SKRINING FARMAKOLOGI
Disusun oleh :
Nama : Melda khaerunnida
Nim : 220106150
Dosen Pengampu : apt. Kartika Sari,M.S.Farm
2023
1
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Topik praktikum
Skrining farmakologi terhadap uji - uji yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas
farmakologi suatu obat, pada aktivitas skrining ini efek yang terlihat semuanya diamati
sehingga dapat melakukan pemilihan terhadap suatu sediaan yang mempunyai atau tidak
mempunyai efek farmakologisnya atau toksik. Selain itu hasilnya dapat memberikan
arahan untuk penelitian selanjutnya (Darmono, 2011).
Uji neurologik adalah bagian dari Blind Screening, yaitu suatu uji farmakologi untuk
melihat efek farmakologi senyawa obat baru. Uji ini meliputi pengamatan umum, uji
tingkah laku, profil neurologik, profil otonomik dan toksisitas.Dalam uji
neurofarmakologik maka senyawa obat baru tersebut akan dapat diketahui golongannya,
apakah dia termasuk kolinergik, adrenergik, antiadrenergik atau sistem saraf pusat atau
kerjanya pada ganglion. Untuk itu peneliti lebih dulu harus menguasai efek farmakologik
obat-obat tersebut pada mencit dan tikus putih.(smith, 2012)
2. 2 Uraian topik
Skrining farmakologi terhadap obat atau senyawa baru ditujukan untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai aktivitas kerja farmakologi dari obat atau senyawa
tersebut.program skrining meliputi serangkaian pengamatan dan evaluasi hasil –
hasil pengamatan. Dalam pengembangan obat baru, perlu dilakukan tahapan uji
praklinis dan uji klinis. Tahapan uji praklinis dilakukan pada hewan percobaan,
sedangkan untuk uji klinis dilakukan pada manusia. Pada umumnya program skrining
dimulai dengan percobaan – percobaan terhadap hewan, dan senyawa – senyawa yang
diseleksi berdasarkan hasil percobaan pada hewan kemudian dipastikan khasiatnya
pada manusia. Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai, program
skrining dapat bersifat blind svreening, programed screening dan skrining sederhana
.(Turner, 1965).
Penapisan (skrining) adalah kegiatan melakukan percobaan – percobaan
farmakologi pada hewan percobaan atau preparate organ terpisah untuk mendeteksi
senyawa – senyawa kimia yang mempunyai efek farmakodinamik atau kemoterapu
untuk dijadikan obat. (Rahardjo, 2009).
4
Program skrining meliputi serangkaian pengamatan dan evaluasi hasil –
hasil pengamatan. Pada umumnya program skrining dimulai dengan percobaan –
percobaan terhadap hewan, dan senyawa – senyawa yang diseleksi berdasarkan hasil
percobaan pada hewan kemudian dipastikan khasiatnya pada manusia. Program
skrining dapat bersifat blind screening/skrining buta, skrining terprogram dan
skrining sederhana (Katzung, 2004).
Tujuan skrining yaitu untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus – kasus yang ditemukan. Semua
skrining dengan sasaran pengobatan dini ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi orang
– orang simpatomatik yang beresiko mengidap gangguan Kesehatan serius (Smith,
2012)
Terdapat tiga macam prosedur skirining aktivitas biologi yaitu skrining sederhana
(simple screening), skrining buta (blind screening), dan screening terprogram (
programmed screening ) atau skrining spesifik (specific screening ). (Turner, 1965)
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Ordo Rodentia
Family Muridae
Genus Rattus
5
BAB III METODE PRAKTIKUM
1 Spuit 1 ml Digunakan
untuk rute obat
secara
perenteral
3 Stopwatch Untuk
mengukur
waktu
percobaan
3.2.2 Bahan
No Nama bahan Kegunaan bahan Precaution
6
3. 3 Variabel praktikum
Dalam praktikum kali ini adalah menentukan efek apa yang akan terjadi kepada mencit
berupa aktivitas mencit setelah diberikan kafein serta Na CMC.
3. 4 Tahapan praktikum
3.3.1 Mecit
-
Ditiap kelompok bekerja dengan 2 ekor mencit
-
Ditimbang dan diamati mencit
-
Dimati keadaan mencit sebelum diberi obat
-
Diberikan kepada masing masing mencit secara peroral nacmc dan
kafein
-
Ditempatkan mencit pada tempat pengamatan
-
Diamati keadaan mencit sesudah diberi obat
-
Ditentukan waktu mulai munculnya efek obat, lamanya efek berlangsung
dan intensitas obat tersebut
3. 5 prosedur praktikum
7
Kafein = 400 mg
Dosis x konversi mencit
400 x 0, 0026 = 1, 04
Bobot mencit x hasil konversi = 25 x 1,04 = 0,86 mL Bobot
maksimal mencit 30
8
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
9
Posisi Anggota 4 4 Dinilai terhadap mencit
Badan normal
Wriithing 1 4 Menggeliat
Piloreksi 0 4 Bulu tubuh berdiri
Warna Kulit 0 4 Warna telingan
4. 2 Pembahasan
Pada praktikum mengenai skrining farmakologi yang dilakukan dengan
menggunakan hewan percobaan mencit sebanyak 2 ekor . Pertama yang dilakukan yaitu
skrining awal atau skrining sederhana yaitu dengan melihat aktivitas dan keadaan normal
dari hewan percobaan sebelum pemberian obat. Lalu dilanjut dengan menyuntikan cafein
dan Na-CMC secara peroral ke masing-masing mencit setelah itu dilakukan uji
neorofamakologi. Uji neurologis adalah bagian dari Blind Screening atau skrining buta ,
yaitu suatu uji farmakologi untuk melihat efek farmakologi senyawa obat baru. Uji ini
meliputi pengamatan umum, uji tingkah laku, profil neurologik, profil dan otonomik .dapat
dilihat bahwa refleks dan keaktifan mencit yang diberi kafein lebih dari mencit yang diberi
10
Na CMC , mengapa demikian ? Menurut (Ennis,2014) Kafein adalah senyawa alkaloid
metilxantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih dan bersifat psikoaktif.
Kafein pada kopi diketahui memiliki manfaat apabila dikonsumsi oleh manusia dan juga
memiliki dampak buruk bagi tubuh jika dikonsumsi pada saat kondisi tubuh tertentu serta
dalam kadar jumlah kafein yang cukup tinggi. Konsumsi kafein berguna untuk
meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Kafein juga
membantu kinerja fisik dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kontraksi otot (Ennis, 2014) Jadi di dalam kafein adal senyawa yang berguna untuk
menghilangkan kantuk meningkatkan semangat serta kewaspadaan, itulah mengapa
mencit yang diberi kafein cenderung lebih aktif dari mencit yang diberi Na CMC.
11
BAB V PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pada praktikum kali ini praktikan dapat mengetahui
bagaimana cara skrining farmakologi dalam penentuan potensi aktivitas suatu obat baru
dan mengaitka gejala gejala yang diamati dengan sifat farmakologi suatu obat.
5. 2 Saran
5.2.1 Lebih berhati-hati dalam Penanganan dan penanganan mencit juga harus di
persiapkan mental praktikan sebelum memegang mencit,agar saat melakukan
praktikum dapat lebih mudah.
12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
Gambar 1.1 Aktivitas spontan Gambar 1.2 Respon nyeri
14