Anda di halaman 1dari 22

JURNAL ILMIAH

PERILAKU MEROKOK REMAJA


(Perilaku Merokok Sebagai Identitas Sosial Remaja Dalam Pergaulan Di Surabaya)

Rizky Septi Nugroho

Iky.nugroho@yahoo.com

Departemen Sosiologi FISIP. Universitas Airlangga

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untukmengetahui bagaimana proses pembentukan perilaku merokok remaja
sebagai identitas sosial dalam pergaulan di Surabaya. Penelitian ini mencoba menelaah orientasi perilaku merokok
remaja yang dijadikan sebagai identitas dalam interaksi sosial remaja. Baik itu sebagai simbol kejantanan maupun
pengakuan. Penelitian ini merupakan studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data yakni wawancara, observasi dan studi literatur. Data yang didapat kemudian digolongkan
menjadi dua, yaitu data sekunder dan data primer yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif
sehingga menggambarkan tentang penelitian secara utuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku merokok
yang pada awalnya hanya dilakukan oleh laki-laki dewasa, saat ini sudah menjadi kewajaran bagi kaum remaja.
Dalam lingkungan masyarakat, merokok adalah tolak ukur kedewasaan seseorang, Sehingga remaja mengikuti
perilaku merokok. Awal mula remaja terpengaruh untuk merokok karena selain melihat dalam lingkungan
masyarakat terutama laki-laki yang merokok, ajakan teman untuk merokok juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi remaja untuk merokok.

Kata Kunci: Identitas Sosial, Interaksi Sosial, Merokok, Remaja

Abstract: This study aims to find out how the process of adolescent smoking behavior formation as a social identity
in the association in Surabaya. This study attempts to examine the orientation of adolescent smoking behavior as an
identity in the social interaction of adolescents. Both as a symbol of masculinity and recognition. This research is
case study and using qualitative approach, with data collecting technique that is interview, observation and literature
study. The data obtained then classified into two, namely secondary data and primary data which is then processed
and presented in the form of descriptive so that describes the whole research. The results showed that smoking
behavior that was initially only done by adult males, now has become a fairness for adolescents. In a society,
smoking is the benchmark of one's maturity, so adolescents follow the smoking behavior. Early adolescents affected
to smoke because in addition to seeing in the community, especially men who smoke, the invitation of friends to
smoke is also one of the factors that influence adolescents to smoke.

Key Words:Social Identity, Social Interaction, Smoking, Teens


PENDAHULUAN Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk

Perilaku remaja pada era dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh

kontemporer, merokok merupakan suatu lagi Data WHO mempertegas bahwa remaja

pemandangan yang sangat tidak asing. memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

Kebiasaan merokok dianggap dapat merokok, data WHO menunjukkan bahwa

memberikan kenikmatan bagi perokok, dari seluruh jumlah perokok yang ada di

namun di lain pihak dapat menimbulkan dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja

dampak buruk bagi perokok sendiri maupun (Republika, 1988).

orang-orang disekitarnya. Berbagai


Terdapat banyak alasan yang
kandungan zat yang terdapat di dalam rokok
melatarbelakangi remaja untuk merokok.
memberikan dampak negatif pada tubuh
Secara umum berdasarkan kajian Kurt
penghisapnya. Beberapa motivasi yang
Lewin, merokok merupakan fungsi dari
melatar belakangi merokok adalah untuk
lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
mendapat pengakuan (anticipatory beliefs)
merokok selain disebabkan dari faktor
untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing
lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri
beliefs) dan menganggap perbuatannya
atau kepribadian. Faktor dalam diri remaja
tersebut tidak melanggar norma (permission
dapat dilihat dari kajian perkembangan
beliefs/positive) (Joemana, 2004). Hal ini
remaja. Remaja mulai merokok dikatakan
sejalan dengan kegiatan merokok yang
oleh Erikson berkaitan dengan adanya krisis
dilakukan oleh remaja yang biasanya
aspek psikososial yang dialami pada masa
dilakukan di depan orang lain, terutama
perkembangannya yaitu masa ketika
dilakukan di depan kelompoknya karena
mencari jati diri(Gatchel, 1989). Dalam
mereka sangat tertatik kepada kelompok
masa remaja ini sering terjadi
sebayanya atau dengan kata lain terikat
ketidaksesuaian antara perkembangan psikis
dengan kelompoknya. Masa remaja bisa jadi
dan perkembangan sosial. Upaya-upaya
masa di mana individu mengkonsumsi
untuk menemukan jati diri tersebut tidak
rokok,Smet (1994) berpendapat bahwa usia
selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan
pertama kali merokok umumnya berkisar
masyarakat. Beberapa remaja melakukan
antara usia 11-13 tahun dan mereka pada
perilaku merokok sebagai cara
umumnya merokok sebelum usia 18 tahun.
kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini
Brigham bahwasanya perilaku merokok bagi disebabkan sifat nikotin adalah adiktif dan
remaja merupakan perilaku simbolisasi. anti-depressan, jika dihentikan tiba-tiba akan
Simbol dari kematangan, kekuatan, menimbulkan stress. Secara manusiawi,
kepemimpinan, dan daya tarik terhadap orang cenderung untuk menghindari
lawan jenis (Helmi, 1991). ketidakseimbangan dan lebih senang
mempertahankan apa yang selama ini
Merokok bagi sebagian remaja
dirasakan sebagai kenikmatan sehingga
merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit
dapat dipahami apabila para perokok sulit
baik psikis maupun fisik. Walaupun di sisi
untuk behenti merokok. Klinke & Meeker
lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok
(dalam Aritonang, 1997) mengatakan bahwa
dirasakan ketidakenakan. Hal ini sejalan
motif para perokok adalah relaksasi. Dengan
dengan perkataan Helmi yang berpendapat
merokok dapat mengurangi ketegangan,
bahwa saat pertama kali mengkonsumsi
memudahkan berkonsentrasi, pengalaman
rokok, kebanyakan remaja mungkin
yang menyenangkan dan relaksasi.
mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa
getir, dan perut mual. Namun demikian, Dalam kurun waktu lima tahun
sebagian dari para pemula tersebut terakhir, sebanyak 12,89 persen pelajar SMP
mengabaikan pengalaman perasaan tersebut, dan SMA di Surabaya mengaku telah
biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan menjadi perokok aktif. Hal ini di dasari
akhirnya menjadi ketergantungan. dengan pernyataan Heksa Sari selaku
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai Project Officer Modernisator Lembaga
kenikmatan yang memberikan kepuasan Youth Smoking Prevention (YSP)
psikologis. Sehingga tidak jarang perokok Universitas Airlangga (Unair) Surabaya
mendapatkan kenikmatan yang dapat bahwa: "Pada hasil riset yang dilakukan
menghilangkan ketidaknyamanan yang Lembaga YSP Unair Surabaya pada bulan
sedang dialaminya. Gejala ini dapat Oktober 2012 lalu, terdapat 12,89 persen
djelaskan dari konsep tobacco dependency pelajar di Surabaya merupakan perokok
(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku aktif."Heksa mengatakan, survei itu
merokok merupakan perilaku dilakukan di 19 sekolah negeri, swasta, dan
menyenangkan dan dapat menghilangkan agama yang terdiri dari SMP, SMU dan
ketidaknyamanan dan bergeser menjadi SMK. Heksa menjelaskan dari 1009 pelajar
yang dijadikan sampling sekitar 12,89 sebagai suatu media untuk mereduksi
persen pelajar yang menjadi perokok aktif ketegangan yang dirasakannya. Karena hal
setiap harinya, 14,3 persen kadang merokok, itulah remaja tergoda untuk meniru perilaku
dan 43,5 persen mengaku karena pengaruh orang dewasa, tanpa mempedulikan dampak
teman.(Merdeka.com, 2012) negatif yang ditimbulkan akibat kebiasaan
merokok. Figur orang tua sebagai model bagi
Hal ini didukung dengan data angka
anak-anaknya akan sangat berpengaruh besar
permintaan rokok setiap tahunnya terus naik.
bagi perilaku merokok remaja (Grinder,
Jika produksi 2014 mampu mencapai 360
1978).
miliar batang, tahun ini diperkirakan naik
menjadi 375 miliar batang. Dengan kenaikan Berdasarkan latar belakang yang
yang cukup besar itu, maka pemasukan dipaparkan diatas peneliti tertarik untuk
devisa Negara dari pita cukai rokok bisa melakukan penelitian tentang Perilaku
mencapai Rp 130 triliun. Sesuai dengan merokok sebagai identitas sosial dalam
perkataan Moch. Samsul Arifien selaku pergaulan remaja Kota Surabaya. Dalam
Kepala Dinas Perkebunan Jatim penelitian ini peneliti ingin mengetahui
bahwa:“Tahun lalu pendapatan cukai Rp bagaimana proses pembentukan identitas
118 triliun. Tahun ini bisa mencapai Rp 130 sosial bagi remaja perokok dalam pergaulan.
triliun. Sebanyak 75 persen cukai disumbang
Jawa Timur, karena pabrik rokok besar PERMASALAHAN PENELITIAN
mayoritas semuanya ada di Jatim,” Penelitian ini mencoba menelaah
(kominfo.jatimprov.go.id, 2015, diakses orientasi perilaku merokok remaja yang
tanggal 1 Juni 2017) dijadikan sebagai identitas dalam interaksi
sosial remaja. Baik itu sebagai simbol
Perilaku merokok telah merasuki
kejantanan maupun pengakuan. Dari uraian
sendi-sendi kehidupan remaja melalui
latar belakang sebagaimana dipaparkan
perantara model-model orang dewasa.
diatas, dirumuskan permasalahan penelitian
Remaja melihat orang tua mereka merokok.
yaitu bagaimana proses pembentukan
Remaja melihat guru-gurunya
identitas sosial dalam pergaulan pada
mempertontonkan cara merokok. Pada
perokok remaja.
kesempatan lain, remaja menyaksikan orang
dewasa yang menjadikan perilaku merokok
KERANGKA TEORI individu harus mengembangkan pikiran

Sejarah Teori Interaksionisme mereka melalui interaksi dengan

Simbolik tidak bisa dilepaskan dari individu lain.

pemikiran George Herbert Mead (1863- b) Self (diri pribadi) - kemampuan untuk

1931). Mead membuat pemikiran orisinal merefleksikan diri tiap individu dari

yaitu “The Theoretical Perspective” yang penilaian sudut pandang atau pendapat

merupakan cikal bakal “Teori Interaksi orang lain, dan teori interaksionisme

Simbolik”. Dikarenakan Mead tinggal di simbolis adalah salah satu cabang dalam

Chicago selama lebih kurang 37 tahun, teori sosiologi yang mengemukakan

maka perspektifnya seringkali disebut tentang diri sendiri (the-self) dan dunia

sebagai Mahzab Chicago. Dalam luarnya.

terminologi yang dipikirkan Mead, setiap c) Society (masyarakat) - hubungan sosial

isyarat non verbal dan pesan verbal yang yang diciptakan, dibangun, dan

dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama dikonstruksikan oleh tiap individu

oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu ditengah masyarakat, dan tiap individu

interaksi merupakan satu bentuk simbol tersebut terlibat dalam perilaku yang

yang mempunyai arti yang sangat penting. mereka pilih secara aktif dan sukarela,

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang pada akhirnya mengantarkan

yang diberikan oleh orang lain, demikian manusia dalam proses pengambilan

pula perilaku orang tersebut. Melalui peran di tengah masyarakatnya.

pemberian isyarat berupa simbol, maka kita Konsep yang dikembangkan oleh
dapat mengutarakan perasaan, pikiran, mead diatas mendifinisikan jelas tentang
maksud, dan sebaliknya dengan cara bagaiman perilaku seseoran dalam interaksi
membaca simbol yang ditampilkan oleh itu muncul. Selain itu, Tiga tema konsep
orang lain. Sesuai dengan pemikiran- pemikiran George Herbert Mead yang
pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga mendasari interaksi simbolik antara lain:
ide dasar dari interaksi simbolik adalah :
a) Pentingnya makna bagi perilaku
a) Mind (pikiran) - kemampuan untuk manusia
menggunakan simbol yang mempunyai
makna sosial yang sama, dimana tiap Tema ini berfokus pada
pentingnya membentuk makna bagi
perilaku manusia, dimana dalam teori person” or ”ability to see ourselves in
interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan the reflection of another glass”.
dari proses komunikasi, karena awalnya
c) Hubungan antara individu dengan
makna itu tidak ada artinya, sampai
masyarakat.
pada akhirnya di konstruksi secara
interpretif oleh individu melalui proses Tema ini berfokus pada
interaksi, untuk menciptakan makna dengan hubungan antara kebebasan
yang dapat disepakati secara bersama individu dan masyarakat, dimana
dimana asumsi-asumsi itu adalah norma-norma sosial membatasi perilaku
sebagai berikut : Manusia, bertindak, tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap
terhadap, manusia, lainnya berdasarkan individu-lah yang menentukan pilihan
makna yang diberikan orang lain yang ada dalam sosial
kepada mereka, Makna diciptakan kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini
dalam interaksi antar manusia, Makna adalah untuk menjelaskan mengenai
dimodifikasi melalui proses interpretif . keteraturan dan perubahan dalam proses
sosial.Asumsi-asumsi yang berkaitan
b) Pentingnya konsep mengenai diri (self
dengan tema ini adalah : Orang dan
concept)
kelompok masyarakat dipengaruhi oleh
Tema ini berfokus pada proses budaya dan sosial, Struktur sosial
pengembangan konsep diri melalui dihasilkan melalui interaksi sosial.
individu tersebut secara aktif,
Prespektif interaksi simbolik,
didasarkan pada interaksi sosial dengan
perilaku manusia harus di pahami dari sudut
orang lainnya dengan cara antara lain :
pandang subyek. Dimana teoritis interaksi
Individu-individu mengembangkan
simbolik ini memandang bahwa kehidupan
konsep diri melalui nteraksi dengan
sosial pada dasarnya adalah interaksi
orang lain, Konsep diri membentuk
manusia dengan menggunakan simbol-
motif yang penting untuk perilaku Mead
simbol, (D.Mulyana, 2001: 70). Inti pada
seringkali menyatakan hal ini sebagai :
penelitian ini adalah mengungkap
”The particular kind of role thinking –
bagaimana cara manusia menggunakan
imagining how we look to another
simbol-simbol yang merepresentasikan apa
yang akan mereka sampaikan dalam proses kehidupan sosialnya.Namun, makna yang
komunikasi dengan sesama. Penggunaan merupakan hasil interpretasi individu dapat
simbol yang dapat menunjukkan sebuah berubah dari waktu ke waktu, sejalan
makna tertentu, bukanlah sebuah proses dengan perubahan dari faktor-faktor yang
yang interpretasi yang diadakan melalui berkaitan dengan bentuk fisik (benda)
sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil ataupun tujuan (perilaku manusia)
dari proses interaksi sosial. Makna adalah memungkinkan adanya perubahan terhadap
produk interaksi sosial, karena itu makna hasil intrepetasi barunya. Dan hal tersebut
tidak melekat pada objek, melainkan didukung pula dengan faktor bahwa individu
dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. mampu melakukan proses mental, yakni
Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
mampu menamai segala sesuatu, bukan Proses mental tersebut dapat berwujud
hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa ( proses membayangkan atau merencanakan
bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan apa yang akan mereka lakukan. Individu
atau peristiwa itu).(Arnold M Rose dapat melakukan antisipasi terhadap reaksi
1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72). orang lain, mencari dan memikirkan
alternatif kata yang akan ia ucapkan.
Terbentuknya makna dari sebuah
simbol tak lepas karena peranan individu Menurut pandangan Mead, perilaku
yang melakukan respon terhadap simbol manusia sebagai sosial dan berbeda dengan
tersebut. Individu dalam kehidupan sosial perilaku hewan yang pada umumnya
selalu merespon lingkungan termasuk objek ditandai dengan stimulus dan respon.
fisik (benda) dan objek sosial (perilaku Perilaku merupakan produk dari penafsiran
manusia) yang kemudian memunculkan individu atas objek di sekitarnya.makna
sebuah pemaknaan . Respon yang mereka yang mereka berikan kepada objek berasal
hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal dari interaksi sosial dan dapat berubah
ataupun didapat dari proses mekanis, namun selama interaksi itu berlangsung.Hal
lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut di atas senada dengan apa yang bisa
tersebut mendefinisikan apa yang mereka kita lihat dari penampilan fisik atau budaya
alami atau lihat. Jadi peranan individu material kaum Punk. Dimana pola
sendirilah yang dapat memberikan pemaknaan yang terjadi dalam masyarakat
pemaknaan dan melakukan respon dalam terhadap kaum Punk adalah berkonotasi
negatif. Penampilan dengan gaya pakaian berarti menjadi suatu “diri” dalam
yang terkesan kumal, penuh dengan pengalaman seseorang sejauh “suatu sikap
aksesoris sangar seperti Peniti yang yang dimilikinya sendiri membangkitkan
dijadikan hiasan di wajah yang pada sikap serupa dalam upaya social . kesadaran
akhirnya membentuk respon masyarakat akan konsep “diri” akan muncul ketika
kepadanya. Konsep tentang “self ” atau diri individu memasuki pengalaman dirinya
merupakan inti dari teori interaksi simbolik. sendiri sebagai suatu obyek.Teori Interaksi
Mead menganggap konsep diri adalah suatu Simbolik yang masih merupakan pendatang
proses yang berasal dari interaksi sosial baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu
individu dengan orang lain (D. Mulyana, sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai
2001:73).Dalam Mind, Self and Society akhirnya teori interaksi simbolik terus
(1934) Mead pun menanyakan bahwa: berkembang sampai saat ini, dimana secara
“bagaimana seorang individu bisa keluar tidak langsung SI merupakan cabang
dari dirinya sendiri untuk menjadi objek lagi sosiologi dari perspektif interaksional
bagi dirinya sendiri?”, lanjut Mead, (Ardianto. 2007: 40).
“…melalui proses tingkah laku atau
Interaksi simbolik menurut
aktivitas sosial dimana individu yang ada di
perspektif interaksional, dimana merupakan
simpulkan …individu mengalami dirinya
salah satu perspektif yang ada dalam studi
sendiri semacam itutidak secara langsung,
komunikasi, yang barangkali paling bersifat
dari perlakuan individu lain dari kelompok
”humanis” (Ardianto. 2007: 40). Dimana,
sosial yang sama …dia menjadi objek untuk
perspektif ini sangat menonjolkan
dirinya sendiri seperti orang lain menjadi
keangungan dan maha karya nilai individu
objek bagi dirinya.”( R. Soeprapto,
diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama
2002:205).
ini. Perspektif ini menganggap setiap
Diri sendiri “ the self ”, dalam individu di dalam dirinya memiliki esensi
pandangan ahli interaksionalisme simbolik kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial
merupakan obyek sosial dalam hubungan masyarakatnya, dan menghasilkan makna
dengan orang lain disebuah proses interaksi. ”buah pikiran” yang disepakati secara
Dengan demikian, individu melihat dirinya kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan
sendiri ketika ia berinteraksi dengan orang bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang
lain. Bagi Mead, kesadaran akan “diri” dilakukan oleh setiap individu, akan
mempertimbangkan sisi individu tersebut, konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk
inilah salah satu ciri dari perspektif menyusun diskusi mengenai teori interaksi
interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
simbolik.
Tiga tema konsep pemikiran George Herbert
Definisi singkat dari ke tiga ide dasar Mead yang mendasari interaksi simbolik
dari interaksi simbolik, antara lain: (1) antara lain:
Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk
a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia,
menggunakan simbol yang mempunyai
b. Pentingnya konsep mengenai diri,
makna sosial yang sama, dimana tiap
c. Hubungan antara individu dengan
individu harus mengembangkan pikiran
masyarakat.
mereka melalui interaksi dengan individu
lain, (2) Diri (Self) adalah kemampuan METODE PENELITIAN
untuk merefleksikan diri tiap individu dari
penilaian sudut pandang atau pendapat Metode yang digunakan dalam

orang lain, dan teori interaksionisme penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

simbolis adalah salah satu cabang dalam Penelitian kualitatif adalah upaya untuk

teori sosiologi yang mengemukakan tentang menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya

diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku,

(3) Masyarakat (Society) adalah jejaring persepsi, dan persoalan tentang manusia

hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, yang diteliti.(Moleong L. J, 2007). Sehingga

dan dikonstruksikan oleh tiap individu penelitian kualitatif mengutamakan

ditengah masyarakat, dan tiap individu keilmiahan sebuah proses penelitian yang

tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka cenderung menampakkan sebuah fenomena

pilih secara aktif dan sukarela, yang pada yang naturalistik dalam kehidupan sehari-

akhirnya mengantarkan manusia dalam hari secara holistik sehingga dapat

proses pengambilan peran di tengah memberikan gambaran sebuah solusi yang

masyarakatnya. ”Mind, Self and Society” berkesinambungan sebagai penelitian yang

merupakan karya George Harbert Mead bersifat akademis.

yang paling terkenal (Mead. 1934dalam Penelitian kualitatif dilakukan pada

West-Turner. 2008: 96), dimana dalam buku objek yang alamiah. Objek alamiah adalah

tersebut memfokuskan pada tiga tema objek yang berkembang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran yang ingin anaknya menjadi seorang
peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada perokok.
objek tersebut (Sugiono, 2011). Metode Selain itu faktor pendukung yang
kualitatif ini menawarkan sebuah keadaan menjadikan remaja menjadi perokok yaitu
untuk mengetahui informan-informan dan karena tidak adanya aturan mengenai
orang-orang lainnya yang mempunyai larangan untuk merokok. Hampir semua
sumber data yang lebih mendalam dalam informan mengatakan bahwa merokok itu
lingkup penelitian yang sedang diobservasi. adalah hal yang wajar dalam lingkungan
Sehingga data-data yang diambil dari masyarakat.
informan ataupun sumber lain selama proses Lingkungan memiliki peranan yang
penelitian dapat di uji keabsahannya untuk cukup penting dalam pembentukan perilaku
menelaah informasi lebih mendalam untuk merokok pada remaja di Surabaya. Di
menjelaskan sebuah fenomena atau objek lingkungan informan, merokok sudah
yang sedang diteliti. Sehingga metode menjadi hal yang wajar. Lingkungan yang
penelitian kualitatif ini diharapkan dapat dimaksud di sini terbagi menjadi dua
menggali informasi yang lebih banyak, dan kelompok, pertama lingkungan
menuangkan fakta-fakta yang terjadi keluarga/internal, dan kedua, lingkungan
dilapangan serta memiliki tingkat validitas luar/eksternal.
data yang tinggi atas informasi yang didapat AH sudah terbiasa merokok karena
dan dibutuhkan peneliti. terpengaruh lingkungan sekitarnya. Adapun
lingkungan yang mempengaruhi AH untuk
ANALISIS tetap merokok karena memang merokok
sudah menjadi hal yang wajar di lingkungan
Tidak bisa dipungkiri bahwa
sekitar AH. Dalam pergaulan, teman-teman
perilaku merokok remaja terbentuk karena
AH mayoritas perokok aktif begitu pula
disebabkan oleh dua faktor. Adapun faktor
dengan keluarga besar AH.
yang mempengaruhi yakni; faktor
Begitu pula dengan RN. Lingkungan
lingkungan sekitar dan faktor lingkungan
keluarga RN lah yang mengenalkan rokok
pertemanan. Dalam hal ini lingkungan
kepada RN. Selain itu lingkungan
keluarga dirasa kurang berpengaruh dalam
pertemanan RN juga banyak yang perokok
pembentukan perilaku merokok pada
aktif. Tapi yang paling mempengaruhi RN
remaja. Karena memang tidak ada orang tua
untuk merokok yaitu teman-teman RN. aneh akan menjadi biasa karena perilaku
Dalam lingkungan sekitar RN, perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja
merokok pada remaja sudah bukan hal yang Dari penjelasan keenam informan
dianggap aneh. diatas memang rata-rata pengaruh
lingkungan internal dari informan yang
Sama halnya dengan NS.
mengenalkan perilaku merokok. Namun
Lingkungan keluarga merupakan aktor yang
pengaruh dari lingkungan keluarga belum
mengenalkan perilaku merokok kepada NS.
mempengaruhi informan untuk ikut
Tapi disini orang yang mengenalkan bukan
mencoba merokok. Pengaruh dari teman-
dari keluarga inti NS, melainkan Pamannya.
teman informan lah yang menjadi faktor
Lingkungan eksternal NS juga menjadi
pendorong untuk mencoba rokok.
faktor pendukung NS untuk merokok.
Banyaknya jumlah perokok aktif dalam
Teman-teman NS banyak yang merupakan
pergaulan yang menyebabkan informan
perokok aktif. Selain itu dalam lingkungan
untuk terus merokok. Kurangnya kesadaran
sekitar tempat tinggal NS juga sudah
informan akan dampak kesehehatan dari
terbiasa dengan yang namanya rokok.
merokok.
Faktor lingkungan sekitar sangat
Keinginan pribadi dari informan
mempengaruhi pembentukan perilaku
juga menjadi faktor remaja untuk merokok.
merokok pada remaja. Didalam masyarakat
Awal mulanya remaja merokok karena
perilaku merokok pada remaja sudah
alasan ingin tahu karena melihat lingkungan
menjadi hal yang dianggap wajar. Begitu
sekitar yang mayoritas laki-laki merokok,
pula dengan informan BK dan TS. Dalam
sehingga remaja melakukan kegiatan coba-
lingkungan sekitar tempat tinggal keduanya,
coba yang didukung oleh pergaulan. Seperti
perilaku merokok yang dilakukan oleh
yang terjadi pada informan NS. Selain
remaja sudah dianggap hal yang wajar.
faktor lingkungan pergaulan dan lingkungan
Memang tidak semua orang terbiasa dengan
sekitar yang mempengaruhi, rasa ingin
perilaku merokok yang dilakukan oleh
mencoba juga menjadi faktor terbentuknya
remaja. Karena perilaku merokok
perilaku merokok pada NS.
sebenarnya lebih kepada perilaku yang
Merokok di lingkungan informan
dilakukan laki-laki dewasa. Namun lama
sudah menjadi budaya dan terjadi sejak
kelamaan orang yang tadinya menganggap
lama. Budaya tersebut terbentuk dari
tindakan setiap hari masyarakat dalam jati dirinya, memang istilah tadi dapat
merokok. Dari budaya tersebut terbentuk ditelan mentah-mentah dan mengikutinya.
konsep bahwa setiap laki-laki harus Selain itu dengan kurangnya perhatian dan
merokok, Dan ketika tidak merokok maka pengawasan dari orang tua, ini juga yang
tidak bisa disebut sebagai laki-laki. Budaya menjadi penyebab kenakalan remaja.
tersebut juga terbentuk menjadi konsep Merokok telah menjadi perilaku
budaya yang kokoh karena tidak ada yang membudaya dalam struktur
determinasi oposisi dalam pembentukan masyarakat. Sedikit banyak perilaku
budaya baru. Aturan-aturan dari masyarakat masyarakat terimbas oleh adanya budaya
tidak terbentuk dengan kuat. Aturan merokok. Dalam sebuah masyarakat definit,
tersebut hanya berupa lisan dan tidak ada merokok adalah sebuah bentuk representasi
penindakan yang serius. dari kejantanan. Paradigma tersebut
Merokok dianggap sebagai budaya membersitkan tafsiran bahwa merokok
oleh masyarakat karena memang sudah adalah perilaku yang mutlak bagi seorang
menjadi kebiasaan dan dilakukan berulang laki-laki. Perokok akan lebih diterima
kali secara terus menerus. Saat ini perilaku dalam suatu kelompok sosial masyarakat.
merokok pada remaja bukanlah hal yang Secara psikologis, rokok akan ikut
asing dilihat. Sebagaimana menurut NS mempengaruhi perilaku. Seorang perokok
yang menyatakan bahwa perilaku merokok akan cenderung memiliki kemungkinan
pada remaja sudah menjadi kewajaran di lebih besar untuk mengawali perbincangan
mata masyarakat. dengan sesama perokok dibandingan
Remaja perokok diawali dengan dengan yang bukan perokok.
keingin tahuan yang sangat besar, kemudian (Kompasiana.com, diakses pada tanggal 16
mereka mencobanya dan akhirnya menjadi Agustus 2017)
sebuah kebiasaan yang membudaya. Istilah
Secara teoritis, ada dua syarat
yang mengatakan bahwa jika tidak merokok
terjadinya interaksi sosial, yaitu: kontak
maka bukan lelaki. Istilah ini adalah salah
sosial dan komunikasi (Soekanto, 2012: 58).
satu aspek yang memunculkan para perokok
Secara fisik, kontak terjadi apabila ada
baru. Padahal bukan hanya dengan merokok
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial,
saja remaja bisa membuktikan jati dirinya.
kontak juga terjadi ketika seseorang
Tetapi bagi para remaja yang baru mencari
melakukan hubungan dengan pihak lain
tanpa menyentuhnya. Misalnya, melalui ucapkan akan mempengaruhi diri kita
telepon, telegraf, radio, surat, dan sendiri ataupun orang lain. Hal ini menjadi
seterusnya, dimana tidak memerlukan sangat penting dalam mengerti arti-arti
hubungan badaniah. Kontak sosial dapat bersama atau menciptakan respon yang
berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu sama terhadap simbol-simbol bahasa yang
individu dengan individu, individu dengan sama.
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Mead memandang tindakan sebagai
Namun, kontak sosial tidak hanya unit paling inti dalam teori ini, yang mana
tergantung dari tindakan, tetapi juga Mead menganalisa perbuatan dengan
tanggapan terhadap tindakan tersebut. pendekatan behavioris serta memusatkan
Sedangkan, arti terpenting dari komunikasi perhatian pada stimulus dan respon. Mead
adalah apabila seseorang memberikan mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu
tafsiran pada perilaku orang lain (yang menimbulkan respon otomatis seperti apa
berwujud pembicaraan, gerak-gerak yang diperkirakan oleh actor, karena
badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa stimulus adalah situasi atau peluang untuk
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut bertindak dan bukannya suatu paksaan.
(Soekanto, 2012: 60). Mead menjelaskan bahwa ada empat
tahapan yang masing- masing dari tahap
Proses interaksi sosial tidak hanya
tersebut saling berkaitan satu sama lain
berbentuk gerak-gerik fisik (gesture),
dalam setiap tindakan. Empat tahapan
melainkan juga berbentuk bahasa. Bahasa
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
membuat seseorang untuk menanggapi
1. Tahap Pertama (Impuls)
bukan hanya simbol-simbol berupa gerak-
Impuls adalah tahap paling
gerik tubuh, melainkan juga simbol yang
awal dalam keempat tahap diatas.
berbentuk kata-kata.Kemampuan seseorang
Impuls meliputi
dalam menggunakan simbol bahasa
stimulasi/rangsangan spontan yang
memungkinkan seseorang dapat melihat
berhubungan dengan alat indra.
dirinya melalui perspektif orang lain. Bagi
Reaksi aktor terhadap rangsangan
Mead, simbol bahasa sangat berarti karena
adalah kebutuhan aktor untuk
setiap individu akan mendengar dirinya
melakukan sesuatu terhadap
tanpa mengetahui gerak-gerik fisik (gesture)
rangsangan tersebut. Aktor (manusia
yang dilakukan. Perkataan yang kita
dan hewan) secara spontan dan tanpa Persepsi adalah tahapan
berpikir memberikan reaksi atas kedua, Aktor menyelidiki dan
impuls, tetapi aktor manusia lebih bereaksi terhadap rangsangan yang
besar kemungkinannya akan berhubungan dengan impuls.
memikirkan reaksi yang tepat. Para Manusia mempunyai kapasitas untuk
perokok remaja awalnya merasakan dan memahami stimuli
mendapatkan stimulus dari melalui pendengaran, senyuman,
lingkungan sekitar tentang perilaku rasa, dan sebagainya. Persepsi
merokok. Pertama, lingkungan melibatkan rangsangan yang baru
keluarga yang dimana sebagai aktor masuk maupun citra mental yang
sosialisasi pertama bagi remaja ditimbulkannya. Aktor tidak secara
ketika kecil. Kedua, lingkungan spontan menanggapi stimuli dari
sosial kedua yang dimana luar, tetapi memikirkan dan
lingkungan ini lebih mengarah menilainya melalui bayangan mental.
kepada masyarakat sekitar remaja Manusia tidak hanya tunduk pada
maupun lingkungan pertemanan rangsangan dari luar saja, melainkan
remaja itu sendiri. Hampir seluruh juga aktif memilih ciri-ciri
informan peneliti yang mengatakan rangsangan dan memilih diantara
bahwa mengenal rokok ketika masih sekumpulan rangsangan. Setelah
kecil. Dan orang yang pertama remaja perokok mendapatkan
dilihat yaitu tidak lain adalah rangsangan mengenai perilaku
Ayahnya. Selain itu stimulus terkait merokok itu seperti apa, remaja ini
perilaku merokok juga remaja dapat tidak serta merta langsung
dari lingkungan sekitar yaitu memutuskan untuk merokok.
masyarakat sekitar terutama bergenre Namun terlebih dahulu
laki-laki. Tidak hanya itu saja mempersepsikan bagaimana
stimulus yang diterima oleh remaja, merokok itu seperti apa, rasanya
lingkungan pertemanan juga merokok itu bagaimana, dampak
memberikan stimulus tersebut. yang diakibatkan dari merokok ini
2. Tahap Kedua (Persepsi) bagaimana, dan lain-lain. Terkait
dengan hal ini remaja terlebih dahulu
mencari informasi mengenai rokok merokok itu, tahapan manipulasi
tersebut. Seperti yang diungkapkan mulai masuk untuk lebih
oleh informan ED. ED mengaku meyakinkan remaja untuk
bahwa tertarik dengan yang namanya mewujudkan responnya yakni
rokok ketika SMP. ED yang merokok. Dalam hal ini, bentuk-
mengatakan bahwa ketika melihat bentuk manipulasi yang diterima
orang lain merokok yang notabene oleh inderawi aktor yaitu ajakan
teman-temannya sempat memiliki teman untuk merokok. Selain itu
fikiran gimana rasanya merokok itu. dengan munculnya istilah bahwa
Namun ED tidak langsung tidak merokok tidak laki juga
memutuskan untuk merokok. Semua menjadi bentuk manipulasi. Dengan
hal tersebut harus melalui yang banyaknya ajakan dari teman-teman
namanya proses pemikiran, remaja untuk merokok, banyak pula
penilaian, serta pertimbangan iklan rokok yang muncul di media.
terlebih dahulu sebelum memutuskan Akan tetapi iklan rokok ini bukan
untuk merokok. hanya menampilkan kenikmatan
3. Tahap Ketiga (Manipulasi) yang diciptakan oleh rokok tersebut,
Manipulasi adalah tahapan namun juga dampak negatif yang
selanjutnya yang masih berhubungan ditimbulkan oleh rokok ini terutama
dengan tahap-tahap sebelumnya. dari segi kesehatan. Kondisi inilah
Setelah impuls menyatakan dirinya yang menciptakan jeda untuk
sendiri dan obyek telah dipahami, menentukan sikap dari remaja
langkah selanjutnya adalah perokok untuk tidak langsung
memanipulasi objek atau mengambil memutuskan untuk merokok.
tindakan berkenaan dengan objek itu. 4. Tahap Konsumsi
Tahap manipulasi merupakan tahap Konsumsi adalah upaya
jeda yang penting dalam proses terakhir untuk merespom impuls.
tindakan agar tanggapan tidak Tahapan ini diperoleh melalui
diwujudkan secara spontan. Setelah pertimbangan maupun pemikiran
tahapan yang dimana remaja secara sadar. Aktor akan mengambil
mempersepsikan bagaimana keputusan atau tindakan yang
berorientasi untuk memuaskan fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan tanpa
impuls. Dalam penelitian ini, para kehadiran objek fisik, tindakan atau
remaja perokok mulai memutuskan peristiwa itu).
untuk merokok seperti masyarakat
Proses pembentukan simbol pada
pada umumnya terutama dari kaum
remaja perokok tidak hanya sebatas
laki-laki. Melalui perilaku merokok
mengenai konsep pemikiran dari individu
ini, seorang remaja dapat
yang dipandang secara behaviorisme
menampilkan bahwa dengan
individu. Konsep mengenai mind tidak bisa
merokok sebagai bentuk
menjelaskan secara utuh mengenai proses
maskulinitas. Tidak merokok berarti
pembentukan simbol oleh remaja perokok.
tidak laki-laki. Selain itu, merokok
Namun mind memiliki fleksibilitas dari
juga disebut sebagai media untuk
pemikiran. Maksudnya addalah ketika
meningkatkan pamor seorang laki-
simbol tidak dapat dimengerti oleh lawan
laki.
bicara, pasti lawan bicara akan mencoba
Perbuatan bagi George Herbert Mead menerka-nerka apa yang dimaksudkan
adalah unit paling inti dalam teori ini, yang dalam pembicaraan ini sehingga tetap ada
mana Mead menganalisa perbuatan dengan interaksi walaupun mungkin respon yang
pendekatan behavioris serta memusatkan akan diciptakan sedikit terhambat. Ketika
perhatian pada stimulus dan respon. Mead seorang remaja menyaksikan orang lain
mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu merokok, remaja tidak langsung tertarik
menimbulkan respon otomatis seperti apa untuk merokok. Seorang remaja akan lebih
yang diperkirakan oleh actor, karena tertarik dengan apa yang disaksikannya.
stimulus adalah situasi atau peluang untuk Remaja melihat bagaimana orang yang
bertindak dan bukannya suatu paksaan. merokok tersebut menikmati rokoknya.
Akan tetapi, kondisi tersebut dapat muncul
Makna adalah produk interaksi
ketika ada penekanan dari lingkungan
sosial, karena itu makna tidak melekat pada
sekitar yaitu teman-teman remaja yang
objek, melainkan dinegosiasikan dalam
perokok. Seperti yang dialami oleh beberapa
penggunaan bahasa.Negosiasi itu
informan peneliti yakni informan AH,
dimungkinkan karena manusia mampu
informan RN, dan informan NS yang
menamai segala sesuatu, bukan hanya objek
mengaku merasa ketagihan ketika merokok.
Hal tersebut dirasa karena sudah tidak bisa Pada tingkat kemasyarakatan yang
lepas dari yang namanya rokok. lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah
Konsep mind membutuhkan aspek pemikiran tentang pranata sosial (social
lain dalam menjelaskan pembentukan institutions). Secara luas, Mead
simbol. Namun, konsep mind sangat penting mendefinisikanpranata sebagai tanggapan
bagi Mead karena setiap perbuatan yang kita bersama dalam komunitas atau kebiasaan
lakukan akan memiliki arti jika mind hidup komunitas. Secara lebih khusus, ia
ditempatkan dalam diri orang lain. Hal ini mengatakan bahwa keseluruhan tindakan
membuat seseorang dengan mudah untuk komunitas tertuju pada individu berdasarkan
menafsirkan pikiran ddengan tepat. keadaan tertentu menurut cara yang sama.
Penafsiran seorang remaja perokok tidak Berdasarkan keadaan itu pula, terdapat
selamanya berjalan dengan mulus. Ada respon yang sama di pihak komunitas.
faktor lain yang mengakibatkan seorang Proses ini kita sebut pembentukan pranata.
remaja perokok memutuskan untuk Kita membawa kumpulan sikap yang
merokok. terorganisasi ini ke dekat kita, dan sikap itu
Masyarakat dalam konteks membantu mengendalikan tindakan kita,
pembahasan George Herbert Mead dalam sebagian besar melalui keakuan (me).
teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah
Para remaja perokok menghayati
masyarakat dalam artian makro dengan
simbol-simbol dengan arti yang sama guna
segala struktur yang ada, melainkan
mempertahankan keberlangsungan
masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih
kehidupan sosial. Simbol-simbol tersebut
mikro, yaitu organisasi social tempat akal
berbentuk gerak-gerik fisik (gesture) dan
budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi
bahasa. Proses-proses berfikir, bereaksi dan
Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu
berinteraksi timbul karena simbol-simbol
sebagai pola-pola interaksi dan institusi
dalam kelompok sosial itu memiliki arti
social yang adalah hanya seperangkat respon
yang sama dan membangkitkan reaksi yang
yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-
sama pada orang yang menggunakan
pola interaksi tersebut, karena Mead
simbol-simbol itu. Seorang remaja perokok
berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum
memiliki pengetahuan dan pengalaman
individu dan proses mental atau proses
terkait perilaku merokok. pengetahuan dan
berpikir muncul dalam masyarakat.
pengalaman mereka berasal dari proses
sosial dan interaksi dengan perokok yang terbentuk karenaadanya respon mengenai
lain. Proses sosial yang dilakukan seorang lingkungan berupa fisik serta perilaku
remaja perokok membuatnya berpikir untuk masyarakat di sekitar mereka. Masyarakat di
menilai, memberi makna, dan bertindak sekitar remaja perokok, khususnya laki-laki,
sesuai dengan sesuatu hal. Adanya proses sebagian besar merokok. Setiap hari remaja
berpikir tersebut menumbuhkan pemahaman perokok menyaksikan masyarakat merokok
yang sama terhadap perilaku merokok. secara ekslusif. Sebagian besar, individu
Sehingga, para remaja perokok memahami yang usianya di atasnya, dalam keseharian
simbol-simbol perilaku merokok dengan arti dalam melakukan komunikasi dengan
yang sama. Kesamaan pemahaman seorang informan selalu merokok. Hal tersebut
remaja perokok terhadap perilaku merokok terjadi semenjak remaja perokok masih
menyebabkan interaksi sosial diantara kecil. Juga di lingkungan intern al keluarga
mereka berlangsung begitu lama. remaja perokok, ayah, atau kakek (semua
Di dalam hubungan antar manusia yang bergender laki-laki) selalu merokok di
dengan manusia lain, yang agaknya paling rumah ketika ada remaja perokok.
penting adalah reaksi yang timbul sebagai
Secara langsung, masyarakat di
akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi
lingkungan informan menyuruh untuk
tersebutlah yang menyebabkan tindakan
merokok sebagai bentuk maskulinitas. Tidak
seseorang menjadi bertambah luas. Di dalam
merokok berarti tidak laki-laki. Dengan
memberikan reaksi, ada suatu
kondisi lingkungan yang ada di sekitar
kecenderungan manusia untuk memberikan
informan, seolah perkataan tersebut memang
keserasian dengan tindakan-tindakan orang
benar. Bahwa ketika laki-laki tidak merokok
lain. Menurut Abdul Syani, terbentuknya
maka tidak bisa disebut sebagai laki-laki.
suatu kelompok sosial karena adanya naluri
Selain itu, merokok juga disebut sebagai
manusia yang selalu ingin hidup bersama.
media untuk meningkatkan pamor seorang
Manusia membutuhkan komunikasi dalam
laki-laki. Istilah keren atau gaul sebagai
membentuk kelompok. Karena melalui
andalannya. Ketika merokok, laki-laki
komunikasi orang dapat mengadakan ikatan
merasa percaya diri.Hal tersebut dipercaya
dan pengaruh psikologis secara timbal balik.
oleh informan.
Perilaku merokok pada remaja
sebagai identitas sosial dalam pergaulan
Sejak awal informan sudah tidak merokoknya. Berikut yakni proses
menganggap bahwa merokok adalah pembentukan perilaku merokok remaja:
perilaku yang salah. Lantaran terjadi
1. Awal Mula Mengenal Rokok
kebiasaan di lingkungannya, merokok
Perilaku merokok remaja disebabkan
menjadi hal yang wajar. Hal tersebut
dari adanya pengaruh orang tua.
menjadikan informan terpancing untuk
Dalam hal ini orang tua merupakan
mencoba merokok. Dari hal tersebut, remaja
aktor yang secara tidak langsung
perokok kemudian memaknai bahwa
mengenalkan rokok kepada remaja
merokok adalah hal yang lumrah bagi
ketika masih kecil. Secara tidak
seorang laki-laki. Bukan menjadi perkara
sadar remaja yang setiap harinya
tabu atau aneh, melainkan menjadi sebuah
berada di lingkungan keluarga akan
kebiasaan atau kewajaran.
terstimulus dengan perilaku merokok
KESIMPULAN orang tua.
2. Faktor Pengaruh Lingkungan
Hasil penelitian dan analisis data, peneliti
Masyarakat
menemukan kesimpulan mengenai
Lingkungan masyarakat memiliki
pembentukan identitas sosial dalam
peranan penting dalam pembentukan
pergaulan . Penelitian tersebut dianalisis
perilaku merokok pada remaja.
secara mendalam dengan menggunakan
Perilaku merokok secara tidak
perspektif teori interaksionisme simbolik
langsung telah menjadi perilaku yang
George Herbert Mead.
sudah dianggap wajar dalam struktur
Hasil temuan yang diperoleh dari masyarakat. Selain itu adanya
wawancara mendalam terhadap enam lingkungan pertemanan merupakan
informan yang merupakan remaja perokok, aspek yang dapat mempengaruhi
diketahui bahwa ada beberapa kesimpulan perilaku merokok pada remaja.
tentang proses terbentuknya identitas sosial Lingkungan pertemenan menjadi
dalam pergaulan oleh keenam informan aspek yang tidak dapat dihindarkan
tersebut. informan dalam penelitian ini, oleh para remaja karena remaja
memiliki alur atau tata cara yang berbeda- rentan terpengaruh dengan teman
beda dalam proses pembentukan identitas sebayanya.
sosial dalam pergaulan perilaku 3. Faktor Keinginan Pribadi
Setelah mendapatkan rangsangan yaitu remaja yang merokok karena pengaruh
atau pengaruh dari lingkungan teman memiliki identitas bahwa merokok
keluarga dan masyarakat serta sebagai salah satu tolak ukur kedewasaan
pertemanan, para remaja cenderung seseorang dan juga dapat meningkatkan
untuk mulai mencoba merokok. Rasa kepercayaan diri. Remaja perokok yang
penasaran dan ingin tahu yang besar dipengaruhi oleh faktor pertemanan
dari seorang remaja menjadi alasan cenderung dianggap terbuka dan easy going
mereka untuk mulai merokok. Rasa oleh teman-teman satu lingkungannya.
keingintahuan dari remaja untuk Selain itu remaja yang merokok karena
merokok selanjutnya akan membawa keinginan sendiri memiliki identitas sendiri
mereka pada kebiasaan untuk bahwa dengan merokok dapat
menjadi seorang perokok aktif. menghilangkan rasa stres atau depresi pada
Adanya anggapan masyarakat dirinya.
mengenai perilaku merokok yang
Dari keseluruhan identitas sosial
dilakukan oleh laki-laki
yang terbentuk, perilaku merokok pada
menyebabkan remaja ingin
remaja khususnya, sudah menjadi budaya
membuktikan bahwa dirinya sudah
dalam struktur masyarakat. Dalam struktur
dewasa. Dan adanya anggapan
masyarakat, perilaku merokok yang
bahwasanya merokok dapat
dilakukan oleh remaja sudah bukan lagi hal
meningkatkan kepercayaan diri
yang dianggap aneh, melainkan suatu
ketika berinteraksi dengan orang
kewajaran.
lain.

DAFTAR PUSTAKA
Dari penjelasan diatas dapat
Buku :
diketahui bahwasanya perilaku merokok
remaja dipengaruhi oleh adanya faktor- Brigham, C.J. 1991. Social psychology.
faktor yang terdapat dalam lingkungan Boston: Harper Collins Publisher
keluarga, masyarakat, pertemanan dan
Kaplan, R.M., Sallis, J.F & Patterson, T.L.,
keinginan pribadi. Oleh sebab itu identitas
Health and Human Behavior. New
sosial yang terbentuk pun berbeda-beda.
York: Mc Graw-Hill Book Co.
Beberapa identitas sosial yang terbentuk
Kemala N, Indri. (2007). Perilaku Merokok Suharto. (2008). Majalah Kesehatan
pada Remaja. Semarang: Digital USU. Keluarga. Jakarta : P.T. Dian Rakyat.

Manastas, Lagita.(2007). Filosofi Rokok. Jurnal:


Yogyakarta : Katalog Dalam Terbitan.
Komalasari, D. & Helmi, AF. (2000).

Poerwadarminta, W.J.S. (1995). Kamus Faktor-Faktor Penyebab Perilaku

Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Merokok Pada Remaja. Jurnal

Pustaka Psikologi Universitas Gadjah Mada,


2. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Pikiran Rakyat. (2009). Kebiasaan Merokok Mada Press.
Dalam Tinjauan Kesehatan Jiwa. 10
Mei 2009 Sirait, M.A. dkk (2001). Perilaku Merokok
Di Indonesia. Jurnal Fakultas
Rahman, Arif., dkk.2005. Sosiologi. Kesehatan Masyarakat. Medan
Yogyakarta : Saka Mitra Kompetensi. :Universitas Sumatera Utara.

Rita L. Atkinson, dkk. (1983). Pengantar


Internet:
Psikologi, edisi kedelapan, Jakarta: PT.
Erlangga Andriansyah, Moch. (2013, Maret 24). 43,5
Persen Pelajar Di Surabaya Merokok
Republika. (1988). Lebih Dari Tiga Juta Karena Teman. Diakses September
Meninggal Karena Tembakau dalam 05. 2017, dari Merdeka Online:
Setahun. 30 oktober 1988. Merdeka.com/peristiwa/ 435-persen-
pelajar-di-surabaya-merokok-karena-
Suharto. Majalah Kesehatan Keluarga.
teman.
Jakarta : P.T. Dian Rakyat.2008.

Haryono. 2007. Hubungan Antara


Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan.
Ketergantungan Merokok Dengan Percaya
Semarang: PT Gramedia.
Diri. http://www.infoskripsi.com/Artikel-
Sudjadji, Bagad. (2005). Biologi Sains Penelitian/Ketergantungan-Merokok.html.
Dalam Kehidupan. Surabaya : Katalog Diakses pada: 7 Agustus 2017
Dalam Terbitan.
Parrot, A. (2004). Does Cigarette Smoking http://lifestyle.kompas.com/read/2016/05/31
Causa Stress?. Journal of Clinican /093043023/8.masalah.kesehatan.akibat.mer
Psychology. okok diakses pada 14 Juli 2017
http://www.fidarticles.com
https://www.kompasiana.com/agungpribadi/
Syarief, Ika Suryani. (2016, Mei 08). Dinkes rokok-kretek-ironi-dan-
Jatim: Perokok Remaja Makin manfaatnya_5518c03d81331149709de0f3.
Banyak. Diakses September 11, 2017, Diakses pada 20 Agustus 2017
dari Suara Surabaya Online:
https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok#Jenis_r
Suarasurabaya.net/
okok diakses pada 18 Agustus 2017
print_news/Kelana%20Kota/2016/171
136-Dinkes-Jatim:-Perokok-Remaja- https://wepreventcrime.wordpress.com/2012
Makin-Banyak /03/24/rokok-bagi-masyarakat-indonesia/
diakses pada 19 Agustus 2017
https://jatim.bps.go.id/4dm!n/pdf_publikasi/
Statistik-Kesejahteraan-Rakyat- http://www.library.usu.ac.id/download/fk/13
Provinsi-Jawa-Timur-2015.pdf. 2316815 diakses pada 02 September 2017
Diakses pada 23 Agustus 2017
http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/4
http://www.duniatrik.com/2017/01/7-kota- 6214 diakses pada 02 September 2017
dengan-pecandu-rokok-
terbanyak.html?m=1. Diakses pada 22
Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai