Anda di halaman 1dari 3

RESPONSI PRAKTIKUM ANFISMAN II

MODUL 9 SISTEM URINARI


Fatika Agutina (K1A018031)
Farmasi A 2018

A. Tujuan 2. Pembahasan
1. Mengidentifikasi kandungan klorida, Pada percobaan ini dilakukan
urea, glukosa dan protein pada urin. serangkaian percobaan untuk menentukan
2. Menentukan kenormalan urin yang diuji. dan mengidentifikasi kenormalan serta
kandungan urin yang terdapat pada sampel
B. Hasil dan Pembahasan urin. Percobaan pertama yaitu dilakukan
1. Hasil pengumpul sampel urin subjek uji dan
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Urin diletakkan pada wadah yang diberi nama
Komponen Hasil Pemeriksaan dan waktu pengambilan sampel. Hal ini
Fisik Warna : Kuning Pucat dilakukan agar sampel urin tidak tertukar
Volume Urin Sehari : 1,5 L dengan sampel urin lainnya. Selanjutnya
pH : 7,6 dilakukan uji fisik secara makroskopis dan
BJ Sampel : 1.009 mikroskopis terhadap urin yang diuji. Secara
Klorida makroskopis dapat dilihat bahwa urin
berwarna kuning pucat, memiliki pH 7,6,
dan berat jenis 1,009. Selain itu pula
diketahui volume urin sehari yaitu 1,5 L.
Menurut Pearce (2009), urin normal
memiliki volume perhari berkisar 1-2 L,
berwarna bening atau kuning pucat,
Urea memiliki bau tajam, memiliki pH 4,5-7,9
serta memiliki berat jenis berkisar 1,010-
1,025. Urin secara garis besar dapat
dikatakan normal karena memiliki ciri-ciri
yang sama dengan literatur kecuali pada
berat jenis. Berat jenis yang didapatkan
Glukosa
yaitu 1,009. Perbedaan ini dapat terjadi
karena BJ urin sendiri tergantung dengan
konsentrasi bahan solid yang larut dalam
urin.
Percobaan selanjutnya dilakukan
penentuan kadar klorida pada urin. Urin
Protein diteteskan dengan larutan perak nitrat untuk
melihat endapan putih yang terbentuk. Pada
sampel urin subjek uji ini terdapat endapan
putih setelah diteteskan perak nitrat. Hal ini
menandakan terdapatnya klorida dalam urin
tersebut. Menurut Thenawijaya (1995),
terbentuknya endapan putih karena terjadi
pengikatan ion Cl- oleh senyawa perak
nitrat. Terdapatnya kandungan klorida
dalam urin menunjukkan bahwa urin 1%. Terdapatnya glukosa pada urin bukan
tersebut normal, karena klorida merupakan merupakan hal yang normal. Hal ini
hasil sisa metabolisme dalam tubuh yang dikarenakan glukosa merupakan zat yang
disekresikan. diperlukan oleh tubuh sehingga akan diserap
Pada percobaan penetapan urea kembali didalam tubulus ginjal. Normalnya,
secara mikroskopis, dapat dilihat seperti glukosa pada darah akan difiltrasi di
gambar pada hasil. Mula-mula dilakukan glomerulus dan menghasilkan filtrat yang
penetesan sampel urin diatas kaca preparat mengandung glukosa. Namun, glukosa akan
yang disusul dengan asam nitrat. Asam diserap kembali pada tubulus proksimal
nitrat disini berfungsi untuk melihat adanya ginjal. Terdapatnya glukosa pada urin dapat
kristal rhombus yang berbentuk hexagonal disebabkan oleh gangguan atau kerusakan
dalam urin. pada hasil, dapat dilihat pada sel-sel tubulus proksimal atau dapat
terdapatnya suatu kristal hexagonal yang juga disebabkan oleh kondisi hiperglikemia.
diduga sebagai kristal rhombus. Kristal Pada percobaan penetapan protein
rhombus ini menandakan bahwa terdapatnya dilakukan secara kimiawi. Tujuan
urea pada urin tersebut. Urea dalam urin dilakukannya proses pemanasan pada
merupakan tanda bahwa urin normal. percobaan ini yaitu untuk mendenaturasi
Menurut Sumaryono (2003), urea protein sehingga dapat terbentuk presipitasi.
merupakan produk akhir dari proses Seperti yang diketahui bahwa protein sangat
katabolisme asam amino. Pada proses mudah terdenaturasi pada suhu tinggi. Pada
pemecahan asam amino akan terbentuk percobaan ini juga dilakukan penambahan
senyawa amonia yang bersifat toksik dalam asam asetat 6% yang bertujuan untuk
tubuh, sehingga amonia harus disekresikan mencapai atau mendekati titik isoelektrik
dari dalam tubuh. protein. Penetapan kadar protein ini dilihat
Pada percobaan penetapan glukosa berdasarkan kekeruhan yang terbentuk.
urin dilakukan secara kimiawi. Digunakan Terbentuknya kekeruhan menandakan hasil
reagen benedict pada percobaan ini yang yang positif. Berdasarkan hasil yang
berperan dalam pembentukan hasil warna diperoleh, terdapat kekeruhan pada urin dan
untuk mengidentifikasi kadar glukosa yang terlihat adanya butiran-butiran. Menurut
terdapat pada urin. Prinsip uji benedict Astuti (2017), urin ini termasuk kategori
terhadap glukosa urin yaitu glukosa pada positif ++ yang diperkirakan kadar protein
urin akan bereaksi dengan cuprisulfat pada yang ada sekitar 0,05-0,2 g/dL. Hal ini
reagen benedict yang dapat mereduksi menandakan bahwa sampel urin tidak
cuprisulfat menjadi cuprosulfat yang normal. Diduga terdapat keabnormalitasan
menghasilkan warna. Semakin banyak pada subjek uji. Terdapatnya protein ini
glukosa dalam urin maka semakin banyak dapat disebabkan oleh adanya kebocoran
cuprisulfat yang direduksi, sehingga pada glomerulus. Pada kondisi normal,
menghasilkan warna yang bertambah pekat. protein tidak dapat menembus glomerulus
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dapat karena berukuran besar, sehingga protein
diketahui bahwa terdapatnya glukosa pada akan langsung ke arteri eferen dan kembali
urin yang ditandai dengan terbentukya beredar dalam tubuh. terdapatnya protein
larutan warna hijau kekuningan dan keruh. dalam urin ini dapat disebut dengan
Menurut Ahada (2016), apabila pada uji proteinuria. Selain dari kemungkinan
benedict urin didapatkan warna hijau abnormalitas dari subjek uji, proteinuria ini
kekuningan dan keruh, dapat diperkirakan dapat disebabkan pula oleh aktivitas fisik
kadar glukosa pada urin tersebut sekitar 0,5- dan bersifat hanya sementara.
C. Kesimpulan
Bedasarkan data yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada urin subjek uji terdapat kandungan
klorida, urea, glukosa dan protein.
2. Secara makroskopis dan mikroskopis,
urin dapat dikatakan normal, namun
secara kimiawi urin tidak dapat
dikatakan normal karena terdapat
glukosa dan protein. Glukosa dan
protein merupakan bahan yang
diperlukan oleh tubuh sehingga tidak
seharusnya di sekresikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahada, L., Joko, S., dan Taufiqurrohman, M,
(2016) : Alat Ukur Kadar Gula Darah
Non-invasive dalam Urin Menggunakan
TCS3200 Metode Artificial Neural
Network. SinarFe7. Vol.2, No.1,.70.
Astuti, D.S, (2017) : Kadar Protein Urin
Menggunakan Uji Asam Asetat pada
Mahasiswa Pendidikan Biologi Semester
VI FKIP UMS 2017. Prooceding Biology
Education Conference. Vol.14, No. 1,.36-
37.
Pearce, E.C. (2009) : Anatomi dan Fisiologi untuk
Paramedic. PT Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.
Sumaryono, W., Wibowo, A.E., Ningsih, K.S.,
Agustini, R.S., Amri, F., dan Wunarno, H,
(2008) : Analisis Urea-Kreatinin pada
Tikus Putih Pasca Pemberian Ekstrak Buah
Mahkota Dewa dan Herba Pegagan. Jurnal
Ilmu Kefarmasian Indonesia (6). 35-40.
Thenawijaya, M. (1995) : Uji Biologi. Erlangga.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai