Anda di halaman 1dari 25

INTRA UTERINE FETAL DEATH

(IUFD)
Annelis Aulia sari (112019253)
Haswinanti Wilda (112019186)

Pembimbing:
dr. Nunki Febriastuti, SpOG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat

Periode 23 November 2020 – 26 Desember 2020


DEFINISI

WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist


menyatakan Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) adalah kematian pada
fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih, terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau trimester kedua.
ETIOLOGI
 Faktor Maternal

• Kehamilan post-term (≥ 42 minggu).


• Diabetes Mellitus tidak terkontrol
• Systemic lupus erythematosus
• Infeksi
• Hipertensi
• Pre-eklampsia
• Eklampsia
• Hemoglobinopati
• Penyakit rhesus
• Ruptura uteri
• Antiphospholipid sindrom
• Hipotensi akut ibu
• Kematian ibu
• Usia ibu tua
Faktor fetal

• Kehamilan ganda
• Intrauterine growth restriction (Perkembangan Janin Terhambat)
• Kelainan kongenital
• Anomali kromosom
• Infeksi (Parvovirus B-19, CMV, listeria)
Faktor Plasenta

• Cord accident (kelainan tali pusat)


• Abruptio Plasenta (lepasnya plasenta)
• Insufisiensi plasenta
• Ketuban pecah dini
• Vasa previa
• Perdarahan Feto-maternal
Perubahan pada janin saat meninggal

• Baru mati (± 2.5 jam) : bayi lemas dan ada tanda-tanda lebam
• Maserasi tingkat I (<48 jam) : lepuh-lepuh pada kulit, lecet-lecet
sedikit.
• Maserasi tingkat II (> 48 jam) : lecet-lecet lebih banyak.
• Maserasi tingkat III (± 3 minggu): janin lemas sekali,tulang-tulang
longgar, otak membubur.
FAKTOR RESIKO

• Status sosial ekonomi rendah


• Tingkat pendidikan ibu yang rendah
• Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun
• Paritas pertama dan paritas kelima atau lebih
• Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
• Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat
• Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric
DIAGNOSIS

 Anamnesis

• Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa


hari atau gerakan janin sangat berkurang
• Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar,
bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti
biasanya.
• Penurunan berat badan
 Pemeriksaan Fisik

•Pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat pada:


Tinggi fundus uteri menurun
Berat badan ibu menurun
Lingkaran perut ibu mengecil

•Dengan fetoskopi dan Doppler tidak dapat didengar


adanya bunyi jantung janin.
 Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan hCG urin menjadi negative setelah


beberapa hari kematian janin

• USG
tampak gambaran janin tanpa tanda kehidupan:
gerak anak tidak ada
denyut jantung anak tidak ada
tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
• Foto radiologik (X-Ray) tampak:
 Spalding’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin
saling tumpah tindih, pencairan otak dapat menyebabkan
overlapping tulang tengkorak.
 Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat
melengkung
 Robert’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung
gas pada pembuluh darah besar. Tanda ini ditemui
setelah janin mati paling kurang 12 jam

• Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan


ultrasound.
• Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi
janin, pemeriksaan plasenta dan selaput.
• Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab
kematian janin termasuk hal-hal yang berhubungan dengan penyakit
maternal, yaitu perlunya diperiksa kadar TSH, HbA1c dan TORCH.
Sehingga dapat mengantisipasi pada kehamilan selanjutnya.
TATALAKSANA

• Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2


minggu, umumnya tanpa komplikasi.

• Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi


persalinan dengan oksitosin atau misoprostol.

• Tindakan perabdominal ini hanya dilakukan pada kasus yang


dinilai dengan plasenta previa, bekas SC ( dua atau lebih), dan
letak lintang.

• Hati-hati pada induksi dengan uterus pascaseksio sesarea


ataupun miomektomi, bahaya terjadi rupture uteri.
• Cara induksi persalinan ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus
dimana telah terjadi pematangan serviks. Pemberian dimulai dengan 5-
10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% melalui tetesan
infus intravena
• Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan
menjadi 40 unit
• Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis
oksitosin dinaikkan pada hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit
oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dengan kecepatan 30 tetes
per menit.
• Prostaglandin

Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks


posterior sangat efektif untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum
matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8 jam.
Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
• Operasi Sectio Caesaria (SC)

Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus
yang dinilai dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih), dan letak
lintang.
KOMPLIKASI

•DIC (Disseminated intravascular coagulation)

•Hemoragik Post Partum

•Dampak psikologis (ibu stress karna kehilangan bayinya)


PROGNOSIS

Jika dapat dideteksi segera prognosis untuk ibu baik (dapat


kembali hamil).
PENCEGAHAN

Upaya mencegah kematian janin khususnya yang sudah atau


mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin
menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras,
segera periksa ke dokter dan lakukan pemeriksaan
ultrasonografi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai