Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2

PENGARUH OBAT TERHADAP MEMBRAN KULIT

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM :

SULASTRI HERDANINGSIH, M.FARM., APT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 4 (3B)

1. RESTI KHAIRUNNISA (209708 )


2. RETNO WIGATININGRUM MARLANGEN (209710)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

AKADEMI FARMASI YARSI

PONTIANAK

2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Memahami efek local dari berbagai obat/ senyawa kimia terhadap kulit berdasarkan
cara kerja masing- masing

II. DASAR TEORI


Obat yang dipakai secara local terdiri dari beberapa sifat dan penggunaan di
antaranya:

- Zat yang dapat menggugurkan bulu; bekerja dengan cara memecah ikatan S-S
pada keratin kulit sehingga bulu mudah rusak dan gugur.
- Zat korosif; bekerja dengan cara mengendapkan protein kulit melalui reaksi
oksidasi sehingga kulit dan membrane mukosa akan rusak.
- Zat astringen; bekerja dengan cara mengkoagulasikan protein sehingga
permeabilitas sel pada kulit dan membrane mukosa menjadi turun.
- Fenol dalam berbagai pelarut akan menunjukkan efek local yang berbeda pula;
yang dipengaruhi oleh perbedaan koefisien partisi dan permeabilitas kulit
sehingga mempengaruhi penetrasi fenol ke dalam jaringan."

Efek obat yang akan timbul pada membrane dan kulit mukosa tergantung pada
jumlah obat yang dapat diserap pada permukaan kulit dan membrane serta kelarutan
obat dalam lemak karena pada epidermis kulit merupakan sawar lemak. Pada kulit
yang
terkelupas/ luka maka absorpsi jauh lebih mudah. Obat yang digunakan di sini dapat
memberikan efek menggugurkan bulu korosif. Fenol serta adstrigen obat tersebut
dapat memberikan efek local pada membrane dan kulit mukosa.
 Fenol ( C6H5OH )
Fenol mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % C6H5OH
dihitung terhadap zat anhidrat dapat mengandung stabilisator yang sesuai. Fenol
merupakan suatu hablur bentuk jarum/ massa hablur, tidak berwarna/ putih/ merah
jambu, bau khas, mencair dengan penghangatan dan dengan penambahan 10 % air.
Mendidih pada lebih 182 0 C, uapnya mudah membakar pada konsentrasi 0,5 – 1 %
dalam larutan digunkan sebagai anestetik local. Larutan 5 % digunkan sebagai
desinfektan.
 Veet cream
Komposisi : water, glearil alcohol, potassium, thioglikolate, calcium hidrixide,
sodium magnesium silicate, fragrance, PPG – 15, steryl ether, Mg trisilicate, titanium
dioxide, propylene glikol, capolymer, mineral oil, sweet almond oil, sodium
glikonate, pigmen red 5.
 AgNO3
AgNO3 di samping bekerja bakterisid juga mempunyai sifat adstrigen dan korosif.
Larutan AgNO3 1 % digunakan untuk perlindungan terhadap blenorea pada bayi
yang baru lahir ( profilaksis Lrede ). Larutan AgNO3 P / batang AgNO3 digunakan
sebagai korosif. Lama kerja serta dalamnya penetrasi dibatasi oleh ion klorida
jaringan, yang dengan AgNO3 membentuk endapol mengandung tian AgCl. Garam
peram sulfonamide, sulfadiazine, sulfadiazine perak, Flamazine, terutama digunakan
untuk luka baker, senyawa perak protein asetilanat ( targesin ) dalam betuk tetes mata
berfungsi pada penanganan konjungtivitas.
 Tanin
Tanin memberikan efek adstringen dimana dapat diserap melalui mukosa serta
memiliki sifat dapat menimbulkan presipitasi proten pada permukaan sel dengan daya
penetrasi yang sehingga hanya permeabilitas membrane sel yang dipengaruhi. Tanin
dapat menimbulkan nekrosis hati.
 Etanol
Etanol mengandung tidak kurang dari 92.3% b/b dan tidak lebih dari 93,8% b/b,
setara dengan tidak kurang dari 94,9% dan tidak lebih dari 96,0% v/v C6H5OH pd
suhu 15,56o. Cairan mudah menguap, jernih dan tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan seperti rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78o, mudah terbakar.
 Glyserin
Glyserin mengandung tidak kurang dari 95% dan tidak lebih 101% C3H8O3. Cairan
jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah
(tajam/tidak enak), higroskopis, netral terhadap lakmus. Dapat bercampur bercampur
dengan air dan dengan etanol, tidak larut CHCl3 dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
 Adstringen
Adalah senyawa yang dengan protein dalam larutan netral atau asam lemah akan
membentuk endapan yang tidak larut, terasa kesat jika di berikan. Pada mukosa akan
bekerja menciutkan. Zat ini akan menyebabkan perapatan dan penciutan lapisan sel
terluar sel juga sekresi jaringan yang meradang akan dihambat. Jika selalu
adstrigensia, terutama garam logam yang bekerja adstrigensia digunakan dalam
konsentrasi terlalu tinggi, maka zat ini dapat menembus lapisan sel teratas dan juga
menyerang lapisan bawahnya.
Efek local obat terjadi akibat penggabungan langsung antara molekul obat dengan
reseptor, sehingga akan terobservasi timbulnya perubahan dari fungsi organ
tergantung pada daerah lokasi. Oleh karena itu, timbullah suatu efek obat. Adapun
factor – factor yang mempengaruhi efek local obat ini diketahui jika efek terapi telah
diketahui dan dicapai.
Mukosa yang tervaskularisasi baik, yaitu rongga mulut dan rongga tenggorokan (
rute local, sublingual ), memilliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang tidak
terionisasi lipofil.
Yang menguntungkan pada bentuk pemakaian ini ialah munculnya kerja yang
cepat, di samping tak ada kerja cairan pencernaan dari saluran cerna dan bahan obat
tidak harus melewati hati segera setelah diabsorpsi. Karena permukaan absorpsi yang
relative kecil, rute bukal/ sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang dapat
diabsorpsi dengan mudah dan selain itu tidak mudah rasa tidak enak. Indikasi penting
ialah pengobatan serangan angina pectoris dengan nitrogliserol dalam kapsul kunyah/
sebagai aerosol.
Pada pecobaan efek obat pada membrane mukosa ini digunakan berbagai reagen
yang dibuat seperti H2SO4(p), HCL (p), NAOH, Tanin, AgNO3, Fenol 5 % dalam
gliserin, Fenol 5 % dalam minyak lemak dan veet cream.

 H2SO4 pekat
Asam sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0 %, dan tidak lebih dari 98 % b/b
H2SO4. Asam sulfat merupakan suatu cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna,
bau sangat tajam dan korosif. Asam sulfat jika bercampur dengan air dapat
menimbulkan panas yang berlebih.
 HCL pekat
Asam klorida merupakan cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang. Asam klorida mengandung tidak
kurang dari 36,5 % bdak b/b dan tidak lebih dari 38,0 % b/b HCL.
 NaOH
NaOH merupakan suatu serpihan/ batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur, berwarna putih/ praktis putih, massa melebur,
berbentuk pellet. NaOH bersifat basa kuat dan korosif. NaOH mengandung tidak
kurang dar 95,0 % dan tidak lebih dari 100,5 % alkali jumlah dihitung sebagai NaOH
mengandung Na2CO3 tidak lebih 30 %

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 BAHAN :
- Tikus jantan
- Veet cream
- Naoh 20 %
- Na2s 20%
- Despilatory cream
- Kertas saring

IV. CARA KERJA


PENGUJIAN OBAT TERHADAP MEMBRAN KULIT
 Siapkan tikus yang terlebih dahulu

 Diambil kulitnya lalu dibuat tiga potongan, masing-masing berukuran 2,5 x 2,5cm.

 Diletakkan potongan kulit tersebut diatas gelas arloji yang telah diberi alas kertas
saring.
 Dicatat bau asli/ awal dari obat yang digunakan.
 Dioleskan/ teteskan larutan obat pada bagian atas potongan kulit tikus tersebut.

 Diamati selama 30 menit efek menggugurkan bulu tersebut setelah pemberian obat
dengan bantuan alat pengaduk.
 DiCatat dan tabelkan pengamatan.

V. HASIL PENGAMATAN
Dalam suatu praktikum farmakologi selama 30 menit diperoleh data efek
menggugurkan bulu seperti tabel di bawah ini.

 tabel pengamatan pengaruh obat terhadap membran kulit

KELOMPOK OBAT BAU AWAL WAKTU MULAI BERAT


MENGGUGURKAN BULU
BULU
KELOMPOK VEET AROMA 10.55 0,263 g
1 CREAM LOKUS
DAN
JASMINE
KELOMPOK NAOH 20 % TIDAK 10.58 0,023 g
2 BERBAU
KELOMPOK NA2S 20 % BAU 10. 55 0,05 g
3 BUSUK
KELOMPOK LANBENA BUNGA 10.55 0,18 g
4 CREAM ASTER

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan pengujian menggugurkan bulu pada tikus dan
hasilnya mengalami kerontokan pada bulu tikus saat diberikan 4 bahan obat yaitu:
veet cream , Naoh 20 % , Na2s 20 % dan Lanbena cream . Pada percobaan ini yang
tercepat menggugurkan bulu adalah dengan menggunakan veet cream yang
dibutuhkan waktunya selama 30 menit dengan berat bulu 0,023 g , setelah itu
diberikan lanbena cream selama 30 menit dengan berat bulu 0,18 g kemudian larutan
Na2s 20 % selama 30 menit dengan berat bulu 0,05 g dan larutan Naoh 20% selama
30 menit dengan berat bulu (0,023) . Dan pada praktikum ini yang sesuai hasilnya
dengan teori adalah menggunakan veet cream. Veet cream merupakan penghilang
bulu yang dapat memecah struktur bulu dan menghancurkan keratin pada bulu
sehingga bulu menjadi lemah, rontok dan gugur. Obat yang kedua adalah larutan
NaOh 20% dengan bau awalnya tidak ada bau dan pada 30 menit baru memberikan
efek gugur bulu. Dimana NaOH dapat menyebabkan iritasi kulit sehingga keratin
kulit rusak dan bulu menjadi gugur. Obat yang ketiga adalah larutan Na2S 20%
memiliki bau awal yang khas dan menyengat. Pada 15 menit memberikan efek gugur
bulu. Na2S 20% ini bersifat korosif dan dapat dapat menyerang kulit. Pada percobaan
ini yang paling cepat memberikan efek adalah veet cream, karena veet cream
didalamnya memiliki komposisi bahan yang zatnya sudah memang digunakan untuk
menggugurkan bulu

VII. KESIMPULAN
Efek lokal obat dapat diketahui melalui sifat dan penggunaannya seperti dengan zat
yang dapat menggugurkan bulu, korosif dan dengan efek lokal fenol. Dengan zat
yang dapat menggugurkan bulu didapat ketiga bahan obat yang digunakan memiliki
efek gugur bulu dengan waktu yang berbeda – beda. Untuk korosif menjelaskan
menjelaskan bahwa semua bahan obat yang digunakan memiliki sifar korosif
terhadap usus tikus. Untuk larutan fenol dilakukan dua percobaan yaitu larutan fenol
dengan air memberikan efek dingin sedangkan larutan fenol dengan alkohol
memberikan efek dingin dan tebal.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi dan Anastesi lokal. Universitas Muslim
Indonesia

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Jakarta

Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2020. Penuntun Praktikum Farmakologi

Katzung.G.Bertram, Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta. 2002

Mardjono,Mahar.(1995).Farmakologi dan Terapi Edisi 4,Jakarta,Gaya Baru.

Mutschler E., Dinamika obat, Buku ajar Farmakologi dan Toksikologi, ITB : Bandung

Pertanyaan :

1. Jelaskan bagian dan struktur dari kulit manusia ?

Jawab : Struktur kulit terbentuk dari lapisan-lapisan. Masing-masing lapisan memiliki


fungsinya masing-masing. Lapisan kulit, mengutip dari Medical News Today, ada tiga yang
diantaranya:

 Lapisan epidermis
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari kulit. Lapisan epidermis merupakan bagian
yang memberikan warna pada kulit. Dalam lapisan ini terdapat melanin yang
memproduksi warna kulit manusia yang diproduksi oleh melanosit.

 Lapisan dermis
Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis. Ada sekat diantara dua lapisan ini
yang disebut membran basal. Fungsi dari lapisan ini adalah memproduksi minyak dan
keringat serta tempat pembuluh darah berada dan akar rambut.

 Lapisan hipodermis Lapisan ini merupakan lapisan terdalam dari kulit. Hipodermis
berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan mengontrol suhu tubuh.

Fungsi kulit manusia :


 Melindungi jaringan dan organ tubuh dalam.Kulit menjaga jaringan tubuh dari patogen
yang ada di lingkungan luar tubuh.
 Menjaga cairan dalam tubuh dari penguapan. Kulit mencegah cairan dalam tubuh
menguap secara berlebihan.
 Kulit berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan air.
 Kulit mencegah air melarutkan vitamin.
 Kulit membantu tubuh untuk mengatur suhu. Agar suhu tubuh tetap normal, kulit akan
memproduksi keringat dan melebarkan pembuluh darah.
LAMPIRAN

1. Laporan sementara

Resti khairunisa
Retno wigatiningrum marlangen
2. Hasil pengamatan

Kelompok Obat Berat perkamen Berat bulu


Kelompok Veet
1 cream

Kelompok Naoh
2 20%
Kelompok Na2s
3 20%

Kelompok Lanben
4 a cream

Anda mungkin juga menyukai