Anda di halaman 1dari 9

METODE EKSTRAKSI DAN ANALISIS SENYAWA CAPSAICIN DARI CABAI RAWIT

(Capsicum frutescens L)

REVIEW JURNAL

Abd. Rasyid, Nabila Rahmadani, Siti Choirun Nisa, Riza Ambar Sari
Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang

ABSTRAK

Senyawa bioaktif bahan alam merupakan sumber utama pembuatan obat baru maupun sebagai
bahan tambahan makanan. Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan tanaman yang
banyak digunakan di seluruh dunia sebagai sayuran, rempah-rempah, serta sebagai zat aktif
untuk obat luar. Senyawa capsaicin merupakan senyawa yang terdapat dalam cabai rawit yang
dapat menyebabkan rasa pedas. Ekstraksi senyawa capsaicin dapat dilakukan dengan berbagai
metode, variasi pelarut organik, preparasi sampel, serta kondisi pada saat ekstraksi.
Penggunaan metode ultrasound-assisted extraction (UAE) banyak digunakan pada beberapa
tahun terakhir karena dinilai lebih efektif, membutuhkan energi yang sedikit dan waktu yang
singkat dibandingkan dengan metode tradisional seperti maserasi dan refluks. Konsentrasi
capsaicin pada cabai rawit (Capsicum frutescens L) dapat dihitung dengan teknik rekristalisasi,
metode GC-MS dan HPLC. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan metode HPLC
dianggap sebagai metode yang paling andal dan cepat untuk mengidentifikasi dan menghitung
kadar capsaicin.

Key words: Capsaicin, ekstraksi, cabai rawit, UAE, MAE, maserasi, HPLC, GC-MS

1. PENDAHULUAN petani dan pelestarian sumber daya hayati


Tanaman obat di Indonesia telah (biodiversitas) dari tanaman obat itu sendiri
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat (Djauhariya, dkk, 2009). Salah satu tanaman
sebagai bahan baku pembuatan jamu dan obat yang saat ini sedang dikembangkan
obat tradisional (Rostiana, dkk, 1994). adalah cabai. Tanaman cabai menjadi salah
Pengembangan budidaya tanaman obat satu bahan yang sering dijadikan bumbu
memiliki dampak positif bagi masyarakat pada makanan tradisional Indonesia
yaitu meningkatkan produksi, pendapatan sehingga tidak mengherankan bila volume
peredaran di pasar berada dalam jumlah Family : Solanaceae
yang besar. Data yang tercatat oleh BPS Genus : Capsicum
(2015) menunjukkan bahwa produksi cabai Species : Capsicum frutescens L.
pada tahun 2014 mengalami peningkatan Cabai rawit adalah tanaman perdu
sebesar 4,8% dan tahun 2015 yang tingginya hanya sekitar 50-135 cm.
peningkatannya sebesar 8,04% sehingga Tanaman ini tumbuh tegak lurus ke atas.
produksi cabai merah ini diperkirakan akan Akar cabai rawit merupakan akar tunggang.
terus mengalami peningkatan di tahun-tahun Akar tanaman ini umumnya berada dekat
berikutnya. dengan permukaan tanah dan melebar sejauh
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) 30-50 cm secara vertikal, akar cabai rawit
merupakan salah satu tanaman hortikultura dapat menembus tanah sampai kedalaman
dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil 30-60 cm. Batangnya kaku dan tidak
dengan rasa yang pedas. Cabai jenis ini bertrikoma. Daunnya merupakan daun
dibudidayakan oleh para petani karena tunggal yang bertangkai. Helaian daun bulat
banyak dibutuhkan masyarakat, tidak hanya telur memanjang atau bulat telur bentuk
dalam skala rumah tangga, tetapi juga lanset, dengan pangkal runcing dan ujung
digunakan dalam skala industri, dan yang menyempit (Tjandra, 2011).
dieksport ke luar negeri. Tanaman ini Buah cabai rawit mengandung zat-
mempunyai banyak manfaat terutama pada zat gizi yang cukup lengkap, yakni protein,
buahnya, yaitu sebagai bumbu masak, bahan lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor
campuran industri makanan, dan sebagai dan besi), vitamin A, B1, B2 dan C
bahan kosmetik. Selain buahnya, bagian lain (Rukmana, 2005). Cabai rawit mengandung
dari tanaman ini seperti batang, daun, dan zat oleoresin dan zat aktif capsaicin yang
akarnya juga dapat digunakan sebagai obat- dapat digunakan untuk mengobati penyakit
obatan (Ashari, 1995). rematik, obat batuk berdahak, sakit gigi,
Klasifikasi cabai rawit adalah masuk angin, asma serta mencegah infeksi
sebagai berikut : sistem pencernaan (Wijayakusuma, 1992).
Kingdom : Plantae Produk metabolit sekunder yang
Division : Magnoliophyta terdapat pada buah cabai salah satunya
Class : Magnoliopsida adalah capsaicin. Lingga (2012)
Order : Solanales menyatakan, umumnya cabai segar
mengandung 0.1-1.0% capsaisin. Capsaisin Properties Value
terdapat pada biji, kulit, dan daging buah Molecular weight 305,41 g/mol
Melting point 62 to 65C (144 to
cabai. Capsaicin merupakan kelompok 149F; 335 to
senyawa yang bertanggung jawab terhadap 338K)
Boiling point 210 to 220C (410
rasa pedas dari cabai (Sukrasmo et al. 1997). to 428F; 483 to
Zat ini tidak larut dalam air tetapi larut 493K)
Flash point 113C
dalam lemak dan mudah rusak oleh proses Stability Stable,
oksidasi. Capsaisin memiliki rumus molekul incompatible with
strong oxidizing
C18H27NO3 dengan nama IUPAC 8- agents
methyl-N-vanillyl-6-nonenamide, terdiri Solubility H2O-Insoluble;
alcohols and
dari unit vanillamin dengan asam dekanoat, organic solvents-
yang mempunyai ikatan rangkap pada rantai soluble
UVmax 227-281 nm
lurus bagian asam. Struktur Capsaisin dapat Tabel 1. Sifat Fisika Kimia Capsaisin
dilihat pada gambar 1. (Stoica dkk, 2016)

2. METODE EKSTRAKSI UNTUK


SENYAWA CAPSAISIN
Gambar 1. Struktur Capsaisin (Stoica dkk, Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
2016) kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan
Zat ini banyak digunakan sebagai pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat
biological pesticide dalam melawan dalam berbagai simplisia dapat digolongkan
serangga dan rodent. Sebagai pestisida, ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
capsaisin digunakan di dalam ruangan flavonoid, dan lain-lain. Dengan
(karpet dan furniture) dan juga di luar diketahuinya senyawa aktif yang dikandung
ruangan (lahan buah dan sayur). Selain itu simplisia akan mempermudah pemilihan
capsaisin digunakan dalam pembuatan gas pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen
air mata. Derajat kepedasan cabai POM, 2000). Macam-macam ekstraksi yang
dinyatakan dalam ppm atau ppb. Sifat fisika digunakan pada berbagai penelitian yang
kimia Capsaisin dapat dilihat pada Tabel 1. telah dilakukan yaitu.
a. Maserasi dituangi dengan 75 bagian cairan penyari,
Maserasi adalah proses ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
pengekstrakan simplisia dengan terlindung dari cahaya, sambil berulang-
menggunakan pelarut dengan beberapa kali ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas
pengocokan dan pengadukan pada diperas.Pada ampas ditambahkan cairan penyari
temperature ruangan kamar. Secara secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga
tekhnologi termasuk ekstraksi dengan diperoleh seluruh sari sebanyak 100
prinsip metode pencapaian konsentrasi bagian. Bejana ditutup, dibiarkan
pada keseimbangan. Maserasi digunakan ditempatsejuk, terlindung dari cahaya, selama 2
untuk penyarian simplisia yang mengandung hari kemudian endapan dipisahkan. Pengadukan
zat aktif yang mudah Larut dalam cairan pada proses maserasi dapat menjamin pada
penyari, tidak mengandung zat yang mudah keseimbangan keseimbangan konsentrasi
mengembang dalam cairan penyari, bahan yang diekstraksi lebih cepat
tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain- didalam cairan penyari. Hasil penyarian
lain. dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama
Maserasi dilakukan dengan waktu tertentu. Hal inidilakukan untuk
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan
Cairan penyari yang digunakan dapat berupaair, tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari, seperti:
etanol, air-etanol, atau pelarut lain. (Sidik dan malam dan lain-lain. (Sarwi. 2010).
Mudahar, 2000). Cairan penyari akan b. Reflux
menembus dinding sel dan masuk ke dalam Refluks adalah ekstraksi dengan
rongga sel yang mengandung zat aktif. pelarut pada temperatur titik didihnya,
Zat aktif akan larut dan karena adanya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif terbatas yang relatif konstan dengan adanya
didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat pendingin balik. Refluks adalah teknik yang
akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga melibatkan kondensasi uap dan kembali
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan kondensat ini ke sistem dari mana ia berasal.
diluar sel dan di dalam sel. Pada umumnya maserasi Hal ini digunakan dalam industri dan
dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan laboratorium distilasi. Hal ini juga
derajat kehalusan yang cocok, digunakan dalam kimia untuk memasok
dimasukkan kedalam bejana kemudian energi untuk reaksi-reaksi selama jangka
waktu yang panjang. Campuran reaksi cair yang digunakan sebagai pengganti sokletasi
ditempatkan dalam sebuah wadah terbuka adalah pengekstrakan berulangulang
hanya di bagian atas. (continous extraction) dari sampel pelarut
Prinsip kerja pada metode refluks (Rahman, 2012).
yaitu penarikan komponen kimia yang Soxhletasi merupakan penyarian
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan simplisia secara berkesinambungan, cairan
ke dalam labu alas bulat bersama-sama penyari dipanaskan sehingga menguap, uap
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap- cairan penyari terkondensasi menjadi
uap cairan penyari terkondensasi pada molekul-molekul air oleh pendingin balik
kondensor bola menjadi molekul-molekul dan turun menyari simplisia dalam klonsong
cairan penyari yang akan turun kembali dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
menuju labu alas bulat, akan menyari labu alas bulat setelah melewati pipa sifon
kembali sampel yang berada pada labu alas (Rene,2011).
bulat, demikian seterusnya berlangsung Metode ekstraksi soxhlet adalah
secara berkesinambungan sampai penyarian metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan
sempurna, penggantian pelarut dilakukan dan perendaman sampel. Hal itu
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang menyebabkan terjadinya pemecahan dinding
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dan membran sel akibat perbedaan tekanan
(Akhyar,2010). antara di dalam dan di luar sel. Dengan
c. Soxhletasi demikian, metabolit sekunder yang ada di
Soxhletasi adalah suatu metode dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam
pemisahan suatu komponen yang terdapat pelarut organik. Larutan itu kemudian
dalam sampel padat dengan cara penyarian menguap ke atas dan melewati pendingin
berulang ulang dengan pelarut yang sama, udara yang akan mengembunkan uap
sehingga semua komponen yang diinginkan tersebut menjadi tetesan yang akan
dalam sampel terisolasi dengan sempurna. terkumpul kembali. Bila larutan melewati
Pelarut yang digunakan ada 2 jenis, yaitu batas lubang pipa samping soxhlet maka
heksana (C6H14) untuk sampel kering dan akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang
metanol (CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, berulang itulah yang menghasilkan ekstrak
pelarut yang dugunakan tergantung dari yang baik (Departemen Kesehatan RI,
sampel alam yang digunakan. Nama lain 2006).
3. TAHAPAN PENELITIAN bersih kemudian dikering anginkan dalam
a. Metode Maserasi
ruangan terbuka selama 2 minggu. Setelah
Menurut penelitian yang dilakukan
kering sampel dihaluskan dengan alat
Dewi, dkk (2012) dengan judul Optimasi
blender, hasilnya diayak dengan ayakan 65
Ekstraksi Oleoresin Cabai Rawit Hijau
mesh. Setelah proses preparasi selesai baru
(Capsicum frutescens L.) dengan Metode
dilakukan proses isolasi dengan cara
Maserasi dilakukan proses preparasi
sebanyak 100 g serbuk cabai rawit
sampel sebelum dilakukan ekstraksi.
dimasukkan ke dalam labu bulat
Pertama cabai segar diblanching terlebih
berkapasitas 500 mL dan ditambahkan
dahulu dalam 0,05% sodium metabisulfit
dengan pelarut kloroform sambil diaduk
(Na2S2O5). Kemudian dilakukan
dengan magnetic stirrer, kemudian direfluks
pengeringan dan penepungan dengan variasi
selama 8 jam pada suhu 60 . Hasil ekstrak
ukuran 20, 50 ,dan 80 mesh. Pelarut yang
disaring dengan corong dan residunya dicuci
digunakan untuk ekstraksi adalah etanol
kembali dengan kloroform lalu disaring.
70% dengan perbandingan 1 : 6. Kemudian
Seluruh filtrat yang diperoleh, dievaporasi
baru dilakukan proses ekstraksi, diimana,
untuk memisahkan pelarut kloroform
proses ekstraksi cabai rawit hijau dilakukan
sehinggan diperoleh ekstrak cabai rawit.
dengan cara maserasi dengan menggunakan
variasi suhu (60C, 70C, dan 80C) dan
c. Metode microwave-assisted extraction
waktu kontak (3, 4, dan 5 jam). Pembuatan
(MAE) dan ultrasonic-assisted
sampel mengikuti desain penelitian
extraction (UAE)
menggunakan pendekatan Box-Behnken. Microwave-assisted extraction (MAE)
(diulang sebanyak 2 kali). dan ultrasound-assisted extraction (UAE)
adalah teknik terbaru yang
b. Metode Reflux mengkombinasikan gelombang mikro dan
Pada penelitian yang dilakukan ultrasonik, berturut-turut dengan ekstraksi
Thaib, dkk (2015) dengan judul Isolasi pelarut tradisional untuk mengekstrak
Capsaicin dari Oleoresin Cabai Rawit capsaicinoid.
Chuichulcherm, dkk (2013)
(Capsicum frutescens l.) proses ekstraksi
mengekstraksi capsaicin dari cabai rawit
dimulai dengan preparasi sampel yaitu buah
kering (Capsicum frutescens L.) dengan dua
cabai rawit segar yang diperoleh, dicuci
metode berbeda microwave-assisted
extraction (MAE) dan ultrasonic-assisted atm. Hasil ekstraksi kemudian dituang
extraction (UAE), keduanya dikombinasikan pada cawan petri dan di oven selama 5 jam
dengan metode soxhletasi dengan pelarut dengan suhu 60C untuk menghilangkan
metanol. Kondisi optimal metode UAE pelarut etanol, setelah itu ekstrak yang
membutuhkan waktu ekstraksi 20 menit telah didapatkan disaring. Hasil penelitian
dengan energi 102 kJ, sedangkan metode ini menunjukkan bahwa waktu optimal
MAE membutuhkan waktu 20 menit dengan ekstraksi capsaicin dari cabai rawit
energi 384 kJ. Chuichulcherm, dkk (2013) (Capsicum frutescens L.) menggunakan
menyimpulkan bahwa metode optimum USE-MD selama 30 menit dan
untuk ekstraksi capsaicinoid dari Capsicum memberikan rendemen sebesar 2,795%,
frutescens L. adalah metode UAE, meskipun sedangkan dengan metode ME-MD
capsaicin yang didapatkan dari metode memberikan waktu optimal 40 menit
MAE dan UAE secara berturut-turut sebesar dengan rendemen sebesar 2,568%,
5,28 dan 4,01 mg/g dari cabai kering. berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa
Metode UAE hanya membutuhkan energi metode USE-MD lebih baik, selain itu
yang sedikit dan dinilai sebagai metode yang energi yang dibutuhkan lebih sedikit dan
cocok. telah dievaluasi sebagai metode yang ideal.
Penelitian lain yang dilakukan
4. HASIL DAN ANALISIS SENYAWA
Pradana, dkk (2017) tentang perbandingan
Beberapa dekade terakhir telah
metode ekstraksi capsaicin dari cabai rawit
terjadi peningkatan tuntutan metode analisis
(Capsicum frutescens) menggunakan
baru yang lebih andal dan akurat dengan
Ultrasonic Extraction Microwave
waktu operasional yang singkat dan biaya
Distillation (USE-MD) dan Maceration
yang rendah serta penggunaan zat berbahaya
Extraction Microwave Distillation (ME-
yang dapat diminimalkan (Pena-Alvarez,
MD). Sebanyak 20 gram cabai rawit
dkk, 2009).
diekstraksi dengan 500 ml etanol 96%
Pada penelitian yang dilakukan
menggunakan metode maserasi dan
Dewi, dkk (2012) dengan judul Optimasi
ultrasonik dengan variasi waktu. Ekstraksi
Ekstraksi Oleoresin Cabai Rawit Hijau
kemudian dilanjutkan dengan metode
(Capsicum frutescens L.) dengan metode
destilasi menggunakan microwave selama
Maserasi melakukan optimasi rendeman
30 menit pada suhu 78C dan tekanan 1
untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang
optimum. Pada sampel pertama digunakan Metode High Performance Liquid
alat mesh sebesar 80 mesh, suhu yang Chromatography (HPLC) dianggap sebagai
digunakan 3C selama 7,5 jam, kemudian metode yang paling akurat dan andal untuk
sampel kedua digunakan mesh sebesar 60 menentukan senyawa capsaicinoid.
mesh dengan suhu 67C selama 4 jam. Chuichulcherm, dkk (2013) menggunakan
Hasil ekstraksi dengan metode maserasi metode Taguchi untuk pengendalian
yang didapatkan tersebut kemudian di kualitas. Metode Taguchi merupakan suatu
analisis menggunakan GC-MS, dan kadar metodologi baru dalam bidang teknik yang
capsaisin paling besar adalah pada sampel bertujuan untuk memperbaiki kualitas
pertama (80 mesh, 3 derajat celcius selama produk dan proses dalam waktu yang
7,5 jam) yaitu sebesar 30,3173%. bersamaan, menekan biaya dan sumber daya
Penelitian yang dilakukan Thaib, dkk seminimal mungkin (Soejanto, 2009). Hasil
(2015) ekstrak pekat yang telah didapatkan menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk
ditambahkan dengan dietil eter kemudian purifikasi capsaicin yaitu dengan
dikocok dan didinginkan dalam pecahan es menggunakan pelarut etanol-air (40:60),
lalu didiamkan sampai terbentuk kristal. tinggi alas 25 cm, dan laju alir 2,5 ml/menit.
Kristal yang diperoleh disaring, dikeringkan Purifikasi dilanjutkan dengan metode HPLC
dalam desikator. Untuk mengurangi dengan spesifikasi yang telah diperoleh
pengotor yang ada pada kristal dilakukan untuk menentukan konsentrasi capsaicin..
rekristalisasi dengan menggunakan etanol,
Pradana, dkk (2017), memilih
kemudian kristal tersebut ditimbang. Hasil
metode HPLC untuk memisahkan,
ekstraksi diperoleh oleoresin sebanyak 39,4
mengidentifikasi, dan menghitung kadar
g (39,4%) dan kristal capsaicin sebanyak 0,5
capsaicin dari cabai rawit (Capsicum
g (0,5%). Kristal yang diperoleh berupa
frutescens L.). fase gerak yang digunakan
kristal tidak berwarna (bening) dengan titik
yaitu asam asetat 1% : asetinitril (1:1) dan
leleh 66 dan indeks bias 1,4694. Data
laju alir 1,5 ml/menit. Hasil kromatogram
spektrofotometer inframerah diduga
menunjukkan bahwa konsentrasi capsaicin
menunjukkan gugus fungsi yang khas dari
menggunakan metode USE-MD sekitar
senyawa capsaicin, yaitu dengan adanya
0,2940,02% b/b, sedangkan metode ME-
gugus OH, -NH, -CH2, -CH3, C=C, C=O
MD hanya memberikan konsentrasi
dan O-CH3.
capsaicin sekitar 0,285 0,02% b/b.
4. KESIMPULAN

5. DAFTAR PUSTAKA
Chuichulcherm, S., Prommakort S.,
Srinophakun P., Thanapimmetha A.,
2013. Optimization of capsaicin
purification from Capsicum
frutescens Linn with column
chromatography using Taguchi
design. Industrial Crops and
Products, 44: 473-479.
Pena-Alvarez A., Ramrez-Mayae E.,
Alvarado-Surez L.A., 2009.
Analysis Of Capsaicin And
Dihydrocapsaicin In Peppers And
Pepper Sauces By Solid Phase
Microextraction-Gas
Chromatography-Mass
Spectrometry, Journal of
Chromatography, 1216: 2843-2847.
Pradana, A.F.P., Khoirul, M. D., Septian, A.
2017. The Effectiveness Test of
Ultrasonic Extraction Microwave
Distillation (USE-MD) Method in
Capsaicin Extraction. IPTEK,
Journal of Engineering, 3 (1): 6-10.
Soejanto, Irwan. 2009. Desain Eksperimen
dengan Metode Taguchi, Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai