Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“UJI ANTI INFLAMASI SECARA IN VIVO PADA HEWAN MENCIT”

Dosen Pembimbing Apt. Baiq Leny Nopitasari, M.Farm.

Disusun Oleh:

AFFANDI HIDAYAT

NIM: P07120120049

TINGKAT 1B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah laporan praktikum farmakologi ini dapat terselesaikan.
Melalui laporan praktikum farmakologi ini kita dapat mengetahui tentang cara-cara
pemberian dosis dan respon terhadap obat yang diberikan pada hewan percobaan
mencit.
Laporan praktikum farmakologi ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik hewan percobaan yang dipakai dan dapat menangani hewan percobaan
dengan baik, mengetahui cara-cara pemberian obat pada hewan percobaan, serta
efek farmakologi pada hewan percobaan.
Tidak lupa saya sampaikan terimakasih banyak kepada bapak ibu dosen
dan pembimbing praktikum dengan ilmu yang bapak ibu ajarkan saya bisa
menyelesaikan praktikum beserta laporan.
Saya sadar bahwa laporan ini belum mencapai kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat di perlukan guna perbaikan tugas-tugas
berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sekian dan terima kasih.

Mataram, 26 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .......................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Tujuan Praktikum ............................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 7

A. Dasar Terori .................................................................................... 7


B. Alat dan Bahan ................................................................................ 9
C. Langkah Kerja ................................................................................. 10
D. Hasil Praktikum............................................................................... 11
E. Pembahasan ..................................................................................... 12
F. Kesimpulan ..................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14

LAMPIRAN .......................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inflamasi atau peradangan adalah upaya tubuh untuk perlindungan


diri, tujuannya adalah untuk menghilangkan rangsangan berbahaya,
termasuk sel-sel yang rusak, iritasi, atau patogen dan memulai proses
penyembuhan. Peradangan adalah bagian dari respon kekebalan tubuh.
Ketika sesuatu yang berbahaya atau menjengkelkan mempengaruhi bagian
dari tubuh kita, ada respon biologis untuk mencoba untuk menghapusnya,
tanda-tanda dan gejala peradangan, peradangan akut khusus, menunjukkan
bahwa tubuh sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Peradangan tidak berarti infeksi, bahkan ketika infeksi menyebabkan
peradangan. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur,
sedangkan peradangan adalah respon tubuh untuk itu.
Inflamasi adalah respon biologis kompleks dari jaringan vaskuler
atas adanya bahaya, seperti pathogen, kerusakkan sel, atau iritasi. Ini adalah
usaha perlindungan diri tubuh kita untuk menghilangkan rangsangan
penyebab luka dan inisiasi proses penyembuhan jaringan. Jika inflamasi
tidak ada, maka luka dan infeksi tidak akan sembuh dan akan menggalami
kerusakkan yang lebih parah. Namun, inflamasi yang tidak terkontrol juga
dapat menyebabkan penyakit, seperti demam, atherosclerosis, dan
reumathoid arthritis. (Gard, 2001)
Inflamasi dapat dibedakan atas inflamasi akut dan kronis. Inflamasi
akut adalah respon awal tubuh oleh benda berbahaya dan terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya pergerakkan plasma dan leukosit dari darah
ke jaringan luka. Reaksi biokimia berantai yang mempropagasi dan
pematangan respon imun, termasuk system vaskuler, system imun dan
berbagai sel yang ada pada jaringan luka. Inflamasi kronis merupakan
inflamasi yang berpanjangan, memicu peningkatan pergantian tipe sel yang

4
ada pada tempat inflamasi dan dicirikan dengan kerusakkan dan penutupan
jaringan dari proses inflamasi. (Gard, 2001)
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang
disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi), namun yang
timbul sebagai respon cedera jaringan dan infeksi. Agen-agen anti-inflamasi
mempunyai khasiat tambahan seperti meredakan rasa nyeri (Analgesik),
dan penurun panas (Antipiretik). Setelah dilakukan riset untuk obat yang
efektiftif dan efek samping minimal, maka dikenalkan obat-obat Anti-
inflamasi non steroid atau NSAID (Non Steroidal Antiinflamatory Drug)
yang mempunyai efek-efek Anti-inflamasi kuat. NSAID memiliki khasiat
analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti
radang). Istilah “non steroid” digunakan untuk membedakan jenis obat-
obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan
tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Cara kerja NSAID didasarkan pada penghambatan isoenzim COX 1
(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim
cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin
dan tromboksan dari arachidonic acid. Dengan terhambatnya isoenzym ini,
maka prostaglandin yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri,
merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi itu pun tidak terbentuk.
Bagian tanaman kelor memiliki substansial aktivitas anti-inflamasi.
Misalnya, ekstrak akar menunjukan secara signifikan aktivitas anti-
inflamasi pada kaki tikus yang diinduksi karagenan edema (Ezeamuzie et
al, 1996;.. Khare et al, 1997). Selain itu, n-butanol ekstrak biji Kelor
menunjukkan aktivitas anti inflamasi terhadap ovalbumin-induced
peradangan saluran napas pada marmut (Mahajan et al., 2009).
B. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari daya anti inflamasi obat golongan steroid dan non steroid
pada binatang dengan radang buatan.
2. Mempelajari daya antiinflamasi tanaman obat / produk herbal tertentu.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Teori

Inflamasi (radang) merupakan reaksi lokal jaringan hidup terhadap


jejas dengan cara memobilisasi semua bentuk pertahanan tubuh berupa
reaksi vaskular, neurologik, humoral, dan selular. Inflamasi dapat
disebabkan oleh faktor kimia, fisika, dan biologi. Tanda-tanda dan gejala
inflamasi yang bersifat umum yaitu kemerahan (rubor), panas (kalor),
bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan gangguan fungsi (fungsiolesa).

Obat-obat anti radang dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan


kortikosteroid dan non steroid. Argumen yang diterima mengenai
mekanisme kerja obat-obat tersebut adalah bahwa obat-obat anti radang
berkaitan dengan penghambatan metabolisme asam arakidonat. Asam
arakidonat adalah substrat untuk enzim-enzim siklooksigenase dan
lipooksigenase. Siklooksigenase mensintesa siklik endoperoksida
(prostaglandin G-2 dan H-2) yang kemudian akan diubah menjadi
prostaglandin stabil, tromboksan and prostasiklin. Ketiga produk tersebut
berasal dari leukosit, dan senyawa-senyawa itu dijumpai pada keadaan
radang. Di dalam leukosit asama arakidonat oleh lipooksigenase asam-asam
mono dan dihiroksi (HETE) yang merupakan prekursor dari leukotrin
(senyawa yang dijumpai pada keadaan anafilaksis). Dengan adanya
rangsang mekanis atau kimia, produksi enzim lipooksigenase akan dipacu
sehingga menigkatkan produksi leukotrien dari asam arakidonat.

Obat-obat yang dikenal menghambat siklosigenase secara spesifik


(indometasin dan salisilat) mampu mencegah mediator inflamasi : PGE-2
dan prostasiklin. Karena prostaglandin bersifat sinergik dengan mediator
inflamasi lainnya yakni (bradikinin dan histamin) maka pencegahan
pembentukan prostaglandin akan mengurangi siklooksigenase dan bersifat
kompetitif terhadap arakidonat. Secara in vivo kortikosteroid mampu

6
menghambat pengeluaran prostaglandin pada tikus, kelinci, dan marmut.
Penghambatan pengeluaran asam arakidonat dari fosfolipida juga akan
mengurangi produk-produk siklooksigenase dan lipookseigenase sehingga
akan mengurangi mediator peradangan. Kedua enzim, tersebut dapat
dihambat oleh benoksaprofen.

Metode Uji Daya Anti Inflamasi

Metode uji yang digunakan adalah metode Winter yang dimodifikasi


(Turner, 1965). Udem buatan ditimbulkan dengan menginjeksikan larutan
karagenin secara subplantar pada telapak kaki tikus, sedangkan bahan uji
diberikan secara peroral. Kaki belakang tikus ditandai sebatas mata kaki dan
diukur volumenya dengan plestimograf. Aktivitas anti inflamasi obat uji
ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi udema yang diinduksi pada kaki
tersebut

B. Alat dan Bahan


1. Karagenin 0,5 % dalam NaCl 0,9%, Na Diklofenak, Prednison, CMC
Na 1% tanaman obat/produk herbaldan tikus
2. Plestimograf dan alat suntik 1 m
C. Langkah Kerja
1. Semua tikus ditimbang dan kaki belakang kanan diberi tanda di atas
lutut kemudian diukur volume udem dengan mencelupkan telapak kaki
sampai tanda ke dalam air raksa pada alat plestimograf sebagai volume
udem awal.

2. Tiap kelompok mendapat hewan uji untuk perlakuan sebagai berikut:


Kelompok I : Tikus diberi larutan Na Diklofenak dengan dosis
pemberian diperoleh dari konversi dosis terapi pada manusia secara .
Kelompok II : Tikus diberi suspensi prednison dengan dosis sama
seperti dosis Na diklofenak secara peroral
Kelompok III : Tikus diberi suspensi CMCNa 1% dengan dosis sama
seperti dosis Na diklofenak secara peroral
3. Semua tikus ditimbang dan kaki belakang kanan diberi tanda di atas

7
lutut kemudian diukur volume udem dengan mencelupkan telapak kaki
sampai tanda ke dalam air raksa pada alat plestimograf sebagai volume
udem awal.

8
4. Tiga puluh menit setelah pemberian obat telapak kaki kanan disuntik
(subplantar) dengan karagenin 0,1 ml/100 gr BB tikus. Selanjutnya
volume udem diukur setiap 30 menit selama 3 jam.
D. Hasil Praktikum

Setelah dilakukan percobaan anti inflamasi kepada seluruh


kelompok mencit maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Diketahui Na Diklofenak sebesar 0,70 %


2. Diktehaui Prednison sebesar 0,73%
E. Pembahasan

Setelah saya melakukan uji anti inflamasi pada hewan mencit maka
dapat diketahui bahwa, udem pada hewan uji disalah satu pengukurnya
didapatkan hasil sebesar 0,35 ml ini adalah ukuran udem dari salah satu
hewan uji pada tiap kelompoknya. Setelah dilakukan percobaan anti
inflamasi kepada seluruh kelompok di dapatkan hasil bahwa Na Diklofenak
sebesar 0,70 % dan Prednison sebesar 0,73%

F. Kesimpulan

Efek ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai % efektivitasnya,


yang berarti suatu sediaan yang diujikan mampu menghambat edem yang
terbentuk akibat induksi keragenin. Hasil praktikum menunjukkan daya
antiinflamasi pada kelompok prednison sebesar 0,73% dan kelompok Na
diklofenak sebesar 0,70%. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa golongan kortikosteroid daya antiinflamasinya paling
tinggi dari pada non streroid. Hal ini mungkin saja disebabkan karena faktor
ekternal yang menyebabkan hasil percobaan tidak sejalan dengan teori.

9
DAFTAR PUSTAKA

Higgs, G.A., dan Whittle, B.J.R., 1980, The Therapeutic and Toxic Effect of Anti

Inflamatory Drug Which Interference with Aarachidonat Acid Metabolism


dalam Turne, P.(Ed), Clinical Pharmacology and Therapeutis, Macmillan
Publ., London, 277-287.

H. Gerhard Vogel, 2002. Drug Discovery and Evaluation, Pharmacological Assays,

Springer, Jerman

10

Anda mungkin juga menyukai