Anda di halaman 1dari 21

KETUBAN PECAH DINI DAN INFEKSI

INTRAUTERINE
Annelis Aulia sari (112019253)
Haswinanti Wilda (112019186)

Pembimbing:
dr. Seindy Glamour, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Barat

Periode 23 November 2020 – 26 Desember 2020


KPD (Ketuban Pecah Dini)
• 
• Pecahnya selaput janin sebelum dimulainya proses persalinan
(impartu)

• Pre-term  37 minggu (PPROM)


• Term  37 minggu (TPROM)
Epidemiologi

• Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm mengalami


KPD
• Menurut WHO, kejadian KPD)atau insiden PROM (prelobour rupture
of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran.
• KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 80% kasus KPD
terjadi pada kehamilan aterm.
• Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur.
Etiologi

• Infeksi genitalia
• Serviks inkompeten  dinding ketuban bawah tertekan
• Genetik  vit C rendah
• Multipara
• Letak sungsang
• Usia tua  ketuban < kuat
• Riwayat KPD > 2x
• Merokok
Patofisiologi

Pembesaran uterus

Peregangan dan
kontraksi berulang Aktifitas interleukin degradasi matriks
MMP meningkat dan TIMP
dan prostaglandin ektraseluler selaput
menurun drastis
Infeksi meningkat ketuban

Mendekati
Ketuban menjadi tipis
persalinan
dan mudah pecah

MMP tidak
seimbang
Diagnosis
• Anamnesis : riw. keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba
• Pemeriksaan inspekulo : terlihat cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di fornix posterior berbau amis, jernih (mungkin ada
bercak darh). Jika tidak ada, gerakkan bagian terbawah janin atau
minta ibu mengedan/batuk
• Pemeriksaan penunjang : test nitrazin: alkalis (pH 7-7.5), mikroskopik:
gambar pakis, USG: oligohidramnion
Manajemen Umum

Nilai kesejahteraan ibu dan bayi


• Tegakkan diagnosis
• Nilai keadaan serviks dengan pemeriksaan speculum
• Hindari pemeriksaan digital pada serviks
• Nilai kondisi yang memerlukan penanganan lanjutan (kenaikan suhu
atau takikardia pada ibu atau janin)
• Nilai indikasi untuk memulai persalinan
Tatalaksana

• > 34 minggu : induksi dengan oksitosin bila tidak ada KI


• 24-33 minggu :
• Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta dan kematian janin  persalinan segera
• Dexametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12mg IM tiap 24 jam
selama 48 jam  pemeriksaan serial
• Bila usia kehamilan 32-33 minggu  periksa pematangan paru
• < 24 minggu :
• Pertimbangkan risiko ibu dan janin
• Terminasi mungkin menjadi pilihan
• Bila terdapat infeksi  tatalaksana terapi
Komplikasi

PENCEGAHAN
• Prematur
• Suplemen vit C
• Infeksi ibu dan janin • ANC teratur
• Hipoksia dan asfiksia • Nutrisi baik dan olahraga teratur
• Berhenti merokok
• Deformitas janin • Menjaga kebersihan vagina
• Mengurangi aktivitas yang dapat
membahayakan kandungan
Infeksi Intrauterine

Korioamnionitis

Infeksi interauterine merupakan infeksi


yang terjadi pada korion dan amnion.
Etiologi

• Escherichia coli
• Staphylococcus aureus
• Streptococcus agalactiae
• Gardenerella vaginalis
• Neisseria gonorrhea
• Enterococcus faecalis
Faktor Predisposisi

• Persalinan lama
• Prematur
• Ketuban pecah dini
• Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang
• Infeksi pada genitalia (ascending infection)
• Rokok dan alkohol
Manifestasi Klinik
• Ibu demam (>37,8oC) dan takikardi (> 120x /menit)
• Ibu leukositosis (
• Nyeri tekan uterus
• Cairan ketuban purulen dan berbau busuk
• Janin takikardi (160-180 denyut/menit)

• Dapat menyebabkan sepsis neonatal


Diagnosis

• Peningkatan kadar CRP (N: 0,7-0,9mg/dL)


• Pewarnaan gram dan kultur hasil amniosintesis
• Mikroskopik  leukosit mononuclear dan polimorfonuclear
mengilfritasi selaput korion
• Deteksi adanya KPD  rembesan cairan amnion, tes nitrazin, tes daun
pais, USG
Tatalaksana
• Umum
 Rujuk pasien
 Antibiotik kombinasi: Ampisillin 2 g IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5mg/kgBB
setiap 24 jam
 Terminasi kehamilan (nilai serviks untuk menentukan cara persalinan)
- serviks matang: induksi dengan oksitosin
- serviks belum matang: pematangan dengan prostaglandin dan infus oksitosin,
atau lakukan SC
 Persalinan pervaginam  hentikan antibiotik setelah persalinan
 Persalinan SC  lanjutkan antibiotik dan tambahkan metronidazole 500 mg IV tiap 8
jam
Tatalaksana
• Khusus
 Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina berbau) berikan
antibiotik
 Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah dan
berikan antibiotik yang sesuai selama 7-10 hari
Komplikasi
• Persalinan abdominal
• Perdarahan post-partum PENCEGAHAN
• Bakteremia
• Endomyeritis • Antibiotik profilaksis
• Abses pelvis (ampicillin dan eritromisin
selama 7-10 hari, IV 2 hari
dan diikuti rute oral)
• FIRS
• Induksi persalinan setelah
• Sepsis neonatal
usia kehamilan >34 minggu
• Kematian janin
Contoh kasus UKMPPD
1. Perempuan usia 25 tahun G2P1A0 hamil 36 minggu datang ke UGD dengan
keluhan keluar cairan yang banyak dari kemaluan. Keluhan sudah dirasakan sejak
2 hari yang lalu tanpa disertai mulas maupun lender dan darah. Tidak disertai
demam. Pada pemeriksaan obstetrik inspekulo terlihat cairan menggenang di
forniks posterior dan vagina, tidak berbau, kertas lakmus berubah biru. Pada
pemeriksaan dalam diperoleh mulut Rahim terbuka 2 cm dan terlihat tebal.
Apa diagnose kasus ini?
a. Impartu kala I
b. Impartu kala II
c. Impartu akselerasi
d. Ketuban pecah dini
Contoh kasus UKMPPD
2. Perempuan usia 20 tahun hamil anak pertama 35 minggu mengeluh keluar
air yang banyak dari kemaluan sejak 3 jam yang lalu. Mengeluh sedikit
demam. Pembukaan 7 cm, Hodge II, DJJ 168 x/menit, ketuban (-) sisa
ketuban sedikit dan berwarna hijau dan berbau.
Tatalaksana yang tepat adalah?
a. Induksi oksitosin
b. Ekstraksi forceps
c. Ekstraksi vakum
d. Observasi
e. Sectio Caesaria
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai