PERCOBAAN VII
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 A
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Anastetika lokal atau yang dikenal dengan zat penghilang rasa setempat adalah obat yang
pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin.
Anastesi bekerja dengan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan tranmisi
impuls melalui sel saraf dan ujungnya. Anastetik lokal juga dapat menghambat penerusan
impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas sel saraf untuk ion natrium. Beberapa kireteria
yang harus dipenuhi suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestetika lokal :
a. Tidak merangsang jaringan
b. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
c. Toksisitas sistemik rendah.
d. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir
e. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam
air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
Iritansia
Iritansia merupakan kelompok zat kimia lokal yang menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan tubuh. Zat-zat ini mempunyai kemampuan yang tinggi dalam bereaksi dengan jaringan
tubuh. Secara umum, paparannya tidak langsung mencapai pembuluh darah tetapi bereaksi
secara lokal pada tempat terjadinya paparan. Jaringan tubuh yang umumnya teriritasi akibat
paparan zat-zat tersebut adalah kulit dan mukosa. Kedua jaringan ini mudah ditembus oleh zat
iritan, baik yang bersifat hidrofil maupun lipofil. Berdasarkan daya kerjanya, iritansia terbagi
atas rubefaksi, vesikasi, pustulasi dan korosi.
a. Rubefaksi
Rubefaksi merupakan kelompok senyawa kimia iritansia yang mempunyai daya
kerja lemah. Gejala utama yang ditimbulkan oleh senyawa kimia ini adalah hiperemia
arteriol yang dilanjutkan dengan dermatitis eritrematosa. Contoh daya kerja dari
rubafasiensia terlihat pada paparan menthol, kloroform ataupun fenol pada kulit.
Menthol merupakan seyawa yang bisa menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Rasa nyeri dan sakit akan timbul jika menthol digosokan secara terus-menerus pada
kulit. Kloroform akan menimbulkan iritasi ringan jika terpapar dalam waktu yang lama
di kulit. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dari senyawa yang temasuk turunan asam
formiat ini untuk melarutkan lemak. Sedangkan daya kerja iritan dari fenol disebabkan
oleh sifat keratolisis dan vasokonstrifnya. Meskipun demikian, efek iritasinya dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis larutannya. Fenol akan menjadi iritan jika
dicampurkan dengan air ataupun alkohol. Hal ini disebabkan oleh kemampuan fenol
sebagai pelarut, terutama pada senyawa-senyawa polar. Selain itu, terdapat juga
senyawa-senyawa lain yang bersifat kausatika. Senyawa-senyawa ini adalah asam kuat
dan basa kuat. Contoh asam kuat adalah asam nitrat, asam sulfat, dan asam klorida.
Sedangkan basa kuat adalah natrium hidroksida. Reaksi asam akan menyebabkan
koagulasi protein dan reaksi basa menyebabkan terjadinya lisis.
b. Vesikasi
Daya kerja vesikasi menyebabkan terjadinya pembentukan vesikel atau
gelembung. Hal ini merupakan akibat akumulasi cairan transudat yang tinggi sehingga
tidak dapat diangkut oleh bulu limfe. Cairan ini terakumulasi di stratum korneum dan
mengundang datangnya leukosit. Transudat yang awalnya jernih akan berubah menjadi
keruh.
c. Pustulasi
Daya kerja dari pustulasi adalah terbentuknya pus/nanah. Hal ini disebabkan
karena iritasi terjadi hanya pada kelenjar-kelenjar kutaneus.
d. Korosi
Daya kerja ini melibatkan tiga fase, yaitu: radang dengan hiperemi, nekrosis dan
pencairan kimia. Iritasi yang terjadi disebabkan oleh kerja iritan pada protoplasma.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Mencit di pegang
sekapkan pada hidung dan masukan mencit kedalam toples hingga mencit mati
Diambil bagian kulit, lambung dan usus untuk pengujian, kemudian organ tersebut
dibagian menjadi 6 bagian.
Bagian-bagian tersebut diletakan pada cawan petri dan di tetesi dengan masing-
masing zat.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk zat yang menyebabkan kerusakan paling parah yaitu Kalium Iodida dimana pada
organ yg diuji baik kulit, lambung maupun usus semua mengalami kerusakan dengan
penampilan warna yg pucat dan kemerahan seperti terbakar
2. kemampuan obat-obatan yang bekerja secara lokal, secara umum paparannya tidak
langsung mencapai pembuluh darah tetapi bereaksi secara lokal pada tempat terjadinya
paparan
3. Jaringan tubuh yang umumnya teriritasi akibat paparan zat-zat tersebut adalah kulit dan
mukosa.
4.2 REFERENSI
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kalium_iodida
https://www.academia.edu/19206731/EFEK_LOKAL_OBAT
LAMPIRAN