Disusun Oleh :
Nama : Cicillia Dian 16.0564
SEMARANG
2018
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FITOKIMIA
ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH HIJAU (Camelli a sinensis)
DENGAN METODE REFLUKS DAN IDENTIFIKASI DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan mengisolasi senyawa
kafein dari daun teh hijau (Camellia sinensis) dengan metode refluks.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi kafein dari teh hijau (Camellia
sinensis) dengan uji organoleptis meliputi bentuk, warna, rasa dan
menghitung rendemen hasil senyawa kafein dari ekstraksi teh hija u
3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kafein dari teh hijau
(Camellia sinensis) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dengan menghitung nilai retardasi solut (Rf)
II. PRINSIP
a. Ekstraksi
Prinsip kerja refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature
titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relative konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Pemisahan
Prinsip pemisahan corong pisah yaitu memisahkan senyawa tertentu
dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang
memiliki perbedaan bobot jenis.
c. Mikrosublimasi
Pemisahan zat dari simplisia nabati yang dilakukan pada zat-zat yang
mudah menguap. Penguapan zat-zat hingga menguap lalu dikristalkan
dalam permukaan yang diinginkan sehingga zat-zat yang dapat
menyublim akan membentuk kristal.
d. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorbsi dan partisi,
yaitu ditentukan oleh fase diam (adsorbsi) dan fase gerak (eluen).
Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya
serap absorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama
sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya.
Neraca analitik
Erlenmeyer
Lampu UV 254 nm
Corong kaca
Kaca arloji
V. CARA KERJA
1. Proses Isolasi senyawa kafein dari daun teh
Dirangkai rangkaian alat refluks terlebih dahulu
Disatukan lapisan I dan II, pelarut kloroform dipisahkan dengan cara destil asi
sederhana hingga pada labu alas bulat larutan terse but tinggal lebih kurang 5 ml
Sisa hasil destilasi dituang ke dalam cawan peguap, kemudian dengan api
kecil dipanaskan hingga hampir kering
Dipanaskan dalam oven selama 5 menit dan amati warna noda pada
lempeng KLT
1. Organoleptis
a. Bentuk : Serbuk kristal
b. Warna : Putih
c. Bau : khas teh hijau
d. Rasa : pahit
2. Rendemen
No. Keterangan Jumlah Perhitungan
1. Berat teh hijau 40 g (A)
2. Berat vial kosong 12,2643 g R = x 100%
3 Berat vial kosong + kristal 12,2784 g 0,0141
R= x100%
40
kafein
R = 0,0353 % b/b
4 Berat kafein 0,0141 g (B)
4. Uji mikroskopik
VII. PEMBAHASAN
Isolasi senyawa kafein dari daun teh hijau ini dilakukan dengan metode
reflux, yaitu metode ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya
selama waktu tertentu sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut
terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Metode refluks
ini digunakan untuk mengisolasi kafein dari daun teh karena sifat kafein tahan
terhadap adanya pemanasan (titik didih kafein 234°C) serta tekstur bahan
yang kasar.
Prosedur kerja dengan menyiapkan alat reflux, masukan daun teh hijau
kering dan tambahkan air sebanyak 200 ml. Air dipilih sebagai pelarut dalam
proses isolasi kafein karena melihat sifat kafein yang larut dalam air panas.
Proses refluks ini dilakukan selama 25 menit dihitung sejak tetesan pertama
proses kondensasi, adanya pendidihan untuk membuka pori-pori pada daun
teh sehingga kafein yang ada dalam daun teh dapat ditarik keluar dan dapat
larut dalam air panas tersebut. Setelah proses refluks berakhir dilakukan
proses penyaringan yang akan memisahkan sari teh dengan ampasnya. Proses
penyaringan ini dilakukan dalam keadaan panas karena si fat kafein yang larut
dalam air panas karena apabila penyaringan dilakukan pada keadaan dingin
maka kafein akan mengendap sehingga dapat tertinggal pada kain katun. Kain
katun dipilih sebagai penyaring, karena pori-pori kain katun kecil sehingga
akan memaksimalkan penyaringan tersebut.
Hasil filtrat yang didapat kemudian diendapkan dengan menambahkan
Pb Asetat yng berfungsi untuk mengendapkan senyawa kotoran atau senyawa
lain yang ada pada the contohnya tannin dan zat pengotor lainnya. Pemberian
Pb Asetat perlu diperhatiksn sebaiknya dilakukan tetes demi tetes agar
memudahkan dalam mengamati apakah masih terbentuk endapan atau tidak.
Selanjutnya campuran tersebut disaring menggunakan corong kaca bertingkat
yang telah dilapisi kertas saring sebagai pengganti corong buchner, filtrat
yang didapatkan harus jernih dan tidak terbentuk endapan. Setelah
mendapatkan filtrat yang jernih dimasukan kedalam corong pisah dan
tambahkan kloroform sebanyak 25 ml pertama dan 20 ml pada penambahan
kedua dengan tujuan mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar
terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Kafein terikat dengan kloroform yang
mana kloroform adalah zat non polar yang dapat terikat oleh zat non polar
yaitu kafein sendiri. Penambahan kloroform akan menyebabkan terbentuknya
dua lapisan pada corong pisah yang diakibatkan karena kloroform berat
jenisnya lebih besar daripada air sehingga lapisan atas merupakan fase air,
sedangkan lapisan bawah merupakan fase kloroform yang bercampur dengan
kafein. Digunakan kloroform karena kelarutan kafein yang lebih mudah larut
dalam kloroform dibandingkan dengan air serta sifat kloroform yang lebih
mudah menguap sehingga dalam proses penguapan selanjutnya untuk
memperoleh ekstrak kental kafein, kloroform dapat mudah diuapkan guna
proses mikrosublimasi selanjutnya.
Prinsip mikrosublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas
atau dari gas ke padat. Mikrosublimasi dilakukan dengan tujuan agar
didapatkan kafein dalam bentuk murni. Kafein yang terkandung dalam
ekstrak kental tersebut akan menguap yang membasahi kertas saring dengan
adanya pemanasan dan berubah menjadi uap yang akan menembus celah-
celah yang ada pada kertas saring, kemudia uap tersebut akan berubah
menjadi bentuk padatan kristal dengan adanya pendingin oleh kapas basah
yang ada pada corong kaca. Kristal yang di dapat tersebut akan menempel
pada kertas saring. Proses mikrosublimasi ini menghasilkan kristal kafein
yang berbentuk kristal jarum, bau khas teh, dan berwarna putih.
Kristal kafein yang didapatkan selanjutnya diidentifikasi menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan salah
satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Pada proses KLT digunakan dua jenis fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 nm. Sedangkan fase
gerak adalah media angkut yang terdiri dari suatu atau beberapa pelarut,
bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya kapiler. Fase gerak yang
digunakan (Etil Asetat : Metanol : Aquadest = 100 : 13,5 : 10).
Langkah pertama yang dilakukan yaitu penjenuhan eluen dengan cara
mencelupkan ujung kertas saring dalam chamber dan ditutup. Tujuan
penjenuhan ini adalah untuk mempercepat proses eluasi. Tujuan penutupan
chamber adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam chamber
terjenuhkan oleh uap pelarut. Langkah kedua diaktifkan lempeng KLT dalam
oven selama 5-10 menit pada suhu 105 oC. Tujuan pengaktifan lempeng KLT
untuk menghilangkan tapak-tapak air yang terserap pada lempeng KLT
tersebut yang dapat mengganggu proses migrasi dari sampel dan baku
pembanding dengan eluen serta fase diam. Lalu dilakukan penotolan dengan
ekstrak kafein yang didapat dan baku pembanding kafein pada lempeng KLT.
Hasil penotolan dilihat dibawah sinar UV 254 nm terlihat warna ungu. Fraksi
yang telah ditotolkan tersebut dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
eluen. Eluen digunakan sebagai pelarut untuk mendeteksi noda karena ketika
senyawa organik diserap oleh eluen pada lempeng KLT, proses penyerapan
berhenti dimana semakin kuat senyawa diserap, semakin kurang jarak yang
ditempuh ke atas lempengan. Setelah terlihat kenaikan bercak lempeng KLT
dikeringkan lalu diamati dibawah sinar UV 254 nm dan ditandai noda yang
timbul pada lempeng KLT sesuai bentuk yang diamati agar mempermudah
perhitungan Rf dan HRf. Noda yang timbul berwarna ungu, s etelah ditandai
noda yang nampak dilakukan penyemprotan penampang bercak iodide kalium
iodide-asam klorida dilanjutkan dengan pengeringan pada oven dengan suhu
1050 C selama 5-10 menit untuk mengintensifkan warna pada lempeng KLT
dan noda yang terbentuk berwarna ungu sama dengan baku pembanding yang
menandakan ekstraksi senyawa kafein berjalan sesuai prosedur.
Dari hasil perhitungan menghasilkan nilai RF 0,65 dan nilai HRf nya
65. Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan
senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti
mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan
kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Nilai Rf
KLT yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya
(Gandjar,2007). Serbuk hasil isolasi kafein tersebut akan berbentuk Kristal
jarum kecil-kecil berwarna transparan memanjang apabila diamati secara
mikroskopik perbesaran 100x.
VIII. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan mengisolasi senyawa kafein
dari daun teh hijau (Camellia sinensis) dengan metode refluks yaitu
metode ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama
waktu tertentu sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut
terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Metode
refluks ini digunakan untuk mengisolasi kafein dari daun teh karena sifat
kafein tahan terhadap adanya pemanasan serta te kstur bahan yang kasar.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi kafein dari teh hijau (Camellia
sinensis) dengan uji organoleptis yaitu berbentuk serbuk kristal , warna
putih, bau khas teh, rasa pahit dan rendemen yang dihasilkan 0,0353% b/b
3. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kafein dari teh hijau (Camellia
sinensis) dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan prinsip
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran. Dihasilkan noda warna ungu baik dari hasil senyawa kafein
yang diekstrak maupun baku pembanding kafein pada lempeng KLT. Serta
retardasi solut (Rf) hasil senyawa kafein 0,65 dan baku pembanding kafein
0,63
IX. DAFTAR PUSTAKA
Abraham. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II .
LaboratoriumPengembangan Unit Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Haluoleo : Kendari
Atomssa T., A.V. Gholap. 2011. “ Characterization of Caffeine and
Determination of Caffeine in Tea Leaves Using UV-Visible
Spectrometer”. African Journal of Pure and Applied Chemistry. Vol.
V(1).
Dewi, Mainora Rahayu. 2008. “ Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun
Teh (Camelia sinensis)”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Andalas
Nersyanti, Fenri. 2006. “S pektrofotometri Dervatif Ultraviolet Untuk
Penentuan Kadar Kafein Dalam Minuman Suplemen Dan Ekstrak Teh”.
Skripsi. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bogor. Bogor.
Pranata, F. Sinung. 1997. “Isolasi Alkaloid dari Bahan Alam (Alkaloid
Insulation of Natural Materials)”. Biota. Vol. II(2).
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun Kimia Organik I. Laboratorium
FMIPA UNM. Makassar
Voight. 1971. Buku Pembelajran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Semarang, 4 Mei 2018
Mengetahui, Praktikan
Dosen Pengampu
Praktikan
(Riska Putri)
LAMPIRAN
13,5
Metanol = x 10 ml = 1,1 ml
123,5
10
Aquadest = x 10 ml = 0,8 ml
123,5