Oleh:
VINY FITRIA
KELAS XI MIPA 1/27/11590
Oleh:
Disetujui oleh:
Pembimbing,
ii
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Citraan dan Majas Personifikasi, Majas
Metafora, Majas Paradoks, Majas Litotes, dan Majas Retoris dalam Puisi
Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar” diuji oleh penguji dan diterima SMAK
Santo Paulus Jember pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 29 April 2021
Tempat : SMAK Santo Paulus Jember
Tim Penguji:
Mengetahui,
Pembimbing, Kepala Sekolah
iii
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan.
(Yeremia 29:11)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
ABSTRAK
Puisi memiliki struktur fisik meliputi diksi, pengimajian, majas, rima, dan
tipografi. Citraan adalah kesan atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh
sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam
puisi. Citraan meliputi citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan
penciuman, citraan pencecapan, citraan gerak, citraan perabaan, dan citraan
perasaan. Majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya
dengan sesuatu yang lain (kiasan). Ada empat jenis majas yang disampaikan
dalam aplikasi majas, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas
penegasan, dan majas sindiran. Peneliti mengkaji citraan dan majas pada puisi
Karawang Bekasi karya Chairil Anwar menggunakan metode analisis data
deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data
dokumentasi yaitu pengumpulan data secara observasi pada tulisan. Berdasarkan
hasil penelitian, peneliti menemukan lima citraan puisi Karawang Bekasi antara
lain (1) “Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi” dan (2) “Kami yang kini
terbaring antara Karawang-Bekasi” merupakan (citraan penglihatan), (3) “Jika ada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak”(citraan pendengaran), (4) “Kami
sudah coba apa yang kami bisa”(citraan gerak), (5) “Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang – tulang diliputi debu”(citraan perasaan). Peneliti
menemukan lima majas dalam puisi ini antara lain (1) “Kami sekarang mayat.”
(majas personifikasi), (2) “Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan
kemenangan dan harapan.” (majas metafora), (3) “Kami bicara padamu dalam
hening di malam sepi.”(majas paradoks), (4) “Kami cuma tulang-tulang
berserakan.” (majas litotes), (5) “Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru
kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?” (majas retoris). Dengan
demikian, citraan dan majas pada puisi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan
karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penyusunan karya tulis ilmiah ini
dibuat sebagai syarat untuk mengikuti Penilaian Akhir Semester Genap Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2020/2021
Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada:
1. Yth. Antonius Denny Cahyo S., S.S., M.Sc., M.Pd. selaku Kepala Sekolah
SMA Katolik Santo Paulus Jember,
2. Yth. Alexander Sulistiawan Jatmiko, S.Pd., selaku guru pembimbing karya tulis
ilmiah yang dengan rela meluangkan waktu, memberikan pengarahan, dan nasihat
kepada penulis demi kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini,
3. Ytc. Orang tua penulis, yang telah membantu kelancaran penyusunan karya
tulis ilmiah ini;
4. Ytc. Teman-teman kelas XI MIPA I yang telah memberikan semangat dan
motivasi. Penulis berharap agar karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Akhir kata,
penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tulisan ini lebih
sempurna.
Jember, Aprils 2021
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................10
4.1 Analisis Citraan Dalam Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar.....10
4.2 Analisis Majas Dalam Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar.......11
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Puisi dibedakan menjadi tiga yaitu, puisi lama, puisi baru, dan puisi
kontemporer. Menurut Wirjosoedarmo (1984, hlm. 51), puisi lama adalah
karangan yang terikat oleh banyaknya baris dalam setiap bait (kuplet/strofa,
suku/karangan), banyaknya kata dalam setiap baris, banyaknya suku kata
dalam setiap baris, rima, dan irama. Sementara itu, puisi baru seolah tidak
berjenis, orang bebas mengekspresikan pemikiran dan perasaannya tanpa
terikat aturan, misalnya berapa baris atau berirama. Puisi kontemporer adalah
jenis puisi yang menyesuaikan perkembangan zaman dan bentuknya sesuai
keinginan pengarang. Puisi memiliki struktur fisik dan batin. Struktur fisik
puisi meliputi diksi, pengimajian, majas, rima, dan tipografi. Sementara,
struktur batin pada puisi meliputi tema, perasaan, dan amanat.
1
2
frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya
prosa dan puisi.
1.5.3 Majas
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2019),
majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan
menyamakannya dengan sesuatu yang lain (kiasan).
1.5.4 Puisi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Citraan
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2019), citraan adalah
kesan atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau
kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi.
2.1.1 Jenis Citraan
Citraan dibagi menjadi citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan
perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, dan citraan pengecapan.
a. Citraan penglihatan adalah citra yang ditimbulkan dengan pemanfaatan
pengalaman indera pengelihatan. Pengalaman indera penglihatan manusia
terutama berkaitan dengan dimensi ruang (ukuran, kedalaman, dan jarak),
warna, dan kualitas, cahaya atau sinar (Pradopo, 1997).
Contoh: Serupa dara dibalik tirai (Amir Hamzah, Padamu Jua)
b. Citraan pendengaran adalah citraan yang ditimbulkan dengan
menggunakan pengalaman pada panca indera pendengaran kita dapat
menangkap gambaran sesuatu dengan menggunakan indera pendengaran
kita (Pradopo, 1997).
Contoh: Suara sayup (Amir Hamzah, Padamu Jua)
c. Citraan perabaan adalah citraan yang bercirikan adanya potensi
pembangkitan pengalaman sensorisindera peraba. Pengalaman indera
peraba terutama berkaitan dengan rasa bahan, yaitu ciri atau kualitas
permukaan sesuatu yang dapat diraba (Pradopo, 1997).
Contoh: menggaruki rasa gatal di sukmanya (W.S. Rendra, Blues untuk
Bonie)
d. Citraan penciuman adalah citraan yang dapat ditimbulkan dengan
menggunakan pengalaman indera penciuman. Pengalaman yang
merupakan hasil penginderaan penciuman, berkaitan dengan bau, dengan
berbgai jenis sumber bau dan kualitas bau juga merupakan penanda
hadirnnya citra penciuman (Pradopo, 1997).
Contoh: Tubuhmu menguapkan bau tanah (WS Rendra, Nyanyian Suto
untuk Fatima)
e. Citraaan gerak adalah citraan yang membangkitkan oleh pengalaman akan
pengamatan terhadap gerak (Pradopo, 1997).
5
6
2.2 Majas
Majas adalah salah satu kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang digambarkan
dalam puisi menjadi jelas, hidup, intensif, dan menarik.Bahasa kias memiliki
beberapa jenis diantaranya, personifikasi, metafora, simile, metonimia, sinekdok,
dan alegori (Pradopo, 2006).
b. Majas pertentangan
b.a Majas paradox
7
c Majas penegasan
c.a Majas litotes
Majas litotes adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan
sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. (Gorys Keraf, 2009)
Contoh: Mampirlah ke gubuk kami.
METODE PENELITIAN
8
10
10
11
4.2 Analisis Majas Dalam Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar
Penulis menganalisis majas dalam puisi Karawang Bekasi karya Chairil
Anwar. Terdapat tiga macam majas, yaitu majas perbandingan, pertentangan,
dan penegasan. Terdapat dua majas perbandingan yaitu majas metafora dan
personifikasi, satu majas pertentangan yaitu majas paradoks, dan dua majas
penegasan yaitu majas litotes dan retoris.
4.2.1 Majas Personifikasi
Majas personifikasi terdapat pada kalimat “Kami sekarang mayat”
Alasannya, karena mayat bukan makhluk yang hidup namun seolah-olah
melalukan hal yang dapat dilakukan makhluk hidup. Mayat adalah tubuh
orang yang sudah tidak bernyawa, otomatis mereka tidak dapat berbicara.
Bertolak belakang dengan manusia yang masih hidup, mereka dapat
berbicara.
4.2.2 Majas Metafora
Majas metafora terdapat pada kalimat “Atau jiwa kami melayang untuk
kemerdekaan kemenangan dan harapan” Alasannya, karena jiwa melayang
merupakan simbol yang berarti mati, karena jiwa melayang seperti
meninggalkan raga.
4.2.3 Majas Paradoks
Majas paradoks terdapat pada kalimat “Kami bicara padamu dalam hening
di malam sepi” Alasannya, karena berbicara berarti ada suara, namun hening
berarti sepi tidak ada suara. Kedua hal tersebut berlawanan.
4.2.4 Majas Litotes
Majas paradoks terdapat pada kalimat “Kami cuma tulang-tulang
berserakan” Alasannya, karena tulang-tulang yang dimaksud dalam puisi
“Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar adalah mayat atau jenazah
pahlawan-pahlawan yang tewas berjuang melawan Belanda. Kata mayat
direndahkan menjadi tulang-tulang yang berserakan, padahal tidak semua
tulang mereka berserakan.
4.2.5 Majas Retoris
Majas retoris terdapat pada kalimat “Tapi siapakah yang tidak lagi
mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati?” Faktanya
deru saat perang sangat keras, menegangkan, dan berisik. Majas retoris
berupa pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Perlawanan yang
terjadi di antara Karawang Bekasi itu memakan banyak korban dan pasti
suasana gaduh.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, diperoleh
beberapa kesimpulan dan saran untuk karya tulis ilmiah ini. Berikut kesimpulan
dan saran pada karya tulis ilmiah ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian citraan dan majas puisi “Karawang Bekasi”
karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut.
5.1.1 Citraan Dalam Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar
Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan empat macam ciraan yaitu,
citraan penglihatan pada kalimat “Beribu kami terbaring antara Krawang-
Bekasi” dan kalimat “Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi”,
citraan pendengaran pada kalimat “Jika ada rasa hampa dan jam dinding
yang berdetak”, citraan gerak“Kami sudah coba apa yang kami bisa”, dan
citraan perasaan pada kalimat “Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang
– tulang diliputi debu”.
5.1.2 Majas Dalam Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar
Berdasarkan hasil penelitian penulis menemukan tiga macam majas
diantaranya sebagi berikut, majas perbandingan diantaranya majas metafora
pada kalimat “Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan” dan personifikasi pada kalimat “Kami sekarang mayat”,
pertentangan di majas paradoks pada kalimat “Kami bicara padamu dalam
hening di malam sepi”, dan penegasan diantaranya majas litotes pada
kalimat “Kami cuma tulang-tulang berserakan” dan retoris terdapat pada
kalimat “Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang
kami maju dan mendegap hati?”.
5.2 Saran
Penulis memberikan beberapa saran setelah melakukan peneltian terhadap puisi
“Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar. Berikut saran untuk karya tulis ilmiah
ini.
5.2.1 Saran untuk guru
Guru diharapkan dapat membantu murid dalam memahami unsur-unsur
intrinsic dalam sebuah puisi dan isi karya tulis ilmiah. Diharapkan dapat
12
13