KELOMPOK B3-b :
b. Bahan
- Daun teh hijau kering
- Air
- Natrium bikarbonat
- Kloroform
- Kapas
- Kertas saring
- Kertas penjenuhan
- Etanol
- Disiapkan sampel dan standar kafein pada plat KLT dengan ket : a= sampel b=
standar
- Dicek dibawah sinar UV 254
- Keluarkan kertas penjenuhan dari bejana dan masukkan plat KLT pada bejana
- Ditunggu sampai fase gerak terelusi hingga tanda batas
- Diamati dibawah sinar UV 254
- Hasil bercak klt yang terbentuk pada plat kemudian digambar menggunakan
kertas kalgir
- Disemprot plat KLT dengan dragenrof
Bercak coklat
V. PEMBAHASAN
Isolasi senyawa kafein dari daun teh hijau ini dilakukan dengan metode reflux,
yaitu metode ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu
tertentu sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut terbatas yang relative
konstan dengan adanya pendingin balik. Metode refluks ini digunakan untuk
mengisolasi kafein dari daun teh karena sifat kafein tahan terhadap adanya
pemanasan (titik didih kafein 234°C) serta tekstur bahan yang kasar.
Prosedur kerja dengan menyiapkan alat reflux, masukan daun teh hijau kering dan
tambahkan air sebanyak 350 ml. Air dipilih sebagai pelarut dalam proses isolasi
kafein karena melihat sifat kafein yang larut dalam air panas. Proses refluks ini
dilakukan selama 30 menit dihitung sejak tetesan pertama proses kondensasi, adanya
pendidihan untuk membuka pori-pori pada daun teh sehingga kafein yang ada dalam
daun teh dapat ditarik keluar dan dapat larut dalam air panas tersebut. Setelah proses
refluks berakhir dilakukan proses penyaringan yang akan memisahkan sari teh
dengan ampasnya. Proses penyaringan ini dilakukan dalam keadaan panas karena
sifat kafein yang larut dalam air panas karena apabila penyaringan dilakukan pada
keadaan dingin maka kafein akan mengendap sehingga dapat tertinggal pada kain
flanel. Kain flanel dipilih sebagai penyaring, karena pori-pori kain flanel kecil
sehingga akan memaksimalkan penyaringan tersebut
Hasil filtrat yang didapat kemudian diendapkan dengan menambahkan natrium
bikarbonat yang berfungsi untuk mengendapkan senyawa kotoran atau senyawa lain
yang ada pada teh contohnya tannin dan zat pengotor lainnya. Pemberian natrium
bikarbnat perlu diperhatiksn sebaiknya dilakukan tetes demi tetes agar memudahkan
dalam mengamati apakah masih terbentuk endapan atau tidak. Selanjutnya campuran
tersebut disaring menggunakan corong kaca bertingkat yang telah dilapisi kertas
saring, filtrat yang didapatkan harus jernih dan tidak terbentuk endapan. Setelah
mendapatkan filtrat yang jernih dimasukan kedalam corong pisah dan tambahkan
kloroform sebanyak 75 ml dengan tujuan mengikatkan kafein dari larutan agar kafein
benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform
yang mana kloroform adalah zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar yaitu
kafein sendiri. Penambahan kloroform akan menyebabkan terbentuknya dua lapisan
pada corong pisah yang diakibatkan karena kloroform berat jenisnya lebih besar
daripada air sehingga lapisan atas merupakan fase air, sedangkan lapisan bawah
merupakan fase kloroform yang bercampur dengan kafein. Digunakan kloroform
karena kelarutan kafein yang lebih mudah larut dalam kloroform dibandingkan
dengan air serta sifat kloroform yang lebih mudah menguap sehingga dalam proses
penguapan selanjutnya untuk memperoleh ekstrak kental kafein, kloroform dapat
mudah diuapkan guna proses mikrosublimasi selanjutnya.
Prinsip mikrosublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari
gas ke padat. Mikrosublimasi dilakukan dengan tujuan agar didapatkan kafein dalam
bentuk murni. Kafein yang terkandung dalam ekstrak kental tersebut akan menguap
yang membasahi kertas saring dengan adanya pemanasan dan berubah menjadi uap
yang akan menembus celahcelah yang ada pada kertas saring, kemudia uap tersebut
akan berubah menjadi bentuk padatan kristal dengan adanya pendingin oleh kapas
basah yang ada pada corong kaca. Kristal yang di dapat tersebut akan menempel
pada kertas saring. Proses mikrosublimasi ini menghasilkan kristal kafein yang
berbentuk kristal jarum, bau khas teh, dan berwarna putih.
Kristal kafein yang didapatkan selanjutnya diidentifikasi menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis
kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Pada proses KLT digunakan dua
jenis fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak yang digunakan ( kloroform :
etanol = 99 : 1).
Penjenuhan fase gerak dicek dibawah sinar UV 254 kemudian keluarkan kertas
penjenuhan dan masukkan plat KLT pada bejana ditungg sampai fase gerak terelusi
hingga tanda batas , dikeluarkan plat KLT diamati dibawah sinar UV 254 dan hasil
bercak KLT yang terbentuk pada plat kemudian digambar menggunakan kertas kalgir
dan disemprot plat KLT dengan dragendrof menghasilkan bercak coklat.
VI. KESIMPULAN
A. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan mengisolasi senyawa kafein dari daun
teh hijau (Camellia sinensis) dengan metode refluks yaitu metode ekstraksi
dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan
adanya pendingin balik. Metode refluks ini digunakan untuk mengisolasi kafein
dari daun teh karena sifat kafein tahan terhadap adanya pemanasan serta tekstur
bahan yang kasar.
B. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi kafein dari teh hijau (Camellia sinensis)
dengan uji organoleptis yaitu berbentuk serbuk kristal , warna putih, bau khas
teh, rasa pahit.
C. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kafein dari teh hijau (Camellia
sinensis) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan prinsip
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Dihasilkan noda warna coklat baik dari hasil senyawa kafein yang diekstrak
maupun baku pembanding kafein pada lempeng KLT
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Mainora Rahayu. 2008. “ Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun Teh (Camelia
sinensis)”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas
Nersyanti, Fenri. 2006. “S pektrofotometri Dervatif Ultraviolet Untuk Penentuan Kadar Kafein
Dalam Minuman Suplemen Dan Ekstrak Teh”. Skripsi. Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bogor.
Bogor.
Pranata, F. Sinung. 1997. “Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid Insulation of Natural
Materials)”. Biota. Vol. II(2).