Disusun oleh :
Fatimatu Zahro (18121294)
Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran saraf, tetapi umumnya tidak dapat
dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada sel saraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal
bersifat reversible, tanpa merusak serabut atau sel saraf. Berikut sifat anestetik local yang ideal :
1. Anestesi permukaan.
Anestetika lokal digunakan pada mukosa atau permukaan luka dan dari sana berdifusi ke
organ akhir sensorik dan ke percabangan saraf terminal. Pada epidermis yang utuh (tidak terluka)
maka anestetika local hampir tidak bekhasiat karena tidak mampu menembus lapisan tanduk.
2. Anestesi Infiltrasi.
Anestetika lokal disuntikkan ke dalam jaringan, termasuk juga diisikan ke dalam jaringan.
Dengan demikian selain organ ujung sensorik, juga batang-batang saraf kecil dihambat.
3. Anestesi Konduksi
Anestetika lokal disuntikkan di sekitar saraf tertentu yang dituju dan hantaran rangsang pada
tempat ini diputuskan. Bentuk khusus dari anestesi konduksi ini adalah anestesi spinal, anestesi
peridural, dan anestesi paravertebral.
4. Anestesi Regional Intravena dalam daerah anggota badan
Sebelum penyuntikan anestetika local, aliran darah ke dalam dan ke luar dihentikan dengan
mengikat dengan ban pengukur tekanan darah dan selanjutnya anestetika local yang disuntikkan
berdifusi ke luar dari vena dan menuju ke jaringan di sekitarnya dan dalam waktu 10-15 menit
menimbulkan anestesi.
a. Golongan ester (-COOC-) adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab
pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu
golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan
golongan amida Golongan ester (-COOC-) Kokain, benzokain (amerikain), ametocaine,
prokain(nevocaine), tetrakain (pontocaine), kloroprokain (nesacaine).
b. Golongan amida (-NHCO-) Lidokain (xylocaine, lignocaine), mepivakain
(carbocaine), prilokain (citanest), bupivakain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain
(nupercaine),ropivakain (naropin), levobupivacaine (chirocaine).
2.2 Astringen
Asal-usul kata astringent dapat ditemukan dalam kata Latin ‘astringere’ yang berarti “mengikat
cepat.” Ketika diterapkan pada jaringan hidup, astringent menyebabkan jaringan untuk mengikat
sehingga menjadi menyusut (mengkerut). Sifat ini sangat berguna dalam berbagai aplikasi. Misalnya,
pada kasus penyakit dalam, astringent digunakan untuk mengecilkan selaput lendir sehingga
mengurangi pembengkakan.
Astringent adalah zat yang menyebabkan jaringan biologis berkontraksi atau mengkerut.
Terdapat berbagai manfaat astringent untuk medis. Selain itu, banyak perusahaan kosmetik menjual
astringent untuk perawatan kulit. Astringent juga digunakan untuk merujuk kepada makanan asam
yang menyebabkan mulut mengerut (kering), seperti lemon, delima, dan kesemek. Tanin, seperti yang
ditemukan dalam teh dan anggur, juga merupakan astringent karena menyebabkan mulut terasa
kering. Itu sebab, tanin umum digunakan untuk menghasilkan produk astringent yang dipergunakan
dalam bidang medis dan kosmetik.
BAB III
METODE KERJA
1. Menggugurkan Bulu
Hewan coba : Mencit, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200
-300g
Obat : - Veet cream
- Larutan NaOH 20%
- Larutan Na2S 20%
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch, kertas
saring
Prosedur:
1. Siapkan mencit yang telah dikorbankan.
2. Ambil kulitnya lalu buat tiga potongan; masing-masing berukuran 2,5 x 2,5 cm.
3. Letakkan potongan kulit tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4. Catat bau asli / awal dari obat yang digunakan.
5. Oleskan / teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut.
6. Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.
Efek
Gugur Bulu
Percobaan Bahan Obat
Bau Awal (catat waktu saat
mulai gugur bulu)
Menggugurk Kulit Veet cream
Larutan
an bulu Mencit
NaOH
20%
Larutan NaS
20%
2. Korosif
Hewan coba : Mencit, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200 –
300g
Obat : - Larutan AgCl2 5%
- Larutan fenol 5%
- Larutan AgNO3 1%
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stop watch, kertas
saring
Prosedur:
1. Siapkan mencit yang telah dikorbankan.
2. Ambil ususnya lalu buat enam potongan; masing-masing berukuran 4-5 cm.
3. Letakkan potongan usus tersebut di atas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
4. Teteskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam.
5. Rendam selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit, amati efek korosif/ kerusakan jaringan setelah pemberian obat
dengan bantuan batang pengaduk.
7. Catat dan tabelkan pengamatan.
Efek
Kerusakan pada
Percobaan Bahan Obat Sifat Korosif
Jaringan
Korosif Usus Larutan AgCl2 5%
Larutan fenol 5%
mencit
Larutan NaOH 10%
Larutan H2SO4
pekat
Larutan HCl pekat
Larutan AgNO3 1%
3. Astringen
Prosedur :
1. Mulut praktikan dibilas/ dikumur dengan larutan tannin 1%.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami di mulut.
3. Catat dan tabelkan pengamatan.
1. Celupkan empat jari tangan selama 5 menit ke dalam larutan fenol yang tersedia.
2. Rasakan jenis sensasi yang dialami jari tangan (rasa tebal, dingin, panas).
3. Jika jari terasa nyeri sebelum 5 menit, angkat segera dan bilas dengan etanol.
4. Catat dan tabelkan pengamatan.
BAB IV
Efek
Percobaan Bahan Obat
Gugur Bulu
Bau Awal (catat waktu saat
mulai gugur bulu)
Menggugurk Kulit Veet cream Bau khas wangi 5 menit 25 detik
an bulu Mencit Larutan Tidak berbau 30 menit
NaOH
20%
Larutan NaS Bau khas 15 menit
20% menyengat
Pada praktikum kali ini menggunakan mencit. Sebelum digunakan dalam praktikum
mencit perlu dikorbankan terlebih dahulu. pengorbanan dapat dilakukan dengan cara anastesi
local, dislokasi local maupun dipukulkan secara langsung tetapi mencit tersebut harus
langsung mati dalam satu kali pukulan. Mencit yang sudah dikorbankan kemudian diambil
kulitnya sesuai dengan keperluan, baik dari segi jumlah maupun ukurannya. Untuk praktikum
menggugurkan bulu dibutuhkan kulit mencit dengan ukuran 2,5cm x 2,5cm sebanyak 3
potong.
Setelah persiapan kulit yang tadi sudah dipotong ditaruh dalam gelas arloji yang telah
diberi alas dengan kertas saring. Amati dan catat bau obat sebelum digunakan untuk
percobaan, setelah itu oleskan dan teteskan obat pada bagian atas potongan kulit mencit
tersebut. Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat.
Pada kulit yang diberikan veet cream hasil pengamatan yang didapat bulu pada kulit
mencit mulai berguguran pada menit ke 5 lewat 25detik. Hal ini terjadi karena veet cream
bekerja memecah struktur bulu & menghancurkan keratin pd bulu, sehingga akan membuat
bulu menjadi lebih lemah lalu bulu akan mudah terlepas dari kulit.
Lalu pada kulit yang diberikan larutan NaOH 20% efek menggugurkan bulu baru
terjadi dimenit ke 30. NaOH mengakibatkan kulit tikus mengalami penipisan, dan pada kulit
yang diberikan larutan Na2S 20% bulu sudah mulai berguguran pada menit ke 15. NaOH dan
Na2S bekerja dengan memecah ikatan S-S pada keratin kulit, sehingga bulu akan rusak dan
mudah gugur.
2. Korosif
Pada praktikum kali ini menggunakan mencit. Mencit yang sudah dikorbankan
kemudian dibedah dan diambil ususnya sesuai dengan keperluan, baik dari segi jumlah
maupun ukurannya. Untuk praktikum kororsif dibutuhkan usus mencit dengan ukuran 4-5cm
sebanyak 5 potong. Setelah dipotong usus ditaruh pada gelas arloji yang telah di berikan alas
kertas saring. Setelah melakukan persiapan teteskan larutan obat hingga usus terendam dan
amati selama 30 menit.
Setelah pengamatan selama 30 menit didapatkan hasil percobaan. Hasil yang
ditunjukkan pada larutan fenol 5% usus menjadi pucat dan mengkerut hal ini terjadi karena
fenol dan turunannya bersifat toksik dan termasuk ke dalam zat berbahaya karena bersifat
racun dan sulit didegradasi oleh organisme pengurai. Fenol merupakan senyawa kimia yang
bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi jaringan, kulit, mata dan mengganggu
pernapasan manusia.
Pada larutan NaOH 1% dan H2SO4 pekat menunjukan reaksi yang sangat korosif,
usus menjadi menipis, lembek dan menghitam, bahkan pada larutan H2SO4 pekat usus
menjadi menciut dan hancur. Dan pada larutan HCl pekat menunjukkan hasil korosif, usus
menjadi kaku, pucat dan mengkerut. Hal ini terjadi karena reaksi asam-basa dari hidrolisis
amida, hidrolisis ester dan denaturasi protein. Pada H2SO4 dengan konsentrasi tinggi
mmberikan efek dehidrasi dan korosif yg paling kuat, sehingga mampu mendehidrasi
karbohidrat dan mengeluarkan panas, hal ini yg menyebabkan luka bakar termal sekunder dan
mempercepat reaksi penguraian pada permukaan kontak hal ini memberikan efek menghitam
dan menghancurkan usus.
Pada larutan AgNO3 1% menunjukkan hasil korosif, usus menjadi kaku, pucat dan
memendek. Hal ini terjadi karena AgNO3 sangat beracun, Paparan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan mata. AgNO3 dapat menyebabkan luka bakar yang cukup serius
pada kulit dan mata.
Larutan fenol merupakan senyawa yang dapat menembus kulit dan mampu
menyebabkan terjadinya keratolisis pada kulit. Fenol merupakan suatu bahan kimia yang
bersifat korosif baik pada saluran nafas, mata dan kulit. Fenol dapat bersifat korosif jika
terkena kulit. Korosif pada kulit dapat berakibat cukup fatal terlebih jika terkena dalam
jumlah banyak atau terkena terus menerus dalam jangka waktu yang lama, terkena phenol
dapat menyebbakan terjadinya dermatitis, ataupun luka bakar.
Pada praktikum ini menggunakan jari tangan praktikan. Siapkan 2 buah beaker glass
untuk masing-masing obat. Setelah persiapan, masukan 4 jari tangan praktikan amati selama 5
menit, jika sebelum 5 menit timbul rasa nyeri, segera angkat jadi dan bilas dengan etanol.
Setelah pengamatan selama 5 menit didapatkan hasil. Larutan fenol 5% dalam air
menimbulkan sensasi dingin dan kerut, hal ini terjadi karena air merupakan pelarut yg efektif
sehingga pencampuran air dan fenol tidak mampu mengurangi reaksi dari fenol. Sedangkan
larutan fenol 5% dalam etanol menimbulkan sensasi dingin dan tebal, hal ini terjadi karena
etanol merupakan senyawa yang bersifat toksik, memiliki kelarutan rendah. Fenol dan etanol
memiliki gugus OH, yang mana bila fenol direaksikan dengan etanol maka akan terbentuk
ester etil etanoat.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
a. Efek menggugurkan bulu bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada keratin kulit,
sehingga struktur bulu akan rusak dan mudah gugur.
b. Efek korosif bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit sehingga kulit membran
mukosa akan rusak.
c. Efek Fenol dlm berbagai pelarut dapat memberikan efek yang berbeda-beda karena koefisien
partisi yang berbeda pada pelarut dan permeabilitas kulit akan mempengaruhi efek fenol pada
jaringan jari.
Daftar Pustaka
1. Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Priyanto, 2008. Farmakologi Dasar Edisi III, Depok : Leskonfi
3. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI
4. Gunawan, Sulistia Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Peterbit FKUI
5. Anonim. 2004, Farmakologi Jilid II, Anestetika Lokal. Departemen Kesehatan RI