PEMERIKSAAN URIN
Oleh :
1. Marista RosiPastiasri
053204206
053204212
3. Mariyati SophiaSari
053204223
4. Nurul Hidayati
053204245
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2007
A. Judul
Pemeriksaan urin.
B. Tujuan
a) Mengetahui pH, adanya ammonia dan klorida dalam urin.
b) Mengetahui ada tidaknya glukosa dan protein dalam urin.
c) Mengetahui empedu dalam urin.
d) Mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin.
C. Dasar Teori
D.
Prosedur Kerja
Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pembakar spiritus
4. Gelas kimia 100 ml
5. Pipe
Bahan
1. Urin
2. Indikator universal pH, dengan rentang nilai 1 14
3. Reagen benedict
4. Reagen biuret
5. Larutan AgNO3 1 %
6. Larutan iodium tincture
7. Korek api
Langkah kerja
Melakukan pemeriksaan terhadap sampel urin yang ada untuk diuji pH, ammonia,
empedu, glukosa, protein, dan ion klorida
a. Mengukur pH urin
1. Memasukkan urin ke dalam gelas kimia kemudian mengukur pH urin dengan
menggunakan indicator universal
2. Mencocokkan warna pada indicator, berapa pH sampel urin?
b. Menguji Amonia
1. Memasukkan 1 ml urin dalam tabung reaksi, kemudian memanaskan dengan
pembakar spiritus sampai mendidih
2. Bagaimana bau hasil pemanasan urin tersebut?
c. Menguji empedu
1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi
2. Memiringkan tabung dan tetesi dengan larutan iodium tincture hingga seluruh
permukaan urin tertutup. Memperhatikan batas urin dan iodium tincture. Apakah
ada bentukan cincin warna hijau?
d. Menguji glukosa
1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan 5 tetes reagen benedict kemudian memanaskan. Mengamati
perubahan warnanya.
e. Menguji protein
1. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil uji pH, amonia, empedu, glukosa, protein, dan ion klorida terhadap sampel
urin.
NO.
UJI
1.
2.
pH
Amoniak
KEADAAN
Sebelum
Sesudah
6,2
Bau urine - Bau seperti terbakar
menyengat
-
3.
Empedu
Orange tua
- Berwarna orange tua
- Terdapat 2 lapisan :
Merah dan kuning jernih
4.
5.
6.
Protein
Ion
- Terdapat endapan
- Berwarna kuning kehijauan
- Kuning bening
Kloroda
- Ada endapan (+ +)
Glukosa
++
+++
F. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas diketahui bahwa pH urin adalah 6,2.
Pada pH 6,2 menunjukkan bahwa urin bersifat asam. Urin bersifat asam karena waktu
urin berada di ginjal, ginjal mengatur konsentrasi bikarbonat plasma pada urine. Ginjal
mengatur konsentrasi bikarbonat plasma dengan 2 proses, yaitu bikarbonat yang difiltrasi
semuanya diserap kembali oleh tubulus, bikarbonat dibentuk lagi dalam tubulus distalis
untuk menggantikan bikarbonat yang digunakan oleh adanya asam-asam yang tidak
menguap (HCl, H3PO4, H2SO4, dan asam-asam organik) dalam cairan ekstrasel sebagai
akibat proses metabolisme. Untuk mengendalikan pH cairan tubuh yang paling efektif
yaitu dengan cara mekanisme buffer atau dengan buffer sistem asam karbonat
bikarbonat kerena jumlah CO2 yang larut dikendalikan oleh pernapasan dan konsentrasi
plasma HCO3- diatur oleh ginjal.. Kondisi urin yang terlalu asam dikarenakan CO 2 yang
terlalu tinggi juga akan berpengaruh terhadap urin.
Pada uji amoniak, urin berbau menyengat karena amoniak dalam tubuh sebagian
besar diperoleh dari deaminase asam amino dalam tubulus distal. Deaminase glutamin
yang dikatalisis oleh glutaminase ginjal berfungsi sebagai sumber amoniak urin.
Amoniak yang dibentuk dalam sel tubulus ginjal dapat bereaksi secara langsung dengan
ion-ion hidrogen sehingga lebih banyak ion amonium daripada ion hidrogen yang
disekresi, atau amoniak dapat berdifusi ke dalam filtrat tubulus dan disini membentuk
ion amonium. Makin rendah pH urin maka makin cepat amoniak berdifusi ke dalam urin.
Jadi, pembentukan amoniak sangat meningkat pada asidosis metabolik dan dapat
diabaikan pada alkolisis.
Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom,
sedikit uriblin dan hematopofirin. Pigmen yang menyebabkan warna kuning pada urin
merupakan hasil perombakan dari cairan empedu. Cairan empedu mengandung zat-zat
organik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+, serta zat-zat organik, yaitu asam-asam empedu,
bilirubin, dan kolesterol. Pada uji empedu, warna urin yang dihasilkan adalah cokelat
pekat, tidak terbentuk cincin berwarna hijau, dan tidak terbentuk endapan. Warna cokelat
pada urin orang percobaan dikarenakan urin tersebut mengandung urobilin.
Pada uji glukosa, warna urin yang dihasilkan adalah kuning kecokelatan, terbentuk
sedikit endapan, dan warna endapannya adalah cokelat. Hal ini mengindikasikan bahwa
urin yang diidentifikasi adalah urin sehat karena pada saat ditetesi dengan reagen
benedict, warnanya tidak berubah menjadi merah bata sehingga dapat diketahui bahwa
urin tidak mengandung glukosa. Hal ini disebabkan kerja dari tubulus kontortus
proksimal tidak terganggu (membran tubulus kontortus proksimal tidak kekurangan
carier) sehingga secara keseluruhan glukosa dapat diserap oleh tubulus kontortus
proksimal. Akibatnya glukosa tidak akan kaluar bersama dengan urin.
Pada uji protein, warna urin yang dihasilkan adalah kuning bening, terbentuk
banyak endapan, dan warna endapannya adalah kuning. Hal ini mengindikasikan bahwa
urin yang diidentifikasi adalah urin sehat karena pada saat ditetesi dengan reagen biuret,
warnanya tidak berubah menjadi ungu sehingga dapat diketahui bahwa urin tidak
mengandung protein. Berbeda dengan penderita penyakit hati yang lanjut atau pada
seseorang yang mengalami keracunan (kloroform, karbon, tetraklorida) maka kandungan
protein yang dieksresikan meningkat.
Pada uji ion klorida, warna urin yang dihasilkan adalah kuning bening, terbentuk
endapan, dan warna endapannya adalah putih. Hal ini mengindikasikan bahwa urin yang
diidentifikasi adalah urin sehat karena pada saat diuji dengan larutan AgNO 3 1%,
terbentuk endapan putih (AgCl). Klorida (Cl) yang terdapat pada tubuh diperoleh dari
konsumsi terhadap NaCl (garam-garam mineral). Reaksinya yaitu sebagai berikut :
NaCl + AgNO3
Endapan putih
AgCl + NaNO3
Mekanisme pembentukan urin dalam ginjal dibagi menjadi tiga tahap yaitu: tahap
filtrasi (penyaringan), tahap reabsorbsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (sekresi).
Filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Ketika darah memasuki glomerulus
maka tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen
yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian
menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi masuk ke dalam ruang kapsul
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut urin perimer.
Tahap kedua adalah reabsorbsi (penyerapan kembali). Reabsorbsi terjadi di tubulus
kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus dista. Urin primer
masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin perimer ini bersifat
hipotonis dibanding plasma darah. Kemudian terjadi reabsorbsi glukosa dan 67% ion
Na+, selain itu juga terjadi reabsorbsi air dan ion Cl+ secara pasif. Bersamaan dengan itu,
filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis
dengan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle
terjadi sekresi aktif ion Cl+ ke jaringan di sekitarnya. Reabsorbsi dilanjutkan di tubulus
kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi sekresi Na+ dan air di bawah kontrol ADH.
Disamping reabsorbsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+, urea, kreatinin, dan
beberapa obat-obatan pada urin. Hasil reabsorbsi ini berupa urin sekunder yang
komposisinya mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin.
Tahap ketiga adalah augmentasi (sekresi). Urin sekunder dari tubulus kontortus
distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus
pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir melalui
ureter menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
sementara urin. Selanjutnya urin dikeluarkan dari tubuh.
Jawaban diskusi :
1. Zat-zat yang terdapat dalam urin yang sehat adalah amonia dan klorida. Amonia dan
klorida dikeluarkan dari tubuh melalui 3 tahap. Pada tahap sekeresi, urin sekunder
yang dihasilkan pada tahap kedua (reabsorbsi), akan ditambahkan zat-zat yang akan
dikeluarkan dari tubuh, biasanya berupa garam-garam mineral. Dalam pemerikasaan
urin yang telah dilakukan garam-garam mineral itu berupa amonia dan klorida.
2. Urin yang sehat tidak mengandung glukosa. Akan tetapi, jika dalam urin terdapat
glukosa berarti urin tersebut tidak sehat. Hal ini disebabkan kerja dari tubulus
kontortus proksimal terganggu (membran tubulus kontortus proksimal kekurangan
carier) sehingga secara keseluruhan glukosa tidak dapat diserap secara keseluruhan
oleh tubulus kontortus proksimal. Akibatnya glukosa akan kaluar bersama dengan
urin.
3. Proses pembentukan urin dibagi dalam tiga tahap, yaitu filtrasi (penyaringan), tahap
reabsorbsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (sekresi). Filtrasi terjadi di kapsul
Bowman dan glomerulus. Ketika darah memasuki glomerulus maka tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat
larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran
dasar dan melewati lempeng filtrasi masuk ke dalam ruang kapsul Bowman. Hasil
filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut urin primer. Tahap kedua adalah
reabsorbsi (penyerapan kembali). Reabsorbsi terjadi di tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus dista. Urin primer masuk dari
glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin perimer ini bersifat hipotonis
dibanding plasma darah. Kemudian terjadi reabsorbsi glukosa dan 67% ion Na +,
selain itu juga terjadi reabsorbsi air dan ion Cl + secara pasif. Bersamaan dengan itu,
filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat
isotonis dengan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada
lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl+ ke jaringan di sekitarnya. Reabsorbsi
dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi sekresi Na + dan air di
bawah kontrol ADH. Disamping reabsorbsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H +,
NH4+, urea, kreatinin, dan beberapa obat-obatan pada urin. Hasil reabsorbsi ini
berupa urin sekunder yang komposisinya mengandung air, garam, urea, dan pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Tahap ketiga adalah
augmentasi (sekresi). Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju
tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na +,
Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin
dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju
vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara
urin. Selanjutnya urin dikeluarkan dari tubuh.
G. Kesimpulan
Urin yang diidentifikasi dalam pemerikasaan urin adalah urin yang sehat karena
tidak mengandung glukosa, dan protein, pH-nya normal yaitu 6,4, berbau amonia,
berwarna kuning, dan terdapat endapan putih. Dan proses ekskresi yang terjadi dalam
ginjal yang berlangsung dalam 3 tahap tidak mengalami gangguan karena dalam
pemerikasaan urin hanya ditemukan klorida dan amonia.
H. Daftar Pustaka
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
1.Mengukur pH urine:
a.
b.
c.
1. 2 % urea
2. 2 % hasil metabolisme lain yang meliputi:
(1)
Zat warna empedu yang berperan member warna kuning pada urine
(3) Vitamin B
(4) Vitamin C
v Jika 2 ml urine ditetesi 10 tetes larutan Benedict dan berubah warna menjadi orange, merah bata
dan hijau, maka urine tersebut mengandung glukosa.
v Jika 2 ml urine ditetesi 5 tetes Biuret dan terdapat endapan ungu, maka urine tersebut mengandung
protein.
v Jika 1 ml urine dipanaskan dan menimbulkan bau menyengat, maka urine tersebut mengandung
ammonia.
v Jika 2 ml urine ditetesi 10 tetes AgNO3 dan terdapat endapan, maka urine tersebut mengandung
klor.
v Jika urine seseorang mengandung glukosa berarti orang tersebut menderita penyakit diabetes
mellitus.
v Jika urine seseorang mengandung protein berarti orang tersebut menderita penyakit albuminuria.
Uji
Mengukur pH urine
Mengenal bau
amoniak hasil
pengamatan urea
dalam urine
Mengenal
kandungan klor
dalam urine
Mengetahui adanya
glukosa dalam urine
Mengetahui adanya
protein dalam urine
Dimasukkan /
Ditetesi
Dimasukkan Ph
Universal
Dipanaskan
-
Perubahan yang
Terjadi
Urine berwarna kuning
dengan pH 6.5
Menimbulkan bau
Amoniak
Ditetesi AgNO3
Ditetesi Benedict
Ditetesi Biuret
NO.
UJI
1.
2.
pH
Amoniak
KEADAAN
Sebelum
Sesudah
6,2
Bau urine - Bau seperti terbakar
menyengat
-
3.
Empedu
Orange tua
- Berwarna orange tua
- Terdapat 2 lapisan :
Merah dan kuning jernih
4.
Glukosa
5.
6.
Protein
Ion
- Terdapat endapan
- Berwarna kuning kehijauan
- Kuning bening
Kloroda
- Ada endapan (+ +)
- Endapan berwarna putih
Bila urin mengalami dekomposisi, timbul bau ammonia yang tidak enak. Pada
penderita diabetes mellitus dengan ketosis maka urin akan berbau aseton.
pH antara 4,7-8,0
ANALISIS
1)
Mengukur pH urine
v Dari hasil percobaan yang kami lakukan pada urine I pH urine tersebut adalah 6,5 dengan warna
kuning.
2)
v Jika I ml urine dipanaskan dengan lampu Bunsen dan menimbulkan bau yang menyengat, maka di
dalam urine tersebut terdapat kandungan amoniak.
3)
v Dalam percobaan yang kami lakukan, jika 2 ml urine ditetesi I0 tetes AgNO3 5% dan tidak
terdapat endapan putih, maka didalam urine tersebut tidak mengandung Klor. Sebaliknya apabila
didalam urine terdapat endapan putih, maka urine tersebut mengandung Klor (batu ginjal)
4)
v Dari hasil percobaan yang kami lakukan, jika 2 ml urine ditetesi I0 tetes Benedict kemudian
dipanaskan dan berubah warna menjadi orange, maka didalam urine tersebut mengandung glukosa,
hal ini menunjukan bahwa orang yang memiliki urine tersebut mengalami kadar gula tinggi yang bisa
menyebabkan penyakit diabetes mellitus.
5)
v Jika 2 ml urine ditetesi 5 tetes biuret dan tidak terjadi perubahan warna menjadi ungu, maka
didalam urine tersebut tidak mengandung protein. Sebaliknya apabila terjadi perubahan warna
menjadi ungu, maka didalam urine tersebut mengandung protein, hal ini menunjukan bahwa orang
yang memiliki urine tersebut menderita penyakit Albuminuria.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan, jika pada sampel urine yang di uji di temukan adanya
endapan merah bata, maka pada sampel urine tersebut mengandung glokosa dan apabila pada sampel
urine yang diuji berubah warna menjadi ungu, maka didalam sampel urine tersebut mengandung
protein.
Apabila setelah diuji dengan reagen Benedict menghasilkan endapan merah bata, maka orang tersebut
menderita penyakit diabetes mellitus dan apabila setelah di uji dengan reagen biuret berubah warna
menjadi ungu, maka orang tersebut menderita penyakit albuminuria.
Nama
Filtrasi di glomerulus
Reabsorbsi di tubulus
Sekresi di tubulus
Reabsorbsi air
Ekskresi
Uji
Dimasukkan / Ditetesi
Dipanaskan
pH
Dimasukkan Ph
Universal
Amoniak
Klor
Ditetesi AgNO3
Glukosa
Ditetesi Benedict
Protein
Ditetesi Biuret
Menimbulkan bau
Amoniak
Tidak terdapat endapan
putih
Urine berubah warna
menjadi orange
Tidak terjadi perubahan
warna
Uji
Dimasukkan / Ditetesi
Dipanaskan
pH
Dimasukkan Ph Universal
Amoniak
Klor
Ditetesi AgNO3
Glukosa
Ditetesi Benedict
Protein
Ditetesi Biuret
Uji
pH
Amoniak
Dimasukkan / Ditetesi
Dimasukkan kertas
lakmus
-
Dipanaskan
Klor
Glukosa
Protein
Ditetesi AgNO3
Ditetesi Benedict
Ditetesi Biuret
Uji
pH
Dimasukkan / Ditetesi
Dimasukkan kertas lakmus
Amoniak
Dipanaskan
Klor
Ditetesi AgNO3
Glukosa
Ditetesi Benedict
Protein
Ditetesi Biuret
NO
URAIAN
Pengertian
Terjadi
Cairan asal
Hasil
Masuk ke
PROSES
FILTRASI
REABSORBSI
AUGMENTASI
Penyaringan Proses Penyerapan Proses Penambahan
zat
Fisika
Biologi
yang tak berguna
bagi tubuh
Badan
Malphigi Tubulus kontortus Tubulus kontortus
(Glomerulus)
proksimal (dekat ke distal (jauh dari
tubuh)
tubuh)
Darah : air, garam, Filtrat glomerulus
Filtrat tubulus
urea
Absorbsi
air,
Kecuali : sel darah, Absorbsi : garam penambahan zat tak
gula, protein
dan gula
berguna
Filtrat glomerulus
Filtrat
Tubulus Filtrat tubulus distal
Urin I
Proksimal
Urin
Urin II
Kapsula Bowman
Tubulus Kontortus Tubula
kolekta
Distal
Pelvis renalis