi


Menurut Robbins dan Kumar (1995), terdapat dua jenis inflamasi yaitu:

1. Inflamasi akut

Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari beberapa menit
sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta
akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol. Inflamasi akut hanya terbatas pada tempat
inflamasi dan menimbulkan tanda-tanda serta gejala lokal. Inflamasi akut merupakan respon
langsung dan dini terhadap agen inflamasi. Biasanya inflamasi akut ditandai dengan
penimbunan neutrofil dalam jumlah banyak.

Pembengkakan (udema) akibat luka (injury) terjadi karena masuknya cairan ke dalam
jaringan lunak. Neutrofil muncul dalam waktu 30–60 menit setelah terjadi injury. Pada
daerah injury neutrofil tampak mengelompok sepanjang sel-sel endotel pembuluh darah.
Sedangkan leukosit mulai meninggalkan pusat aliran dan bergerak ke perifer.
Pengelompokan yang luar biasa dari leukosit selama masih dalam pembuluh darah disebut
marginasi.

5
2. Inflamasi kronik

Inflamasi kronik terjadi karena rangsang yang menetap, seringkali selama beberapa
minggu atau bulan, menyebabkan infiltrasi sel-sel mononuklear dan proliferasi fibroblast.
Inflamasi kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan, dapat juga timbul mengikuti proses
inflamasi akut atau responnya sejak awal bersifat kronis. Perubahan inflamasi akut menjadi
kronik berlangsung bila inflamasi akut tidak dapat reda yang disebabkan oleh agen penyebab
inflamasi yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal.

Inflamasi kronik ditandai dengan adanya sel-sel mononuklear yaitu makrofag, limfosit
dan sel plasma. Makrofag dalam lokasi inflamasi kronik berasal dari monosit darah
bermigrasi dari pembuluh darah. Makrofag tetap tertimbun pada lokasi radang, sekali berada
di jaringan mampu hidup lebih lama dan melewati neutrofil yang merupakan sel radang yang
muncul pertama kali. Limfosit juga tampak pada inflamasi kronik yang juga ikut serta dalam
respon imun seluler dan humoral.

6
2.4 Proses Inflamasi
Proses terjadinya inflamasi adalah sebagai berikut :
1. Kontriksi dan Dilaktasi
Terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi
singkat. Perubahan pembuluh darah dan perlambatan aliran darah.

2. Emigrasi
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari
pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel.
Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi
leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak
tertutup tanpa perubahan nyata.
sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih
besar daripada leukosit sendiri. Massa sel darah merah akan terdapat di bagian tengah
dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi). Terjadi
proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah
(emigrasi).

7
3. Kemotaksis
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah
utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel
darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-
beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya
limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil
maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel
darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau
eksogen, misalnya produk bakteri.
Migrasi sel darah putih yang terarah ke daerah yang terjadi inflamasi ini
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis.

8
4. Fagositosis
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis.
Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh
suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan sangat ditunjang apabila
mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3).
Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel
fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada pembentukan kantung
yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada
selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum
menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan
melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian
besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh
fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa organisme
yang virulen dapat menghancurkan leukosit.
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Proses
ini menghasilkan eksudat yang berupa zat asing, bakteri yang mati, sel darah putih,
dll.

9
5. Eksudasi

Eksudasi adalah proses menghentikan pendarahan dan mempersiapkan tempat


luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai proses
penyembuhan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Inflamasi atau radang adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi
dan iritasi. Tanda Tanda Inflamasi Menurut Price dan Wilson (2005), tanda-tanda umum
yang terjadi pada proses inflamasi yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), kalor
(panas setempat yang berlebihan), dolor (rasa nyeri), dan fungsiolaesa (gangguan
fungsi/kehilangan fungsi jaringan yang terkena). Jenis Jenis Inflamasi adalah Inflamasi akut
dan Inflamasi kronis Proses terjadinya Inflamasi adalah Kontriksi dan Dilaktasi, Emigrasi,
Kemotaksis, Fagositosis, Eksudasi.

3.2 Saran

Semoga paper ini dapat menjadi bahan acuan dan referensi bagi pembaca khususnya
mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Udayana dalam mata kuliah Imunologi Veteriner.

11
DAFTAR PUSTAKA
Arfan, PVP. 2016. Inflamasi : Pengertian, obat inflamasi. (diakses 3 november 2019)

Azizah, Hidayatul. 2013. “INFLAMASI”. (diakses 3 november 2019)

Ramadhani, Nur ; Adi Sumiwi, Sri. “AKTIVITAS ANTIINFLAMASI BERBAGAI


TANAMAN DIDUGA BERASAL DARI FLAVONOID”. Suplemen. Vol 14
(2) : 111-123
Riadi, Muchlisin. 2019. Pengertian, jenis, tanda, dan obat inflamasi. (diakses 3 november
2019)

12
INFLAMASI
MADE DEDDY DHARMANA PUTRA (1809511086)
INFLAMASI

 Inflamasi adalah suatu respon protektif setempat


yang ditimbulkan oleh kerusakan pada jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat mikrobiologik.
 Tanda terjadinya inflamasi adalah
pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri,
dan perubahan fungsi.
 Inflamasi atau radang adalah satu dari respon
utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Tanda Tanda Inflamasi

a. Rubor (Kemerahan)
Rubor terjadi pada tahap pertama dari proses
inflamasi yang terjadi karena darah terkumpul di
daerah jaringan yang cedera akibat dari
pelepasan mediator kimia tubuh (kinin,
prostaglandin, histamin).
b. Tumor (Pembengkakan)
 Tumor merupakan tahap kedua dari inflamasi yang
ditandai adanya aliran plasma ke daerah jaringan yang
cedera. Gejala paling nyata pada peradangan adalah
pembengkakan yang disebabkan oleh terjadinya
peningkatan permeabilitas kapiler, adanya
peningkatan aliran darah
c. Kalor (Panas)
Rasa panas dan warna kemerahan terjadi
secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak
di tempat radang daripada di daerah lain di
sekitar radang.
d. Dolor (Nyeri)
 Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa
hal:
 1. Adanya peregangan jaringan akibat adanya edema
sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat
menimbulkan rasa nyeri.
 2. Adanya pengeluaran zat-zat kimia atau mediator
nyeri seperti prostaglandin, histamin, bradikinin yang
dapat merangsang saraf-saraf perifer di sekitar radang
sehingga dirasakan nyeri.
e. Fungsiolaesa
 Fungsiolaesa, kenyataan adanya perubahan,
gangguan, kegagalan fungsi telah diketahui, pada
daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi
yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah
yang meningkat juga menghasilkan lingkungan lokal
yang abnormal sehingga tentu saja jaringan yang
terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara normal.
Jenis Jenis Inflamasi

 Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif


singkat, dari beberapa menit sampai beberapa hari, dan
ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta
akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol. Inflamasi akut
hanya terbatas pada tempat inflamasi dan menimbulkan
tanda-tanda serta gejala lokal.
 Inflamasi kronik terjadi karena rangsang yang menetap,
seringkali selama beberapa minggu atau bulan,
menyebabkan infiltrasi sel-sel mononuklear dan proliferasi
fibroblast. Inflamasi kronik dapat timbul melalui satu atau
dua jalan, dapat juga timbul mengikuti proses inflamasi
akut atau responnya sejak awal bersifat kronis
Proses Inflamasi

1. Kontriksi dan Dilaktasi


 Terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi
singkat. Perubahan pembuluh darah dan perlambatan aliran darah.
2. Emigrasi
 Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar
dari pembuluh darah.
 sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang
lebih besar daripada leukosit sendiri.
 Massa sel darah merah akan terdapat di bagian tengah dalam aliran
aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi).
 Terjadi proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari
pembuluh darah (emigrasi).
3. Kemotaksis
 Migrasi sel darah putih yang terarah ke daerah yang terjadi inflamasi ini
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut
kemotaksis.
 Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah
utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh
pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis.
 Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis.
Sebaliknya limfosit bereaksi lemah.
 Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil maupun
monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel
darah putih.
 Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau
eksogen, misalnya produk bakteri.
4. Fagositosis
 Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis.
Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan,
selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak
pada pembentukan kantung yang dalam.
 Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput
sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom,
sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu
dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang
disebut degranulasi.
 Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Proses
ini menghasilkan eksudat yang berupa zat asing, bakteri yang mati, sel
darah putih.
5. Eksudasi
 Eksudasi adalah proses menghentikan pendarahan dan mempersiapkan
tempat luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman sebelum dimulai
proses penyembuhan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai