Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN BIOLOGI

UJI KANDUNGAN URINE

Disusun Oleh :

Nama : Sayla Maliatul Marzuqoh


Kelas : XI MIPA 1
Presensi : 32

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KOTA SEMARANG


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses metabolism dalam tubuh manusia seperti respirasi, pencernaan dan
sebainya pastinya akan menghasilkan limbah yang jika tidak dikeluarkan akan
menyebabkan penyakit. Terdapat dua jenis komponen hasil metabolisme pada tubuh
manusia. Komponen pertama merupakan zat yang dapat dipergunakan kembali yang
nantinya akan diserap oleh tubuh melalui tubulus ginjal. Komponen kedua adalah zat
yang tidak diperlukan oleh tubuh yang akan dibuang dalam bentuk urine. Proses
pembebasan limbah metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh tersebut disebut
eksresi.
Urine merupakan salah satu zat eksresan yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi. Urin sangat penting dalam
proses mempertahakan homeostasis tubuh, karena sebagian pembuangan cairan oleh
tubuh adalah melalui urine. Untuk mengetahui normal atau tidaknya urine seseorang
tergantung pada kandungan didalam urine itu sendiri. Urine sejatinya dapat dijadikan
suatu indikator kondisi tubuh seseorang.
Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan
saluran urine, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran
empedu, pankreas, cortex adrenal, dan lain-lain. Kisaran normal jumlah rata rata urin
yang dikeluarkan adalah 0.8 – 2 liter perhari untuk orang yang memiliki asupan cairan
normal (Sarigul et al, 2019). Menurut Pearce (2002) jika banyak mengkonsumsi protein
maka akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya, sehingga urin yang
dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. Oleh karena itu, dalam praktikum ini
akan dilakukan percobaan untuk mengamati zat amilum, glukosa dan protein yang
terkandung dalam urine.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana identifikasi kandungan zat amilum, glukosa dan protein dalam urine?
2. Bagaimana karakteristik dari setiap urine yang telah diamati

C. TUJUAN PENGAMATAN
1. Menguji kandungan urine yang mengandung zat amilum, glukosa, dan protein.
2. Mengetahui karakteristik dari setiap urine yang telah diamati
BAB II

DASAR TEORI

A. SISTEM EKSKRESI
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair atau
zat gas. Zat-zat sisa berupa urine dikeluarkan oleh ginjal, keringat dikeluarkan oleh kulit,
empedu dikeluarkan oleh hati dan CO2 dikeluarkan oleh paru-paru. Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu bahkan meracuni
tubuh. Selain ekskresi ada juga defekasi dan sekresi. Defekasi adalah pengeluaran zat sisa
hasil pencernaan berupa feses (tinja) melalui anus. Sedangkan sekresi adalah pengeluaran
oleh sel dan kelenjar yang berupa getah dan masih digunakan oleh tubuh untuk proses
lainnya seperti enzim dan hormon (Pratiwi et al, 2009).

B. URIN
Urine atau air seni adalah produk sisa metabolisme hasil filtrasi plasma darah di
glomelurus ginjal. Setelah proses filtrasi, cairan akan melewati tubulus untuk dilakukan
penyerapan kembali ion-ion yang masih terlarut sehingga pada proses miksi yang
diekskresikan adalah berupa urin sesungguhnya. Ekskresi urin diperlukan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2010). Menurut Ma’arufah (2004),
komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan menyerap
bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar dan mempertahankan homeostasis
tubuh. Normalnya jumlah bahan yang terdapat dalam urine selama 24 jam adalah 35
gram bahan organik dan 25 gram bahan anorganik. urine terdiri dari 95% air dan 5% zat
padat terutama ureum dan natrium klorida dengan pH sedikit asam ± 6,0 dan memiliki
berat jenis spesifik 1,010 – 1,030. Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung
jenis makanan serta air yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat,
amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam terutama
garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin C dan obat-
obatan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum uji kandungan urin ini kami lakukan pada
Hari : Senin
Tanggal : 6 Februari 2023

B. ALAT DAN BAHAN


1. Rak tabung reaksi 6. Korek api
2. Tabung reaksi 4 buah 7. Urine
3. Penjepit tabung reaksi 8. Larutan benedict
4. Pembakar spirtus 9. Larutan biuret
5. Pipet tetes 4 buah 10. Larutan lugol

C. LANGKAH KERJA
1. Ambillah 4 sampel urine!
2. Ambillah 4 tabung reaksi, berilah nomor 1-4 kemudian letakkan pada rak tabung
reaksi!
3. Isilah masing-masing tabung reaksi dengan urin setinggi 1-2 cm!
4. Panaskan tabung 1 di atas nyala api pembakar spirtus dan catat baunya!
5. Tambahkan 4 tetes larutan Benedict ke dalam tabung 2, kemudian panaskan lalu
catat perubaha warnanya!
6. Tambahkan 4 tetes larutan biuret ke dalam tabung 3, kemudian amati perubahan
warna yang terjadi!
7. Tambahkan 4 tetes larutan lugol ke dalam tabung 4, kemudian perhatikan dan catat
perubahan warna atau endapan yang terjadi!
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan Kandungan Zat dalam Urine


Perubahan yang terjadi
Tabung Perlakuan Keterangan
Warna Bau
1 Dipanaskan Kuning keruh Berbau Memiliki aroma
ammonia
2 + Benedict, dipanaskan Kuning keruh Berbau Mengandung
dan terdapat sedikit glukosa
endapan
3 + Biuret Kuning Tidak Tidak
kehijauan terlalu mengandung
dan terdapat berbau protein
endapan
4 + Lugol Kuning Tidak Tidak
bening berbau mengandung
amilum

B. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mengenai uji kandungan urin yaitu merupakan cairan
sisa yang diekskresikan oleh ginjal dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Urin yang dikeluarkan tubuh terdiri dari berbagai unsu
seperti air, protein, amoniak, glukosa, sedimen, dan sebagainya. Unsur-unsur
yang dikeluarkan dari urine tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada
orang yang berbeda.
Pada praktikum yang berjudul uji kandungan urine ini kami melakukan
empat percobaan yakni uji kandungan amonia pada urine, uji kandungan glukosa
pada urine, uji kandungan protein pada urine dan uji kandungan amilum pada
urine. Adapun pembahasan dalam laporan praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Uji kandungan ammonia pada urine.


Menguji ammonia yang terkandung di dalam urin dapat dilakukan dengan
memanaskan urin di atas spirtus. Kemudian, dari hasil pengamatan yang didapat
terbukti bahwa urin tersebut berbau pesing yang megindikasikan terdapat ammonia.
Hal ini dikarenakan billirubin dan biliverdin bekerja. Menurut Wilmar (2000), bau
urin normal (berupa ammonia) disebabkan oleh asam organic yang mudah menguap.
Ammonia yang terdapat di dalam urin terjadi daari proses deaminasi asam amino
yang terjadi di dalam hati, namun di dalam ginjal juga terjadi proses deaminasi yang
berasal dari pembongkaran protein yang berbahaya bagi sel. Oleh karena itu ammonia
harus dikeluarkan dari tubuh tetapi sebelum dikeluarkan harus diuraikan dahulu
menjadi urea.

2. Uji kandungan glukosa pada urine


Metode Benedict biasanya ditandai dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
Negatif (-) : Tetap biru jernih.
Positif (+) : Hijau kekuing-kuningan.
Positif (++) : Kuning keruh (1-1.5% glukosa)
Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3.5% glukosa)
Positif (++++) : Merah keruh (>3.5% glukosa)

Pada urin orang yang normal, setelah pencampuran dengan reagen benedict dan
dilakukan pemanasan, urin akan berwarna hijau bening dan tidak ada endapan
(negatif glukosa). Hal ini menunjukkan bahwa dalam urin tersebut tidak mengandung
bahan-bahan lain yang masih dibutuhkan oleh tubuh atau sedikit sekali terhadap
resiko penyakit misalnya diabetes melitu dan yang lain sebagainya (Wilmar, 2000).
Oleh demikian, jika dihubungkan dengan teori ini maka orang dengan sampel urin
pada tabung nomor 2 terindikasi mengandung 1-1.5% kadar glukosa serta berpotensi
menderita diabetes kaarena didapati endapan didalamnya.

3. Uji kandungan protein pada urine.


Berdasarkan hasil pengamatan sampel urin dengan nomor 3 tidak mengandung
protein karena pada prinsipnya, zat yang ditetesi oleh larutan biuret kemudian
menghasilkan warna ungu maka dapat dipastikan mengandung protein. Urin yang
mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak
sempurna. Protein (asam amino) pada ginjal yang normal, akan diserap pada proses
filtrasi sebab protein (asam amino) termasuk zat yang berguna bagi tubuh. Selain itu
jika ada protein asam amino yang masih berada pada urin primer, pada tahap re-
arbsorpsi tepatnya di bagian tubulus kontortus proksimal, semua protein sudah harus
diserap oleh tubuh. Artinya, urin yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung
protein.

4. Uji kandungan amilum pada urine.


Lugol adalah suatu larutan kimia berbentuk cair yang digunakan sebagai penguji
adanya kandungan amilum di dalam suatu bahan atau zat makanan. Urine yang
mengandung amilum (karbohidrat) bila ditetesi lugol akan berubah warna dari biru
menjadi biru kehitaman. Semakin warnanya gelap artinya konsentrasi karbohidrat
dalam makanan tersebut semakin tinggi. Dari hasil pengamatan, didapatkan bahwa
sampel urin nomor 4 tidak mengandung amilum.

C. PERTANYAAN DAN JAWABAN :

1. Bagaimana bau urine yang dipanaskan? Mengapa demikian?


Setelah terjadi proses pembakaran, urine tersebut berbau pesing dari ammonia
hasil penguraian urea dan urin. Menurut Wilmar (2000), perbedaan bau dari setiap
urin masing masing orang dipengaruhi oleh tingkat asupan kadar garam (makanan)
yang dikonsumsi. Semakin banyak garam maka semakin banyak pula urea yang
disederhanakan membentuk ammonia.
2. Apa tujuan perlakuan pada tabung reaksi 2 dan 3?
Pada tabung reaksi 2 urin di tetesi oleh larutan benedict, sedangkan pada tabung
reaksi 3 urin ditetesi oleh larutan biuret. Hal ini ditujukan untuk menguji kadar
glukosa dalam urin dengan reagen benedict dan menguji kadar protein dengan reagen
biuret.

3. Endapan apakah yang terjadi pada tabung reaksi 4? Tulislah reaksi yang terjadi!
Sampel urin pada tabung reaksi 4 tidak terjadi endapan. Namun, adanya endapan
mengartikan bahwa orang degan sampel urin yang diujikan tersebut berpotensi
mengalami diabetes. Namun endapan pada urin juga bisa berarti bahwa urin tersebut
mengandung garam. Endapan tersebut dinamakan endapan AgCl dengan reaksi
sebagai berikut :
AgNO3 + Cl- → AgCl +NO3-

4. Apakah urine yang anda teliti itu normal? Jelaskan alasannya!


Ya, sampel urine yang kami teliti termasuk normal. Karena berdasarkan hasil
pengamatan tidak ada indikasi yang menunjukkan gejala permasalahan. Namun yang
perlu diwaspadai pada kadar glukosa dan endapan yang terjadi. Kadar glukosa yang
lebih dari >3.5% berpotensi mengalami diabetes.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Urine merupakan salah satu zat eksresan yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui proses urinasi.
2. Sampel 1 menghasilkan bau pesing yang mengindikasikan adanya ammonia
3. Pada uji glukosa sampel 2 menghasilkan warna kuning keruh, berarti pada sampel
mengandung sekitar 1-1.5% kadar glukosa dengan potensi diabetes karena terdapat
endapan.
4. Pada uji protein sampel 3 memberikan warna kuning kehijauan berarti pada sampel
tidak mengandung protein. Urin yang mengdung protein akan berubah menjadi biru
setelah di uji.
5. Pada uji glukosa sampel 4 memberikan warna kuning bening berarti pada sampel
tidak terdapat amilum. Urin yang mengandung amilum akan berubah menjadi biru
kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ma’arufah. 2004. Perbedaan Antara Hasil Carik Celup Dengan Metode Mikroskopis Sebagai
Indikator Adanya Sel Darah Merah Dalam Urin. Jurnal Akademi Analis Malang 2(2) : 1-
12.Malang :Akademis Analis Kesehatan Malang.

Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.

Pratiwi, DA, dkk.2012.Biologi.Jakarta: Erlangga.

Sarigul, N., Korkmaz, F. & Kurultak, İ. A New Artificial Urine Protocol to Better Imitate Human
Urine. Sci Rep 9, 20159 (2019). https://doi.org/10.1038/s41598-019-56693-4

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi Ketiga.
Jakarta : Salemba Medika.

Wilmar, M. (2000). Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya Medika.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai