Anda di halaman 1dari 20

Tutorial

Ilmu Kandungan dan Kebidanan


Intra Uterine Fetal Death

Pembimbing :
dr. TA Ririel K, Sp.OG
Oleh :
Brianata Susanto Utomo
41100060

Identitas pasien
Nama : Ny. MB
Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 21 juli
1990
Usia: 25 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : D3
Pekerjaan : swasta
Alamat : Wates, Kulonprogo
Tanggal periksa: 21-12-2015

Anamnesis
Keluhan utama Janin tidak
Pasien 25 th G P A
bergerak
1

0,

Pasien periksa dengan


keluhan gerakan janin
berkurang sejak dua hari
sebelum masuk rumah
sakit, flek(-), nyeri(-)

HPHT : 10 Juli
2015
HPL: 17 April 2016
UK : 23 Minggu

Riwayat Penyakit Sekarang


Dua hari gerakan janin berkurang
Ibu merangsang gerakan janin, tetap tidak bergerak
Periksa bidan. Djj(-) ke RS djj lemah poli obsgyn
USG
riwayat jatuh(-) trauma(-)
sebelumnya diare
Pasien baru berhenti bekerja, biasanya jam 8-6,
pasien bekerja di lantai 3 sering naik turun tangga
Rumah banyak kucing
Rokok (-), alkohol (-)

Pemeriksaan fisik (21 Desember 2015)

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : CM, E4 V5 M6
Tanda Vital:
Tek. Darah : 100/70 mmHg
Respirasi : 18 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36.5 C
BB : 60 kg
TB : 162 cm

Pemeriksaan penunjang
USG : janin tunggal, preskep,
djj(-), maserasi g-2, ketuban
cukup, plasenta di fundus
meluas ke corpus
BPD: 5,36cm AC:16,13cm FL:
3,83cm TBJ: 449gr, UK:22-23mg
Kesan G1P0A0 hamil 23 minggu
dengan IUFD

Diagnosis kerja
G1P0A0 23 mg dengan IUFD

Rencana Terapi

Bed rest
Induksi persalinan janin mati
Pasang laminaria drip oksitosin
Induksi gagal curettage +
embryotomi gagal SC

Laporan operasi
Induksi GA, pasien di posisikan litotomi, antisepsis betadine,
pasang doek, aff DC
Pasang speculum, jepit portio dangan tenakulum, coba
keluarkan janin, tetapi janin tinggi terus ke fundus
diputuskan histerotomi inform consent keluarga keluarga
acc
Posisikan pasien tidur terlentang, antisepsis alcohol dan
betadine
Incisi pfanenstiel, diseksi tumpul hingga cafum peritonei,
tampak uterus gravid 24 mg
Incisi bagian isthmus rahim, diseksi tumpul, dilahirkan bayi
perempuan maserasi grade III, dengan hipercoiling dan
penyempitan tali pusat, placenta di corpus anterior di lahirkan
lengkap dengan tali pusat dan bayi, bersihkan sisa plasenta
Isthmus/SBR di jahit jelujur 2 lapis chromic gut 2,
retroperitoneum plain gut
Fasciasubcutissubcuticler jelujur dengan safil 2/0

IUFD
kematian fetal atau janin pada usia
gestasional > 22 minggu ( Peterson,2002 )
janin yang mati dalam rahim dengan berat
500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu
atau lebih dengan berat janin >500 gr
(Winknjosastro,2008).
Angka kejadian 22,1 % per 1000 kelahiran.
Di Indonesia penyebab kematian janin
terbanyak(28,9%),

Etiologi
Fetal Causes (2540%)

Non immune hydrops


Infeksi

Placenta (25-35%)

Maternal ( 5-10%)

Unexplained (2535%)

Cacat Lahir

Abruption
Masalah pada tali pusat
Insufisiensi plasenta
Asfiksia Inpartum

Placenta previa
Twin to twin transfuse
Korioamnionitis

Antipospolipid antibody
Diabetus Melitus
Sepsis
Hipoksia
Ruptur uterine
Trauma

Kelahiran abnormal
Trombofilia
Penyakit jantung sianosis
Severe anemia
Epilepsy
obat

Tanda dan gejala


Ibu mengeluhkan gerakan janin
berkurang
pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya pertumbuhan uterus
pada pemeriksaan laboratorium
terdapat penurunan kadar -HCG
pada pemeriksaan USG ditemukan
Spalding sign dan Robert sign
tidak ditemukan detak jantung janin.

Diagnosis
Menurut Nugroho (2012), menetapkan kematian
janin dalam rahim meliputi :
Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan
menggunakan stetoskop laeneck, alat dopler).
Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung,
tulang kepala janin berhimpit, tulang belakang
makin melengkung (dengan menggunakan USG).
Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit,
tulang belakang melengkung, dalam usus janin
dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen)

Induksi persalinan
upaya menstimulasi uterus untuk
memulai terjadinya persalinan.
(Saifudin,2002).
upaya memulai persalinan dengan
cara-cara buatan sebelum atau
sesudah kehamilan cukup bulan
dengan jalan merangsang timbulnya
his (Sinclair, 2010).

indikasi
untuk pasien yang kondisi kesehatannya atau
kesehatan janinnya berisiko jika kehamilan
berlanjut (Llewellyn, 2002).
ketuban pecah dini, kehamilan lewat waktu,
oligohidramnion, korioamnionitis, preeklampsi
berat, hipertensi akibat kehamilan,
intrauterine fetal death (IUFD) dan
pertumbuhan janin terhambat (PJT),
insufisiensi plasenta, perdarahan antepartum,
dan umbilical abnormal arteri Doppler
(Oxford, 2013).

Kontraindikasi
disproporsi sefalopelvik (CPD),
plasenta previa, gamelli,
polihidramnion, riwayat sectio caesar
klasik, malpresentasi atau kelainan
letak, gawat janin, vasa previa,
hidrosefalus, dan infeksi herpes
genital aktif. (Cunningham, 2013 &
Winkjosastro, 2002).

persyaratan
Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD)
Sebaiknya serviks uteri sudah matang, yakni
serviks sudah mendatar dan menipis, kematangan
servik dapat dinilai dengan bishop score yakni:
a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih),
persalinan biasanya berhasil diinduksi dengan
hanya menggunakan induksi.
b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor < 5)
matangkan servik terlebih dahulu sebelum
melakukan induksi (Yulianti,2006 &
Cuningham,2013)

IUFD

Proses induksi
Kimia
Prostaglandin E2 (PGE2)
Prostaglandin E1 (PGE1)
oksitosin

Mekanik
Kateter Transservikal (Kateter Foley)
Dilator Servikal Higroskopik (Batang
Laminaria)

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai