Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN AKHIR FITOKIMIA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAFEIN DARI DAUN TEH HIJAU

DOSEN PEMBIMBING : DIAN KARTIKASARI, M.Farm, Apt

KELOMPOK B3-b :

1. PETRONILA ANGRILINI MARBUN 209701

2. PUTRI RAMADHANI 209704

3. RESTI KHAIRUNNISA 209708

4. RETNO WIGATININGRUM MARLANGEN 209710

PRODI DIII FARMASI


AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2022
I. TUJUAN
- Mampu melakukan penyarian dan isolasi kafein dari biji kopi dengan metode
refluks
- Mampu menghasilkan isolat kafein dari biji kopi

II. DASAR TEORI


Kafein merupakan salah satu senyawa golongan alkaloid dan dapat diisolasi dari
daun teh, daun kopi dan daun mente. Selain mengandung kafein, bahan alam tersebut
pada umumnya masih mengandung senyawa-senyawa lain, misalnya senyawa tanin.
Masalah utama dalam isolasi alkaloid jenis ini terletak pada proses pemisahan dan
pemurniannya. Kafein merupakan alkaloid yang paling mudah diisolasi dari bahan
alam. Oleh karena itu, dengan prosedur dan peralatan yang sederhana kafein dapat
diperoleh dalam jumlah cukup besar yakni dapat mencapai rendemen sekitar 5 %
dalam daun teh.
Untuk mengisolasi kafein dari daun teh dapat dilakukan dengan ekstraksi
menggunakan air panas kemudian pemisahan kafein dari fasa airnya menggunakan
kloroform. Pada saat refluks ditambahkan kalsium karbonat untuk menggaramkan
tanin sehingga akan mempermudah proses pemisahannya dari kafein.
Teh digunakan sebagai obat luar untuk beberapa penyakit, seperti  penyembuhan
luka atau mencegah penyakit kulit dan penyakit kaki karena kutu air (Dewi, 2008). 
Kandungan dalam teh beraneka ragam antara lain kafein, teofilin, vitamin K, vitamin
C, vitamin A, vitamin B (B1, B2, B6), K, Na, Mn, Cu, F, flavonoid, dan tannin.
Kadar kafein dalam daun teh sekitar 2% (Nersyanti, 2006). Kafein adalah sejenis
senyawa alkaloid yang termasuk golongan metilxantine (1,3,7-trimethylxantine).
Kristal kafein dalam air  berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak mengandung air,
kafein meleleh  pada suhu 234°C  –   239°C dan menyublim pada suhu yang lebih
rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam
air dingin dan alkohol (Abraham, 2010).
Kafein dapat di isolasi dengan metoda refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan
pelarut pada temperatur dan titik didihnya selama waktu tertentu dan  jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi
sempurna (Voight,1971). Untuk tujuan ini, pelarut yang sesuai adalah kloroform,
diklorometana, etil asetat, karbondioksida super kritik, dan lain-lain. Diklorometana
digunakan untuk dekafeinasi bagian yang besar dari teh konvensional. Pelarut ini juga
relatif tidak toksik dan sering digantikan dengan kloroform. Etil asetat juga menarik
kafein dari daun teh secara efektif, juga dapat mengekstrak komponen kimia lain
dengan baik.
Ekstraksi merupakan pemisahan komponen dari campurannya berdasarkan
kelarutan selektifnya. Jika suatu zat bersentuhan dengan dua fase yang berbeda, maka
pada umumnya zat itu menunjukkan afinitas yang berbeda untuk masing-masing fase.
Studi pada teh hijau dengan dekafeinasi menggunakan etil asetat telah menunjukkan
potensi di atas 30% dari epigalokatekin galat (dianggap sebagai komponen yang
sangat bermanfaat dalam teh hijau) dan lainnya bermanfaat sebagai komponen yang
bersifat antioksidan yang diekstrak bersama kafein (Atomssa dan Gholap, 2011).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Timbangan analitik
- Beaker glass
- Kompor
- Cawan porselin
- Kain flanel
- Pemeras teh
- Bunsen

b. Bahan
- Daun teh hijau kering
- Air
- Natrium bikarbonat
- Kloroform
- Kapas
- Kertas saring
- Kertas penjenuhan
- Etanol

IV. CARA KERJA


SHEJKWHWJ isolasi kafein daun teh hijau
- Ditimbang daun the hijau sebanyak 60 gr
- Dimasukkan air sebanyak 350 ml
- Panaskan hingga mendidih menggunakan kompor dan ditunggu selama 30 menit
- Ditutup beaker glass menggunakan cawan porslen
- Disaring sampel yang sudah mendidih menggunakan kain flanel
- Diperas menggunakan alat pemeras teh
- Setelah air perasan dingin ditambahkan natrium bikarbonat sebanyak 6 gr dan
aduk hingga larut
- Dipanaskan kembali selama 30 menit hingga didapatkan filtrat 100 ml
- Setelah 30 menit didinginkan kembali
- Kemudian difraksinasi menggunakan pelarut kloroform sebanyak 75 ml
- Dikocok- kocok dan didiamkan sampai terjadi 2 fase yaitu fase air dan kloroform
- Siapkan corong dan kertas saring
- Saring fase kloroform dan ditampung pada cawan porselin kecil
- Diuapkan fase kloroform yang sudah didapatkan
- Dikerok dan dihancurkan padatan yang terbentuk pada cawan porselin dan
diratakan
- Disiapkan corong kaca tutup bagian saluran yang berada diluar dan dilubangi
menggunakan jarum
- Dibasahi permukaan kapas menggunakan air
- Letakkan diatas bunsen
- Ditunggu selama 5 menit
- Kafein yang terbentuk akan menempel pada kertas saring

uji dengan metode KLT


- Disiapkan fase gerak kloroform, etanol 99: 1
- Dimasukkan kedalam bejana
- Dimasukkan kertas penjenuhan kedalam bejana
- Penjenuhan fase gerak

Penjenuhan fase gerak

- Disiapkan sampel dan standar kafein pada plat KLT dengan ket : a= sampel b=
standar
- Dicek dibawah sinar UV 254
- Keluarkan kertas penjenuhan dari bejana dan masukkan plat KLT pada bejana
- Ditunggu sampai fase gerak terelusi hingga tanda batas
- Diamati dibawah sinar UV 254
- Hasil bercak klt yang terbentuk pada plat kemudian digambar menggunakan
kertas kalgir
- Disemprot plat KLT dengan dragenrof

Bercak coklat

V. PEMBAHASAN
Isolasi senyawa kafein dari daun teh hijau ini dilakukan dengan metode reflux,
yaitu metode ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu
tertentu sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut terbatas yang relative
konstan dengan adanya pendingin balik. Metode refluks ini digunakan untuk
mengisolasi kafein dari daun teh karena sifat kafein tahan terhadap adanya
pemanasan (titik didih kafein 234°C) serta tekstur bahan yang kasar.
Prosedur kerja dengan menyiapkan alat reflux, masukan daun teh hijau kering dan
tambahkan air sebanyak 350 ml. Air dipilih sebagai pelarut dalam  proses isolasi
kafein karena melihat sifat kafein yang larut dalam air panas. Proses refluks ini
dilakukan selama 30 menit dihitung sejak tetesan pertama  proses kondensasi, adanya
pendidihan untuk membuka pori-pori pada daun teh sehingga kafein yang ada dalam
daun teh dapat ditarik keluar dan dapat larut dalam air panas tersebut. Setelah proses
refluks berakhir dilakukan  proses penyaringan yang akan memisahkan sari teh
dengan ampasnya. Proses  penyaringan ini dilakukan dalam keadaan panas karena
sifat kafein yang larut dalam air panas karena apabila penyaringan dilakukan pada
keadaan dingin maka kafein akan mengendap sehingga dapat tertinggal pada kain
flanel. Kain flanel dipilih sebagai penyaring, karena pori-pori kain flanel kecil
sehingga akan memaksimalkan penyaringan tersebut
Hasil filtrat yang didapat kemudian diendapkan dengan menambahkan natrium
bikarbonat yang berfungsi untuk mengendapkan senyawa kotoran atau senyawa lain
yang ada pada teh contohnya tannin dan zat pengotor lainnya. Pemberian natrium
bikarbnat perlu diperhatiksn sebaiknya dilakukan tetes demi tetes agar memudahkan
dalam mengamati apakah masih terbentuk endapan atau tidak. Selanjutnya campuran
tersebut disaring menggunakan corong kaca bertingkat yang telah dilapisi kertas
saring, filtrat yang didapatkan harus jernih dan tidak terbentuk endapan. Setelah
mendapatkan filtrat yang jernih dimasukan kedalam corong pisah dan tambahkan
kloroform sebanyak 75 ml dengan tujuan mengikatkan kafein dari larutan agar kafein
benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform
yang mana kloroform adalah zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar yaitu
kafein sendiri. Penambahan kloroform akan menyebabkan terbentuknya dua lapisan
pada corong pisah yang diakibatkan karena kloroform berat  jenisnya lebih besar
daripada air sehingga lapisan atas merupakan fase air, sedangkan lapisan bawah
merupakan fase kloroform yang bercampur dengan kafein. Digunakan kloroform
karena kelarutan kafein yang lebih mudah larut dalam kloroform dibandingkan
dengan air serta sifat kloroform yang lebih mudah menguap sehingga dalam proses
penguapan selanjutnya untuk memperoleh ekstrak kental kafein, kloroform dapat
mudah diuapkan guna  proses mikrosublimasi selanjutnya.
Prinsip mikrosublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari
gas ke padat. Mikrosublimasi dilakukan dengan tujuan agar didapatkan kafein dalam
bentuk murni. Kafein yang terkandung dalam ekstrak kental tersebut akan menguap
yang membasahi kertas saring dengan adanya pemanasan dan berubah menjadi uap
yang akan menembus celahcelah yang ada pada kertas saring, kemudia uap tersebut
akan berubah menjadi bentuk padatan kristal dengan adanya pendingin oleh kapas
basah yang ada pada corong kaca. Kristal yang di dapat tersebut akan menempel
pada kertas saring. Proses mikrosublimasi ini menghasilkan kristal kafein yang
berbentuk kristal jarum, bau khas teh, dan berwarna putih.
Kristal kafein yang didapatkan selanjutnya diidentifikasi menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Pada proses KLT digunakan dua
jenis fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak yang digunakan ( kloroform :
etanol = 99 : 1).
Penjenuhan fase gerak dicek dibawah sinar UV 254 kemudian keluarkan kertas
penjenuhan dan masukkan plat KLT pada bejana ditungg sampai fase gerak terelusi
hingga tanda batas , dikeluarkan plat KLT diamati dibawah sinar UV 254 dan hasil
bercak KLT yang terbentuk pada plat kemudian digambar menggunakan kertas kalgir
dan disemprot plat KLT dengan dragendrof menghasilkan bercak coklat.

VI. KESIMPULAN
A. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan mengisolasi senyawa kafein dari daun
teh hijau (Camellia sinensis) dengan metode refluks yaitu metode ekstraksi
dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan
adanya pendingin balik. Metode refluks ini digunakan untuk mengisolasi kafein
dari daun teh karena sifat kafein tahan terhadap adanya pemanasan serta tekstur
bahan yang kasar.
B. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi kafein dari teh hijau (Camellia  sinensis)
dengan uji organoleptis yaitu berbentuk serbuk kristal , warna  putih, bau khas
teh, rasa pahit.
C. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kafein dari teh hijau (Camellia
sinensis) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan prinsip
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Dihasilkan noda warna coklat baik dari hasil senyawa kafein yang diekstrak
maupun baku pembanding kafein pada lempeng KLT
DAFTAR PUSTAKA

Abraham. 2010.  Penuntun Praktikum Kimia Organik II . LaboratoriumPengembangan Unit


Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Haluoleo : Kendari

Dewi, Mainora Rahayu. 2008. “ Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun Teh (Camelia
sinensis)”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas

Nersyanti, Fenri. 2006. “S pektrofotometri Dervatif Ultraviolet Untuk Penentuan Kadar Kafein
Dalam Minuman Suplemen Dan Ekstrak Teh”. Skripsi. Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bogor.
Bogor.

Pranata, F. Sinung. 1997. “Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid Insulation of Natural
Materials)”. Biota. Vol. II(2).

Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang

Anda mungkin juga menyukai