Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Pemeriksaan Urea, Pemeriksaan Kreatinin dan Pemeriksaan


Asam Urat

DISUSUN OLEH:
NAMA
:Nicko Yudhistira
K.
NIM
:41090008
KEL/TgL
:D/ 06 Mei 2011
ASISTEN

: Dian Chandra Dewi

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2011
Pemeriksaan Urea, Pemeriksaan Kreatinin dan Pemeriksaan Asam Urat
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting untuk


mempertahankan keseimbangan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit asam basa dengan cara menyaring darah
yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit serta
mengekskresi kelebihannya sebagai air seni. Ginjal juga mengeluarkan sampah
metabolisme (seperti urea, kreatinin, asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi
regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin (penting untuk mengatur
tekanan darah), juga bentuk aktif vitamin D (penting untuk mengatur kalsium)
serta eritropoetin (penting untuk sintesis darah).
Kegagalan ginjal dalam melaksanakan

fungsi-fungsi

vital

ini

menimbulkan keadaan yang disebut uremia atau gagal ginjal kronik (GGK)
stadium terminal. Perkembangan yang terus beranjut sejak tahun 1960 dari teknik
dialisis dan transplantasi ginjal sebagai pengobatan stadium terminal GGK,
merupakan alternatif dari resiko kematian yang hampir pasti.
Salah satu cara menegakkan diagnosis gagal ginjal adalah dengan menilai
kadar ureum dan kreatinin serum, karena kedua senyawa ini hanya dapat
diekskresi oleh ginjal. Selain itu dapat dilihat juga dari hasil pemeriksaan kadar
asam urat, kadar asam urat yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal
dengan terbentuknya batu sebagai akibat penumpukan kristal asam urat yang akan
menyumbat organ penyaring pada ginjal (glomerolus).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami serta dapat melakukan prosedur pemeriksaan
urea dalam sampel darah dan urin.
Mahasiswa dapat memahami serta dapat melakukan prosedur pemeriksaan
kreatinin dalam sampel darah dan urin.
Mahasiswa dapat memahami serta dapat melakukan prosedur pemeriksaan
asam urat dalam sampel darah dan urin.
Mahasiswa mampu melakukan mengidentifikasi terjadinya penyakit gagal
ginjal berdasarkan hasil dari pemeriksaan urea, kreatinin dan asam urat

BAB II
Dasar Teori
Urea
Urea berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan.
Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya
protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya
sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati berat (Guyton, 2007).

Hampir seluruh urea dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein


(asam amino). Urea berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel.
Zat ini dipekatkan dalam urin untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen
yang stabil, sekitar 25 gram urea diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea (Guyton, 2007).
Metode Berthelot
Prinsip

: Urea dipecah menjadi amonia dan karbon dioksida dengan

pemberian urease. Amonia yang dibebaskan ditentukan dengan metode Bethelot.

Amonia yang dihasilkan ditetapkan kadarnya dengan metode Berthelot. Reaksi


yang terjadi sebagai berikut :

(Strye, 1995).
Kreatinin
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir
metabolisme otot yang dilepaskan otot dengan kecepatan yang hampir konstan
dan dieksresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya
relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar kreatinin yang lebih besar
dari nilai normal menandakan adanya gangguan fungsi ginjal ( Guyton,2007).
Kreatinin merupakan anhidrida protein yang dibentuk sebagian besar di
otot dengan pembuangan air dari keratin fosfat secara irreversible dan non
enzimatik. Kreatinin bebas terdapat pada darah dan urin. Pembentukan kreatinin
merupakan langkah awal yang diperlukan untuk ekskresi sebagian besar kreatinin
( Murray, 2003 ).

Metode Jaffe
Metode Jaffe merupakan salah satu metode kolorimetri.
Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1886. Prinsip
reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam
suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna
jingga dan diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada
492 nm (Richterich, 1981).
Asam urat
Asam urat merupakan hasil pemecahan metabolisme purin ( asam nukleat)
tubuh, yang sebagian kecil berasal dari makanan. Sebagian besar asam urat
dieskresikan oleh ginjal. Dalam darah, sebagian besar asam urat dalam bentuk
monosodium urat (Underwood, 1999).
Metode Enzymatic Colorimetric
Prinsip pemeriksaan metode enzymatic colorimetric ini adalah H2O2
dengan

katalis

peroxidase

hydroxybenzenessulofonic

acid

bereaksi
(DCHBS)

dan

dengan

3,5-dichloro-2-

4-aminophenazpne

(PAP)

memberikan warna merah-violet dengan Quinoneimine sebagai indikator.


Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri.
uricase
Asam urat + O2 + 2 H2O

allantoin + CO2 + H2O2


peroxidase

2 H2O2 + DCHBS + PAP

N-(4-antipyryl-3-chloro-5-sulfonate-p-

benzoquinonimine + HCl + 4 H2O (Strye, 1995).

BAB III
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
Alat
Tabung reaksi
Pipet

Spektrofotometer
Bahan

Urin
Plasma darah
Larutan standar urea 50 mg/dL
Laturan standar kreatinin 2 mg/dL
Larutan standar asam urat 6 mg/dL
R1 ( Phosphate buffer, Sodium salicylate, Sodium nitroprussiede dan EDTA)
R2 ( Phosphate buffer, Sodium hydroxide dan Sodium hypohlorite)
R1 ( Sodium hydroxide dan Picric acid)
R1 ( Phospate buffer, TBHBA (2,4,6-Tribromo-3-hydroxybenzoic acid))
R2 ( Phosphate buffer, 4-1minoantipyrine, K4[Fe (CN)6], Peroxidase dan
Uricase)

B. Cara Kerja
Pemeriksaan Urea dalam darah dan urin
3 buah tabung reaksi dipersiapkan
Sampel , blangko dan standart 2 mg/ dL masukkan ke dalam masing-masing
tabung, diberi label
Ke dalam tabung blangko dimasukkan reagen 1A (Campuran R1 dan R3 dalam
perbandingan 100: 1)
Ke dalam tabung standar dimasukkan larutan standar konsentrasi 50 mg/dL
Dicampur dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25C atau 5 menit pada
suhu 37 C
Ke dalam tabung blangko dan tabung reagen + kan reagen 2
Dicampur homogen dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25C atau 5
menit pada suhu 37 C

Absorbansi standar dibaca terhadap blanko dalam kurun waktu 30 menit


Sedangkan untuk tabung sampel dimasukkan sampel (berupa urin atau plasma) +
kan reagen 2
Dicampur homogen dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25C atau 5
menit pada suhu 37 C
Absorbansi sampel dibaca terhadap blanko dalam kurun waktu 30 menit
Perhitungan:
A sampel/ standar = Abs sampel/standar-Abs blangko
Kadar Urea dalam plasma =

x kosentrasi standar (mg/dL) x 0,467 =


BUN

Kadar Urea dalam urin =

x kosentrasi standar (mg/dL)

Pemeriksaan Kreatinin dalam darah dan urin


3 buah tabung reaksi dipersiapkan
Sampel , blangko dan standart 2 mg/ dL masukkan ke dalam masing-masing
tabung, diberi label
Ke dalam tabung blangko dimasukkan aquadest dan ditambahkan reagen 1
(Sodium hydroxide)
Ke dalam tabung standar dimasukkan larutan standar konsentrasi 2 mg/dL dan
ditambahkan reagen 1 (Sodium hydroxide)

Dicampur dan diinkubasi selama 3-5 menit


Ke dalam tabung blangko dan tabung reagen + kan reagen 2 (Asam Pikrat)
Dicampur homogen
Absorbansi A1 dibaca pada 1 menit pertama
Absorbansi A2 dibaca pada 2 menit kemudian
Sedangkan untuk tabung sampel dimasukkan sampel (berupa urin atau plasma)
ditambahkan monoreagen (campuran 4 bagian Sodium hydroxide dan 1 bagian
asam pikrat)
Dicampur dan diinkubasi selama 3-5 menit
Absorbansi A1 dibaca pada 1 menit pertama
Absorbansi A2 dibaca pada 2 menit kemudian
Perhitungan: A sampel = (A2-A1) sampel
A standar = (A2-A1) standar
Kadar Kreatinin dalam darah (mg/dL) =
Kadar Kreatinin dalam urin (mg/dL) =

x kosentrasi standar (mg/dL)


x kosentrasi standar (mg/dL) x 50

Pemeriksaan Asam Urat dalam darah dan urin


3 buah tabung reaksi dipersiapkan
Sampel , blangko dan standart 2 mg/ dL masukkan ke dalam masing-masing
tabung, diberi label

Ke dalam tabung blangko dimasukkan aquadest dan ditambahkan reagen 1


(Sodium hydroxide)
Ke dalam tabung standar dimasukkan larutan standar konsentrasi 6 mg/dL dan
ditambahkan reagen 1 (Sodium hydroxide)
Dicampur dan diinkubasi selama 5 menit
Ke dalam tabung blangko dan tabung reagen + kan reagen 2 (Asam Pikrat)
Dicampur homogen, diinkubasi selama 30 menit pada suhu 20-25C atau selama
10 menit pada suhu 37C
Absorbansi standar dibaca terhadap blangko dalam kurun waktu 60 menit
Sedangkan untuk tabung sampel dimasukkan sampel (berupa urin atau plasma)
ditambahkan monoreagen
Dicampur dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 20-25C atau selama 10
menit pada suhu 37C
Absorbansi sampel dibaca terhadap blanko dalam kurun waktu 60 menit
Perhitungan:
A sampel/ standar = Abs sampel/standar-Abs blangko
Kadar Asam Urat dalam darah/ urin (mg/dL) =
(mg/dL)

x kosentrasi standar

B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap kadar urea, kreatinin serta asam urat di dalam darah serta urin.
Pemeriksaan ini menjadi dasra pennetuan dalam melakukan diagnosis terhadap
terjadinya penyakit gagal ginjal. Kadar kreatinin dan urea dijadikan parameter,

karena kedua senyawa itu yang dapat diekskresikan oleh ginjal. Apabila di dalam
darah dan urin kadarnya melebihi batasan normal yang ada, maka dapat
mengindikasikan terjadinya penyakit gagal ginjal. Terjadi ketidakmampuan ginjal
untuk bekerja secara normal terutama dalam proses filtrasi. Selain itu dapat dilihat
juga dari hasil pemeriksaan kadar asam urat, kadar asam urat yang berlebihan
dapat menyebabkan gagal ginjal dengan terbentuknya batu sebagai akibat
penumpukan kristal asam urat yang akan menyumbat organ penyaring pada ginjal
(glomerolus).
Pada percobaan ini, kami menggunakan 2 orang probandus dengan jenis
kelamin yang berbeda serta menggunakan 2 sampel, yakni plasma dan urin. Urin
yang kami gunakan adalah jenis urin 24 jam , yakni urin yang dikeluarkan dan
dikumpulkan selama 24 jam. Untuk pengumpulan urin ini diperlukan botol yang
besar dan dapat ditutup rapat, botol ini harus bersih dan biasanya memerlukan
pengawet.
Pemeriksaan urea dalam urin dan plasma kami lakukan dengan metode
Berthelot, dimana Urea dipecah menjadi amonia dan karbon dioksida dengan
pemberian urease.Jumlah ammonia yang dibebaskan ditetapkan dengan metode
Berthelot ini. Chloramin dengan phenol membentuk kompleks pquinone
chloramin yg dengan phenol akan membentuk ikatan indopenol(berwarna hijau)
warna inilah yang akan memberikan intensitas serapan berupa absorbansi yang
dapat dibaca pada 578 nm.
Untuk pemeriksaan kreatinin dalam urin dan darah menggunakan metode
Jaffe, prinsipnya adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa,
membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga dan warna ungu inilah
yang akan memberikan intensitas serapan berupa absorbansi yang dapat dibaca
pada 492 nm.
Dan untuk pemeriksaan asam urat, prinsipnya adalah H2O2 dengan katalis
peroxidase

bereaksi

dengan

3,5-dichloro-2-hydroxybenzenessulofonic

acid

(DCHBS) dan 4-aminophenazpne (PAP) memberikan warna merah-violet. Warna


inilah yang akan memberikan intensitas serapan berupa absorbansi yang dapat
dibaca pada 550 nm. Ketiga pemeriksaan ini menggunakan blangko yang
berfungsi untuk melihat apakah, pelarut yang kami gunakan itu memberikan

serapan atau tidak yang nantinya akna dapat mengganggu dalam proses
pembacaan absorbansi. Dan nilai absorbansi dari semua blangko adalah 0.
Berdasarkan hasil percobaan ada banyak data yang ternyata tidak sesuai
dengan nilai normal yang ada. Untuk probandus pria hanya pemeriksaan urea
dalam plasma, serta pemeriksaan asam urat dalam plasma dan urin saja yang
normal (sesuai dengan nilai standar) dan untuk probandus wanita, hanya nilai
asam urat dalam urinnya saja yang normal (sesuai dengan nilai standar).
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapat, kita tidak boleh mengatakan bahwa
pada kedua probandus ini mengalami gangguan fungsional ginjal, karena secara
nyata probandus yang kami gunakan adalah probandus sehat yang tidak memiliki
riwayat penyakit ginjal. Penyimpangan data ini dimungkinkan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain adalah:
a.Volume sampel
Cara pengambilan sampel baik berupa darah maupun urin hendaknya
menggunakan mikropipet dengan jenis yang sama, agar volume darah dan urin
yang diambil dapat seragam
b. Suhu dan waktu inkubasi
Suhu inkubasi yang digunakan adalah 20-25C, kemungkinan ada
keterbatasan dari alat inkubator untuk selalu menyesuaikan suhu, sehingga sulit
untuk mencapai suhu 20-25C yang stabil. Selain itu, pada pemeriksaan ini juga
terdapat selisih waktu inkubasi antara pemeriksaan yang satu dengan pemeriksaan
yabg lain, sehingga membuat hasil pemeriksaan ynag didapat menjadi kurang
akurat apabila selisih waktunya tidak sama antara pemeriksaan yang satu dengan
yang lain.
BAB V
A. Kesimpulan
Pemeriksaan urea dalam sampel darah dan urin dapat dilakukan dengan
metode Berthelot, dengan prinsip melakukan pengukuran terhadap jumlah
ammonia yang dibebaskan
Pemeriksaan kreatinin dalam sampel darah dan urin dapat dilakukan dengan
metode Jaffe, dimana prinsipnya adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat
dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga

Pemeriksaan asam urat dalam sampel darah dan urin dapat dilakukan dengan
metode Enzymatic Colorimetric. Reaksi antara dimana H2O2 dengan katalis
peroxidase dengan 3,5-dichloro-2-hydroxybenzenessulofonic acid (DCHBS)
dan 4-aminophenazpne (PAP) memberikan warna merah-violet

B. Daftar Pustaka
Burtis CA, Ashwood ER, 1983, Tietz textbook of Clinical Chemistry, 3st ed, W.B
Saunders Company, Philadelphia
Guyton, dan Hall, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Jakarta
EGC
Mazzachi BC, Peake MJ, Ehrhardt V, 2000, Reference Range and Method
Comparison Studies for Enzymatic andJjaffe Creatine Assays in Plasma
and Srum and Early Morning Urine, Clinical Lab
Murray, Robert K., Daryl K., Peter A. M., Viictor W. R, 2003, Biokimia Harper,
Edisi 25, EGC, Jakarta
Newmann Jd, Price Pc, 1999, Tietz textbook of Clinical Chemistry: Renal
Function and Nitrogen Metabolites, 3st ed, W.B Saunders Company,

Philadelphia
Richterich, R. and Colombo, J.P., 1981, Clinical Chemistry, Theory, Practice
and Interpretation, John Wiley & Sons, Chichester
Stryer, L., 1995, Biochemistry, Fourth Edition, W.H. Freeman and Company,
New York
Thomas L, 1998, Clinical Laboratory Diagnostics, 1st ed, TH-Books
verlagsgesellschaft, Frankfurt
Underwood, 1999, Patologi Umum dan Sistematik, EGC, Jakarta

Yogyakarta, 13 Mei 2011


Praktikan,

Nicko Yudhistira Kurniawan


41090008

Anda mungkin juga menyukai