0,8
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Hasil Praktikum
Menit 5 10 15 20 30
Chamber
1 0,2593 0,3246 0,4343 0,4152 0,4612
2 0,2592 0.4354 0,4334 0,4372 0,4576
3 0,2489 0,3734 0,4575 0,4571 0,4611
4 0,2849 0,3786 0,3947 0,4291 0,4729
5 0,2375 0,3089 0,3351 0,3555 0,4149
6 0,3154 0,3803 0,4107 0,7894 0,4011
10 5,4201 487,8151
0,86029 488,675 97,7351
15 5,3802 484,2227
2,71008 487,793 97,5586
20 5,4600 491,4076
2,69013 497,668 99,5336
30 5,8886 529,979
2,73004 538,97 107,794
Grafik AUC Chamber 2 (Generik)
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25 30 35
1200
1000
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Disolusi atau “transfer massa” merupakan suatu prosedur yang melibatkan pergerakan partikel dari
padatan menjadi larutan dimana partikel masuk kedalam pelarut untuk beberapa bahan aktif.
Namun demikian, fungsi awal disolusi untuk mengkonfirmasi kualitas dan kinerja untuk berbagai
macam obat. Uji disolusi ini vitro dijelaskan dalam farmakope sebagai pelepasan obat pada satu
atau lebih titik waktu dalam buffer (Stuart et al, 2015).
1. Sifat fisikokimia
Obat Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi kelarutan,
bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi, ukuran partikel serta kekentalan.
2. Formulasi sediaan
Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi laju disolusi diantaranya kecepatan
disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien, kekerasan dan porositas.
3. Faktor alat uji disolusi dan parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan
pengadukan, suhu medium, pH medium dan metode uji yang dipakai.
Dissolution tester jenis keranjang ini pada mulanya diusulkan oleh Pernarowski pada tahun
1968. Metode keranjang ini dapat menunjukkan suatu upaya dengan membatasi posisi
bentuk sediaan untuk memberikan hasil yang maksimum antara suatu permukaan solid
dengan cairan yang tetap. Namun, dissolution tester ini memiliki beberapa keterbatasan,
yaitu memiliki kemungkinan besar terjadinya penyumbatan pada zat menyumbat kasa
keranjang, sangat peka terhadap gas terlarut dalam media disolusi, kecepatan aliran yang
kurang memadai ketika partikel meninggalkan keranjang dan mengapung dalam media
disolusi, serta kesulitan dalam melakukan konstruksi saat proses disolusi. Metode
keranjang ini sering disebut sebagai metode alat 1.
Proses kerja jenis dayung yaitu daun (propellor) melewati diameter batang sehingga dasar
baling baling dan batang posisinya rata. Jarak 25 mm ± 2mm antara daun dan bagian dalam
dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Dan juga digunakan sepotong
kecil bahan inert seperti gulungan kawat berbentuk spiral yang bertujuan untuk mencegah
pengapungan pada sediaan. Adapun prosedur uji yang dilakukan pada dissolution tester
tipe ini, yaitu:
1. Masukkan air ke dalam wadah seperti water bath pada suhu 37°C.
2. Kemudian masukkan medium disolusi yang akan digunakan dengan volume yang
sudah diatur sekitar 900 atau 1000 mL dalam masing-masing chamber.
3. Setelah suhu dalam chamber sudah mencapai 37°C , masukkan sediaan tablet atau
kapsul yang akan diuji pada chamber, dan diamkan hingga tenggelam di dasar chamber.
KESIMPULAN
Disolusi atau “transfer massa” merupakan suatu prosedur yang melibatkan pergerakan partikel dari
padatan menjadi larutan dimana partikel masuk kedalam pelarut untuk beberapa bahan aktif.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Disolusi : Sifat Fisikokimia, Formulasi Sediaan, dan Faktor
alat uji disolusi dan parameter uji
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Ashwini., Mayank Bansal. 2014. Formulation And Evaluation Of Antidiabetic Tablets:
Effect Of Absorption Enhancser. WJPS, 3(10).
Manca, ML., Manconi M, Valenti D, Lai F, Loy G, Matricardi P, Fadda AM. 2012. Liposomes
coated with chitosanxanthan gum (chitosomes) as potential carriers for pulmonary
delivery of rifampicin. J Pharm Sci. Vol. 101(2):566-75.