Anda di halaman 1dari 17

ACARA 3

PRAKTIKUM

ISOLASI CAPSAICIN

KELOMPOK 1
Haryani (I2E018009)

Lalu Muhamad Ali Zakaria (I2E018011)

Muhammad Fahrurrozi (I2E016022)

Ni Wayan Riska Apriani (I2E018018)

Suci Yeri Tia (I2E018026)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS MATARAM
2018/2019
ISOLASI CAPSAICIN DARI CABAI RAWIT

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengisolasi senyawa capsaicin dari cabai rawit dengan metode maserasi

DASAR TEORI

Proses isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Capsaicin merupakan komponen aktif dari cabai
(chili peppers) yang termasuk ke dalam genus Capsicum. Capsaicin menyebabkan rasa
terbakar atau pedas dan diproduksi sebagai metabolit sekunder oleh cabai yang dapat
menyerang fungi. Capsaicin merupakan bahan kimia nabati yang berasal dari alam.
Bahan ini digunakan oleh cabai untuk sistem pertahanan dirinya agar tidak dimakan
oleh pemangsa seperti hewan. Apabila cabai dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids
berikatan dengan reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa
pedas. Kemudian reseptor ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa
sesuatu yang pedas telah dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut
jantung, meningkatkan pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorfin.
Capsaicin dan dihidrocapsaicin merupakan capsaicinoid paling banyak dengan
jumlah 90% dari total capsaicinoid dalam cabai. Capsaicin ( trans-8-metil-N-vanilil-6-
nonenamida) adalah sebuah kristalin, lipofilik, tidak berwarna dan tidak mudah
menguap (volatile) dengan rumus molekul C18H27NO3. Berat molekul dari capsaicin
adalah 305,40 g/mol dan merupakan suatu lemak, alkohol juga larut dalam minyak.
Pertama kali dikrisalisasikan pada tahun 1876 oleh Tresh, dan struktur molekul
diselesaikan oleh Nelson dan Dawson pada tahun 1919 (Nelson et al, 1923).
Gambar 2 .Senyawa Capsaicin dimana A adalah cincin aromatic, B adalah ikatan
amida dan C adalah rantai hidrofobik

Gambar 3. Struktur 3D Capsaicin

Capsaicin merupakan turunan senyawa fenilpropanoid yang memiliki aktifitas


biologis yang tinggi, memberikan efek fisiologi dan farmakologis yang lebih dikenal
sebagai senyawa kimia aktif juga sebagai antioksidan (Harborne, 2006).

Untuk dapat memperoleh capsaicin dari cabai dilakukan dengan cara maserasi.
Maserasi merupakan cara penyaringan yang sederhana. Metode dari maserasi ini yaitu
merendam simplisia atau sampel dengan suatu pelarut tertentu selama 24 jam dengan
temperatur kamar yang tak terkena cahaya. Keuntungan penarikan suatu senyawa dari
sampel dengan cara maserasi yaitu dapat dilakukan modifikasi : digesti,maserasi dengan
bahan pengaduk, remaserasi, dan maserasi melingkar.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikokimia lapisan


yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Proses kromatografi lapis
tipis dilakukan pada plat gelas yang dilapisi dengan lapisan yang tipis dan adheren.
Lapisan ini berfungsi sebagai fase stasioner. Pelarut yang digunakan berfungsi sebagai
fase gerak. Campuran yang akan dipisahkan diletakkan pada fase stasioner. Fase
stasioner diletakkan dalam bejana yang berisi fase gerak. Fase gerak akan bergerak
melalui fase stasioner berdasarkan pada prinsip kapilaritas. Komponen-komponen
campuran akan dibawa melalui fase stasioner oleh fase gerak. Setelah proses
kromatografi selesai, fase stasioner dipindahkan dari bejana berisi pelarut dan
dikeringkan. Letak komponen-komponen dapat ditentukan dengan berbagai macam
cara. Proses menganalisa hasil kromatografi pada plat tipis ini disebut visualisasi
( Skoog et al., 2004).

ALAT DAN BAHAN


a. ALAT
N NAMA ALAT FUNGSI
O
1 Gelas kimia Untuk wadah larutan
2 Corong saring Untuk proses penyaringan
3 Erlenmeyer Untuk menampung larutan
4 Kertas saring Untuk menyaring filtrat hasil maserasi
5 Penangas Untuk memanaskan larutan
6 Termometer Untuk mengukur suhu
7 Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
8 Spatula Untuk mengambil zat
9 Neraca analitik Untuk menimbang bahan
10 Oven Untuk mengeringkan zat
11 Cawan petri Untuk wadah pada saat menimbang bahan
12 Mikro pipet Untuk proses pentotolan pada KLT
13 Penggaris Untuk mengukur KLT
14 Statif dan claim Untuk proses evaporasi
15 Penangas Untuk memanaskan proses evaporasi
16 Kipas angina Untuk membantu menguapkan larutan
17 Pengaduk Untuk mengaduk bahan yang dimaserasi
18 Blender Untuk menghasuskan bahan
19 Pipet colum Untuk mengambil eluen/ kloroform

b. BAHAN
1. Aquades
2. Cabai rawait
3. Etanol 96%
4. Dietil eter
5. Kloroform
6. KLT
7. Tissue
8. Kertas label
9. Air keran
10. Es batu
11. Aluminium foil
12. Plastic bening

LANGKAH KERJA

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan


2. Cabai sebanyak 1 kg yang telah kering diblender
3. Ditimbang sebanyak 100 gram cabai yang telah diblender dengan menggunakan
neraca analitik
4. Masukkan cabai yang telah ditimbang kedalam gelas kimia
5. Ditambahkan pelarut etanol 96% kedalam gelas kimia yang berisi cabai
sebanyak 300 ml kemudian diamkan selama 3 hari.
6. Rendaman cabai kemudian disaring
7. Filtrate hasil penyaringan kemudian diangin- anginkan dengan menggunakan
kipas angin.
8. Selanjutnya dievaporasi agar pelarut dapat menguap pada suhu 300 C. sampai
terbentuk endapan Kristal.
9. Jika belum menghasilkan Kristal dimasukkan kedalam oven untuk menguapkan
Cabai kering yang telah digiling/blender ditimbang sebanyak 100 gram
pelarutnya pada suhu 300 C.
10. Endapan Kristal selanjutnya di rekristalisasi dengan menggunakan dietil eter
Masukkan kedalam gelas kimia dan tambahkan pelarut etanol sebanyak 300 ml kemudian diamkan
dengan cara menetes hingga terlarut kemudian didinginkan kembali hingga
selama 24 jam
terbentuk Kristal (bisa didinginkan dengan mencelupkan kedalam es batu)
11. Mengulangi langkah 10 hingga terbentuk Kristal murni.
12. Untuk KLT, dibuat garisSaring
1 cm menggunakan
pada ujung dan pangkal
kertas saringKLT menggunakan pensil
serta buat titik untuk menandai spot.
13. Diambil 10 ml kloroform dan dimasukkan kedalam gelas kimia
14. Kristal yang telah murni kemudian dilarutkan dengan dietil eter kemudian
filtrat residu
diambil larutan capsaicin tersebut menggunakan mikro pipet dan totolkan pada
KLT.
Filtrate yang dihasilkan
15. Diamati spot yangkemudian diangin-anginkan/
terbentuk.
dievaporasi hingga terbentuk endapan merah
Untuk lebih singkat langkah kerja dapat dilihat pada bagan berikut:

Endapan disaring kembali

filtrat Residu

Diuapkan kedalam oven sampai


terbentuk Kristal putih kemerahan

Rekristalisasi Kristal tersebut dengan dietil


eter sampai dihasilkan Kristal putih

Uji kemurnian senyawa dengan


menggunakan KLT
ANALISIS DATA

jarak yang ditempuh spot


Rf =
jarak yang ditempuh eluen

3,7
Rf = = 0,48
7,6

PEMBAHASAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengisolasi senyawa capsaicin dari cabai rawit
dengan metode maserasi. Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia
tropika dan subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan
terus menyebar ke Amerika Latin. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin,
vitamin (A, C), zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan
lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium,
fosfor, dan niasin. Capsaicin menyebabkan rasa terbakar atau pedas dan diproduksi
sebagai metabolit sekunder. Capsaicin mempunyai nilai ekonomis yang tinggi pada
bidang farmasi. Semakin tinggi kadar capsaicin maka semakin baik kualitasnya sebagai
sediaan farmasi. Capsaicin mempunyai potensi yang tinggi dalam bidang farmasi
sebagai anti kanker, anti artritis dan analgesik di samping turut mempunyai nilai
komersil dalam industri makanan.

Isolasi senyawa Capsaicin ini dapat dilakukan dengan melakukan teknik


ekstraksi maserasi. Metode dari maserasi ini yaitu merendam sampel dengan suatu
pelarut tertentu selama 24 jam dengan temperatur kamar yang tak terkena cahaya.
Keuntungan penarikan suatu senyawa dari sampel dengan cara maserasi yaitu
dapatdilakukan modifikasi : digesti,maserasi dengan bahan pengaduk, remaserasi, dan
maserasi melingkar. Pada praktikum ini, dipilih metode maserasi karena metode ini
merupakan metode yang sederhana. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Etanol
dipilih sebagai pelarut karena etanol merupakan pelarut universal. Setelah proses
maserasi/ perendaman selesai, dilakukan penyaringan yang bertujuan untuk
menghilangkan partikel berukuran besar pada dan untuk mendapatkan ekstrak cabai
yang lebih murni.

Setelah didapatkan ekstrak cabai yang cair maka dilanjutkan dengan evaporasi
atau dikipas (diangin- anginkan) yang berfungsi untuk menguapkan sehingga akan
terpisah antara pelarut etanol yang digunakan dengan ekstrak cabai kental yang
diperoleh. Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap. Proses
penguapan ini dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak .
Dari hasil percobaan tersebut didapatkan ekstrak kental cabai. Namun pada percobaan
ini dilakukan penyaringan kembali untuk dapat memisahkan pelarut etanol dengan
ekstrak kental cabai atau bisa disebut dengan oleorosin.

Ekstrak kental cabai/ oleorosin ini kemudian di uapkan lagi dengan


menggunakan oven agar ekstrak tersebut benar benar kering sampai terbentuk Kristal.
Pengovenan dilakukan pada suhu 300C yang bertujuan untuk menjaga senyawa
capsaicin tidak rusak. Kristal yang terbentuk kemudian direkristalisasi agar diperoleh
senyawa yang terbebas dari pengotor lain. Rekristalisasi pada percobaan ini
menggunakan pelarut dietil eter dikarenakan dietil eter merupakan pelarut kristalisasi
yang bagus.

Pada percobaan ini rekristal dilakukan sebanyak 12 kali. Dengan rekristalisasi


bertahap 3 tahap yang masing- masing 5 kali lalu diuji dengan kromatografi lapis tipis.
Namun pada tahap ketiga yakni pada tahap 12 tidak terjadi rekristal hal ini disebabkan
karena Kristal capsaicin yang terbentuk sangat sedikit sehingga percobaan ini kami
lanjutkan ketahap kromatografi.
Kristal cabai dilakukan uji Kromatografi. Kromatografi yang digunakan adalah
kromatografi lapis tipis. Tujuannya adalah untuk melihat bercak noda yang dihasilkan.
Alat yang digunakan untuk analisa dengan menggunakan Kromatografi lapis tipis
dibantu dengan Lampu UV 254 dan Lampu UV 356 untuk membantu melihat spot yang
dihasilkan pada KLT. Pada proses pemisahan berdasarkan noda ini tidak hanya
dilakuakn satu kali, namun dilakukan pengulangan hingga didapatkan hasil pemisahan
KLT yang baik. Pada ekstrak, eluen yang digunakan adalah kloroform dengan nilai Rf
adalah 0,48 dengan warna spot berwarna biru dibawah sinar UV. Hasil Rf ini sesuai
dengan teori bahwa Rf capsaicin dengan menggunakan eluen kloroform adalah 0,47
(Harpenas and Dermawan, 2010). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa
hasil isolasi merupakan senyawa capsaicin.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

a. Capsaicin menyebabkan rasa terbakar atau pedas dan diproduksi sebagai


metabolit sekunder oleh cabai yang dapat menyerang fungi.
b. Metode dari maserasi ini yaitu merendam simplisia atau sampel dengan suatu
pelarut tertentu selama 24 jam dengan temperatur kamar yang tak
terkena cahaya.
c. Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
d. Kromatografi lapis tipis bertujuan untuk melihat bercak noda yang dihasilkan.
e. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah
capsaicin.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A., (2004), Kuliah Umum Purnabakti Empat Puluh Tahun dalam Kimia
Organik Bahan Alam Tumbuh – Tumbuhan Tropika Indonesia,Relokasi dan
Prospek, ITB, Bandung.
Adijuwana, Nur M.A. 1989. Teknik Spektroskopi dalam Analisis Biologi. Bogor: Pusat
Antar Universitas IPB.
Harborne, J.B. (2006). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (alih bahasa: Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro). Bandung :
Penerbit ITB.
Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul (Cabai Besar, Cabai
Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika). Penebar Swadaya, Jakarta, 108 hlm.
Nelson, E.K.; Dawson, L.E. The constitution of capsaicin, the pungent principle of
Capsicum. III. J. Am. Chem. Soc. 1923, 45, 2179-2181.
Skoog DA, West DU, Holler FJ, Crouch SR. 2004. Fundamentals of Analytical
Chemistry. Ed. ke-8. Belmont: Thomson Learning.
LAMPIRAN GAMBAR

Proses Penimbangan bubuk cabai

Proses maserasi
Proses Penyaringan

Proses pengipasan dan Evaporasi


Hasil setelah diangin-anginkan dan Evaporasi

Proses penyaringan hasil evaporasi


Poses Rekristalisasi

Hasil Rekristalisasi pada tahap 1


Hasil Rekristalisasi tahap 2

Proses KLT
Hasil KLT

Anda mungkin juga menyukai