Anda di halaman 1dari 10

Efek Lokal Obat

(Pengaruh Obat Terhadap Membran Dan Kulit Mukosa)

Tujuan Praktikum

Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat:

1. Memahami efek local dari berbagai obat/senyawa kimia terhadap kulit dan membrane
mukosa berdasarkan cara kerja masing-masing, serta dapat diaplikasikan dalam praktek
dan dampaknya sebagai dasar keamanan penanganan bahan.
2. Mrmshsmi sifat dan intensitas kemampuan merusak kulit dan membrane mukosa dari
berbagai obat yang bekerja lokal.
3. Menyimpulkan persyaratan farmakologi untuk obat yang dipakai secara lokal.

Teori Dasar
Efek Obat yang akan timbul pada membrane dan kulit mukosa tergantung pada jumlah obat
yang diserap pada permukaan kulit dan membrane serta kelarutan obat dalam lemak karena pada
epidemis kulit merupakan sawar lemak. Pada kulit yang terkelupas/luka maka absorbs jauh lebih
mudah. Obat yang digunakan disini dapat memberikan efek menggugurkan bulu korosif. Fenol
serta astringent obat tersebut dapat memberikan efek lokal pada membrane dan kulit mukosa.
Efek lokal obat terjadi akibat penggabungan langsung antara molekul obat dengan reseptor,
sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan dan fungsi organ tergantung pada daerah lokasi.
Oleh karena itu, timbulah suatu egek obat. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi efek lokal
obat ini diketahui jika efek terapi telah diketahui dan dicapai.
Mukosa yang tervaskularisasi baik yaitu rongga mulut dan rongga ternggorokan (rute,
lokal, sublingual) memiliki sifat absorbs yang baik untuk senyawa yang tidak teronisasi lipofil.
Bentuk pemakaian obat ini menguntungkan karena efek kerja obat cepat. Pada percobaan
efek obat pada membrane mukosa ini digunakan berbagai reagen yang dibuat seperti H2S)4 (P),
NaOH, Tanin, AgNO2 Fenol 5% dalam gliresin, Fenol 5% dalam minyak lemak.
Alat, Bahan dan Prosedur

1. Menggugurkan bulu
Hewan coba : Tikus putih, jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobot tubuh 200-300g
Obat : -Veet Cream -Larutan NaOH 20%
-Kertas Saring -Larutan Na2S 20%
Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stopwatch
2. Korosif
Hewan coba : Tikus putih jantan (jumlah 1 ekor), usia 2 bulan, bobt 200-300g
Obat : -Larutan AgCl2 5% - Larutan NaOH 10% -Larutan Hcl (p)
–Kertas Saring – Larutan Fenol 5% -Larutan H2S04 (p) –AgNO3 1%

Alat : Gunting bedah, batang pengaduk, gelas arloji, stopwatch

3. Efek lokal fenol


Bahan : -Larutan Fenol 5%
-Jaringan Tangan

Prosedur

“Menggugurkan Bulu”

1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan


2. Ambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan, masing-masing berukuran 2,5c2,5 cm
3. Letakkan potongan kulit tersebut diatas gelas arloji yang telah diberi alat kertas saring
4. Catat bau asli/awal dari obat yang digunakan
5. Oleskan/tetaskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus
6. Amati selama 30 menit efek menggugurkan bulu setelah pemberian obat dengan bantuan
batang pengaduk
7. Catat dan tabelkan pengamatan

“Korosif”

1. Siapkan tikus yang terlebih dahulu dikorbankan


2. Ambil ususnya lalu dibuat enam potongan, masing masing berukuran 4-5 cm
3. Letakkan potongan usus tersebut diatas gelas arloji yang telah diberi alas kertas saring
4. Tetaskan larutan obat pada potongan usus tikus tersebut hingga terendam
5. Renfam selama 30 menit
6. Setelah 30 menit, amati efek korosif/kerusakan jaringan setelah pemberian obat dengan
bantuan batang pengaduk
7. Catat da tabelkan pengamatan

Pengamatan

“Menggugurkan Bulu”

Efek
Percobaan Bahan Obat
Bau Awal Waktu Gugur Bulu

Lebih cepat 20
Veet Cream Lar Bau Kimia
menit
Menggugurkan NaOH 10% Tengik
Kulit Tikus Cepat 30 menit
Bulu
Lar Na2S 20% Asam
Lama 30 Menit

Korosif

Efek
Percobaan Bahan Obat
Sifat Korosif Kerusakan pd Jaringan

Lar AgCl2 5% - -
Lar Fenol 5% Tidak Korosif Tidak
Usus Lar NaOH 10% Korosif Bentuk berubah ukuran sedikit mengecil
Korosif
Tikus Lar H2SO4 Pekat Korosif Warna berubah hitam, Ukuran mengecil
Lar HCL Pekat Korosif Ukuran membengkak
Lar AgNO3 1% Korosif Membengkan, warna memudar
Percobaan Bahan Obat Efek Sensasi Jaringan Tangan

Larutan Fenol 5% dalam air Rasa tebal, panas, nyeri


Fenol dalam Jaringan
berbagai pelarut Tangan
Lautan Fenol 5% dalam etanol Tebal, dingin, nyeri, panas

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan efek lokal obat terhadap membrane dan kulit
mukosa, ada 3 pengujian yang dilakukan yaitu menggugurkan bulu, korosif dan efek lokal fenol.
Pada pengujian efek lokal fenol, jari tangan manusia (praktikkan) dimasukkan kedalam larutan
fenol 5% dalam air dan larutan fenol 5% falam etanol. Hasil dari percobaan dengan larutan fenol
5% dalam air memberikan efek pada tangan menjadi keram, sakit, pegal, mengerut dan tebal,
panas, sedangkan percobaan dengan larutan fenol 5% dalam etanol memberikan efek pada tangan
menjadi tebal, dingin, oanas dan nyeri. Perbedaan efek ini terjadi karena fenol dengan larutan air
dan etanol memiliki perbedaan koefisien partisi dan juga permabilitas dari kulit akan
mempengaruhi penetrasi fenol dalam jaringan.

Pada pengujian korosif dilakukan degan menggunakan usus dan kulit mencit. Kemudian
terkena zat korosif, kemudian amati kerusakan pada jaringan usus dan kulit. Hasil dari pengamatan
usus yang ditetesi asam sulfat pekat paling korosif, yaitu warna usus berubah menjadi hitam dan
ukuran mengecil disbanding yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan koefisie partisi dan
permabilitas kulit. Hasil pada usus yang ditetesi Hcl (p) ukurannya membengkak, pada usus yang
ditetesi AgNO3 1% ukuran usus membengkak dan warna memudar, pada usus yang ditetesi NaOH
10% bentuk berubah ukuran menjadi sedikit mengecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa zat-zat
tersebut bersifat korosif yaitu merusak jaringan. Sedangkan pada usus yang ditetesi Fenol 5% tidak
terlalu terjadi perubahan/kerusakan karena fenol kurang bersifat korosif.

Pada pengujian efek pengguguran bulu didapatkan hasil pada veet cream yang paling cepat
menggugurkan dalam waktu 20 menit. Pada larutan NaOH 2% dan larutan Na2S 20% dapat
menggugurkan bulu dalam waktu 30 menit. Percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori bahwa
produk veet cream lebih cepat menggugurkan bulu karena komposisi dari veet cream yang
kompleks.

Kesimpulan

- Obat lokal adalah obat yang mempunyai pengaruh pada tttubuh bersifat lokal. Contoh obat
yang bersifat anastesi lokal/transssderrrmal yaitu menggugurkan bulu, korosif, astringent.
- Semakin korosif suatu zat maka semakin tinggi kadar zat untuk menggugurkan bulu.
Percobaan Uji Diabetes

Uji Kadar Glukosa dan Antidiabetes

Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat:

1. Mengetahui secara lebih baik peran insulin dalam tubuh dan pengeruhnya pada penyakir
diabetes
2. Mengenal teknik untuk mengevaluasi penyakit diabetes dengan cara konvensional
3. Melakukan test glukosa konvensional pada manusia menggunakan alar ukur glukosa darah

Teori Dasar

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada
metabolism glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta.
Insulin ialah hormone polipeptida yang dihasilkan oleh sel beta dalam islet Langerhans
pancreas dan berperan penting pada metabolism karbohidrat, lemak dan protein. Insulin yang
dihasilkan oleh kelenjar pancreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa
darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan 2 gram sesudah
makan dibawah 140 mg/al.

Penggolongan diabetes itu ada 2 yaitu diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II.
Penyebab utama diabetes tipe I ialah terjadi kekurangan hormone insulin pada proses
penyerapan makanan. Sedangkan pada diabetes mellitus tipe II gangguan utama justru terjadi
pada volume reseptor (penerima) hormone insulin yakni sel-sel darah. Dalam kondisi ini
produktivitas hormone insulin bekerja dengan baik, namun tidak terdulung oleh kuantitas
volume reseptor yang cukup pada sel darah.

Glukosa dapat diukut dengan menggunakan sampel darah total, plasma, serum, cairan
serebfospinal, cairan pleural dan urin sesuai dengan tujuan diagnose. Glukosa darah kapilari
merupakan sumber dari kebanyakan alat pengukur glukosa yang menggunakan specimen darah
total.
Beberapa teknik yang sering digunakan untuk menyebabkan hewan uji menderita diabetes
adalah induksi secara kimia. Induksi kimia pada hewan akan menyebabkan hewan coba
menderita diabetes tipe I dimana kebanyakan sel beta yang hancur dengan demikian, jumlah
insulin endogen yang diporuksi menjadi sedikit yang mengarah kehiperglikema dan penurunan
berat badan

Alat, Bahan dan Prosedur

Hewan coba : mecut putih jantan (6 ekor) bobot tubuh 20-30 g

Obat : - Larutan Glukosa 5% 1g/KgBB mencit secara po

- CMC Na 1% secara PO

- Glitenkliamid 5 mg/70 KgBB manusia secara PO

- Metformin 500 mg/70 KgBB manusia secara PO

Alat : spluit injeksi 1 ml, sonde, timbangan hewan, accu check dan strip glukosa

Prosedur:

1. Puasakan mencit selama 12-16 jam, tetapu tetap diberi air minum
2. Cek kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian glukosa pada menit ke-0 dengan cara
bagian ujung ekor mencit dipotong. Kemudian darat diteteskan kebagian ujung strip dan
setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glucometer. Kadar glukosa
darah ini dicatat sebagai kadar darah puasa (GOP).
3. Berikan larutan glukosa 1g/KgBB mencit.
4. Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit ke 5 dengan cara
bagian ujung ekor mencit dipotong. Kemudian darah diteteskan pada bagian ujung strip dan
setelah 5 detik kadar glukosa darah akan terlihat pada monitor glucometer. Kadar glukosa
darah ini dicatat sebagai kadar glukosa setelah pembebanan.
5. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor
mencit dengan perbedaan dosis obat yang diberikan
Kelompok I : CMC Na 1% secara PO
Kelompok II : Glibenklamid 5mg/70KgBB manusia secara PO
Kelompok III : Metformin 500mg/70KgBB manusia secara PO
6. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.
7. Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing pada menit ke 10
8. Cek kadar glukosa darah mencit setelah pemberian glukosa pada menit ke 60
9. Catat dan tabelkan pengamatan
10. Data yang diperoleh dianalisa secara statistic berdasarkan analisis variasi dan bermakna
perbedaan kadar glukosa darah antara kelompok control negative positif dan kelompok uji
kemudian dianalisa dengan student’s-test. Data disajikan dalam bentuk table dan grafik.

Kadar Glukosa Dasar g/Dl (Menit ke-)


Perbedaan Bahan Obat
O (puasa) S (Diabetes 60
CMC Na 1% 1 141 237 52
secara PO 2 57 49 53
3
4
5
6
Glibenklamid 1 99 36 142
Uji kadar 5mg/70KgBB 2 96 120 146
glukosa manusia secara 3
Mencit
darah dan PO 4
antidiabetes 5
6
Metformin 1 138 172 23
500mg/70KgBB 2 190 116 145
manusia secara 3
PO 4
5
6

Perhitungan
Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji kadar glukosa dan antidiabetes. Pengujian ini
dilakukan dengan cara cek kadar glukosa awal pada mencit, kemudian mencit diberi
penginduksi diabetes militus yaitu glukosa, tunggu 15 menit dan dicek kembali kadar glukosa,
lalu mencit diberi sampel obat peroral yaitu CMC na, metformin, glibenklamid. Setelah 60
menit dari pemberian glukosa cek kembali kadar glukosa darah mencit.

Hasil pengamatan pada menit 1 dan 2 kadar glukosa darah awal mencit yaitu 141 dan 57
mg/dl. Kemudian setelah diberi glukosa dan dicek kembali kadar glukosa mencit pada mencit
1 dan 2 yaitu 237 dan 49 mg/dl/ dan setelah itu mencit diberi CMC na pada menit ke 45 dicek
kembali glukosa darah mencit didapat 52 dan 53 mg/dl. Pada saat setelah pemberian glukosa
mencit 2 mengalami penurunan glukosa darah, hal ini mungkin dikarenakan mencit stress
ataupun karena aktifitas mencit ang berlebih, sehingga membutuhkan energi banyak yang
menyebabkan kadar glukosa darah mencit menjadi turun. Setelah pemberian CMC na kadar
glukosa tetap turun yang menunjukkan karja pancreas dari mencit masih bagus. Na CMC tidak
mengandung antidiabetes dan hanya digunakan sebagai control negative atau pembanding.

Hasil pengamatan pada mencit 3 dan 4 kadar glukosa darah awal yaitu 99 dan 96 mg/dl.
Setelah diberi glukosa dan dicek kadar glukosa darah didapat 46 dan 120 mg/dl. Kemudian
mencit diberi obat antidiabetes glibenklamid setelah 45 menit kadar glukosa darah mencit dicek
kembali didapat 142 dan 146 mg/dl. Pada saat setelah pemberian glukosa dan dicek kembali
kadar glukosa darah mencit turun hal ini mungkin dikarenakan efek dari obat glibenklamin
pada praktikum sebelumnya masih bereaksi ditubuh mencit sehingga kadar glukosa darah
menjadi turun.

Hasil pengamatan pada mencit 5 dan 6 kadar glukosa darah awal yaitu 138 dan 190 mg/dl.
Lalu mencit diberi glukosa dan dicek kembali kadar glkosa yang didapat yaitu 173 dan 116
mg/dl dan setelah pemberian obat metformin didapat kadar glukosa darah mencit yaitu 21 dan
145 mg/dl.

Obat oral hipoglikemia golongan suldfonilurea (glibenklamid) bereaksi pada reseptor


sulfonylurea, berupa ATP-dependent potassium channel yang menstimulasi depolarisasi dari
sel dan pankrean dan merangsang kesresi insulin di pancreas sehingga hanya efektif bila sel
dan pancreas masih dapat berproduksi. Sedangkan metformin mekanisme aksi utamanya adalah
menurunkan glukosa guna menimbulkan penurunan ekspresi gen untuk glukoneogenesis dan
menurunkan asam lemak bebas hasil gluconeogenesis substrak. Metformin juga meningkatkan
insulin-mediated glucose uptake dissaring perifer.

Kesimpulan

Glibenklamid adalah obat diabetes militus yang merangsang sekresi insulin di pancreas.
Sedanglan metformin meningkatkan penggunaan glukosa insulin yang diperantarai oleh
jaringan prefier. Terutama setelah makan memiliki efek lipotile menurunkan serum asam lemak
bebas, sehingga mengurangi susbtrak untuk gluconeogenesis. Pada praktikum kali ini yang
paling efektif adalah menurunkan kadar glukosa mencit adalah mertofmin fibandingkan
glibenklamid kemungkinan karena jaringan tubuh mencit (pancreas) tidak sekompleks
manusia.

Anda mungkin juga menyukai