Anda di halaman 1dari 3

Bahwa hal yang dapat diterima oleh semua belah pihak tentang ijma' itu ialah bila ia diartikan

dengan
tidak adanya pendapat lain yang menyalahinya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa ijma' itu dapat
terjadi sepanjang tidak ditolak oleh ulama lainnya. Kehujjahan lima? Sebagai Dalil Berbagai pandangan
yang muncul di kalangan ulama ushul baik klasik maupun kontemporer, bahwa ijma' merupakan salah
satu dalil hukum. Mustafa Said al-Khindico menyebutkan bahwa ijma, itu salah satu dari sumber hukum
syara meskipun sebagian menolaknya.

Pernyataan Said al-Khind di atas menunjukkan bahwa ijma' menempati posisi tersendiri sebagai dalil
hukum Syaban Muhammad Ismail menyebutkan ijma' menempati urutan ketiga setelah al-Quran dan
sunnah serta merupakan salah satu dari dalil hukum syara'. Kehujahan ijma' ini menempati tima sarilh
dan ijma' sukuti.

Qiyas

Dalil keempat yang disepakati adalah qiyas atau anakd piyas menurut bahasa berarti mengukur sesuatu
den sesuatu yang lain untuk diketahui adanya persamaan antara keduanya Menurut istilah Ushul Fiqh
seperti dikemukakan oleh Wahbah az-Zuhaili adalah Menghubungkan (menyamakan hukum sesuatu
yang tidak ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang ada ketentuan hukumnya karena ada
persamaan 'illat antara keduanya. elyas adalah salah satu kegiatan ijtilad yang tidak di- tegaskan dalam
Al-Quran dan Sunnah. Adapun giyasdilakukan seorang mujtahid dengan meneliti alasan logis (illat) dari
ru musan hukum itu dan setelah itu diteliti pula keberadaan illat yang sama pada masalah lain yang tidak
termaktub dalam Al Quran atau Sunnah Rasulullah. Bilabenar ada kesamaan illat- nya, maka kerus
dugaan lahrwa laukumnya juga sama. Begitulah dilakukan pada setiap praktik qiyas.

Rukun qiyas Dari pengertian qius yang dikemukakan di atas dapat disimpul- kan bahwa unsur pokok
(rukun) qias terdiri atas empat unsur yang

l. Ashl (pokok), yaitu suatu peristivwa yang sudah ada nash-nva vang dijadikan tempat meng-gisias-kan.
Ini berdasarkan pengertian ashl menurut fuqaha. Sedangkan ashl menurut hukum teolog adalah suatu
nash syura yang menunjukkan ketentuan hukum, dengan kata lain, suatu nash yang menjadi dasar
hukum. Ashl itu disebut juga magis alaih (yang dijadikan tempat meng gius-kan malmul alaih (tempat
membandingkan), atau musyabbah bih (tempat menyerupakan).

Far u (cabang) yaitu peristiwa yang tidak ada nash-nya. Farru itulah yang dikehendaki untuk disamakan
hukumnya dengan ashl. la disebut juga magis (yang dianalogikan) dan nnusyahbah (yang diserupakan)
Hukum Ashl, yaitu hukum sara yang ditetapkan oleh suatu nash Illat, yaitu suatu sifat yang terdapat pada
ashl Dengan adanya sifat itulah, ashl mempunyai suatu hukum. Dan dengan sifat itu pula, terdapat
cabang, sehingga hukum cabang itu disamakanlah dengan hukum ashl. Qiyas sebagai Sandaran Ijma'
Para ulama berbeda pendapat tentang lias apabila dijadikan sandaran ijma Di antara mereka ada yang
mengatakan bahwa qias itu tidak sah dijadikan dasar ijma Dengan argumen bahwa ijma itu gauh i,
sedangkan dalil qijas adalah :hanmi. Menurut kaidah, yang qath i itu sah didasarkan pada yang zhanni.

Kehujjahan qiyas
Dari sejumlah literature, ditemukan bahwa paling tidak terdapat tiga kelompok ulama yang berbeda
pendapat tentang keberadaan yas dan kehujahannya sebagai dalil hukum. Kelompok pertama,
mengatakan bahwa giyas adalah dalil dan sumber hukum. Dalam catatan zaky a Din Sya bana kelompok
pertama ini menyatakan bahwa para fuqaha' (ulama) telah sepakat di mana qiyas

merupakan salah satu pokok atau dasar tasyri' dan dalil hukum syariah. Pandangan kelompok pertama
ini melahirkan sikap dan dianut oleh mayoritas ulama adalah dalil hukum dan karenanya ia bahwa givas
menjadi hujjah Syar t. Dan kelompok pertama ini dikenal dengan sebutan musbit al qiyas yaitu kelompok
pendukung giyas. Adapun alasan kelompok ini, bahwa qiyas adalah dalil dan sumber hukum adalah
sebagai berikut

Kelompok kedua ialah kelompok yang menolak keber adaan qiyas sebagai dalil dan hujjah syariyah.
Kelompok ini dikenal dengan sebutan nufat al-Qiyas (aa Juan). Kelompok ini terdiri dari al-Nazm dan
peng ikutnya dari kalangan Mu'tazilah, Daud zahrini, ibn Hazm dan sebagian kaum Syiah Ibn Hazm
menyata- kan dengan tegas penolakannya berhujjah dengan rayu dan hanya berhujah pada nash Al-
Quran dan Sunnah dengan memperhatikan makna lahirlah (zahirnya saja Menurutnya, karena qiyas
adalah bagian dari dan ber pijak pada ray, maka yang demikian tidak dapat diterima sebagai dalil dan
hujjah a Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk menolak

kitab ayas hujjah syariyah. Kelompok ketiga, adalah kelompok yang berlawanan dengan dua kelompok
yang telah disebutkan di atas. Kelompok ketiga ini, yang kelihatannya ingin mendudukkan keberadaan
pada posisinya dalam hukum Islam. Al-Ghazali misalnya, mengatakan bahwa qiyas adalah seuiah cara
dalam menghasilkan hukum dari penalaran teks nash, melalui analogi Pernyataan Al-Ghazali ini
memberikan indikasi bahwa qiyas bukanlah dalil hukum. Lebih jelas lagi dalam al mustafa l-Ghazali
memang tidak memasukkan

dalam tertib urutan dalil sebagaimana terlihat kalangan mayoritas ulama mazhab Bagi AHCh yang
termasuk dalil hukum (isa )ialah melipus Al-Qur'an sunnah, ijma', al-lstishab Qaul Salabial. dan al stislah,
Empat yang disebutkan terakhir dinyatakan oleh Al-Ghazali sebagai dalil akala Sementara itu giyas
ditempatkan dalam satu kel dengan langkah-langkah yang ditempuh untuk meng hasilkan suatu
ketentuan hukum dari berbagai dalilnya.

Mayoritas ulama ushul (fuqaha) menyatakan bahwa adalah dalil hukum. Sebab, nyatanya dalam
sistematika whal mereka, qiyas dikelompokkan dalam urutan dalil dan menempati posisi keempat
sesudah AlQur'an sunnah, dan lima Dengan menyatakan qiyas sebagai dalil seberamya tidak bisa berdiri
sendiri, karena ia harus berpijak pada nash Al-Quran dan sunnah atau lima.

Macam qiyas effendi

seperti dikemukakan dari segi bandingan antara illat yang terdapat pada ash poko dan yang terdapirpali
cabang. qHyai menjadi tiga macam ly oiyas Aula, yaitu bahwa illat yang te pada for (cabang) lebih utama
daripada 'illat yang terdapat pada ashal (pokok). Misalnya, men-giyas-kan hukum haraa memukul kedua
orang tua kepada hukum haram menor. takan "Ah yang terdapat dalam ayat 23 Surat al-1sra maka sekali
kalijanganlah kamu mengatakan kepada keduana perkataan "al". (OS. al-Israal17:23) karena alasan (ulat)
sama-sama menyakiti orang tua. Namun, tindakan memukul yang dalam hal ini adalah cabang (faru)
lebih menyakiti orangtua sehingga hukum nya lebih berat dibandingkan dengan haram mengatakan "Ah
yang ada pada ashal. 2) Qiyan Musarci, yaitu qiyas di mana 'illat yang te pada cabang (far u) sama
bobotnya dengan bobot illat yang terdapat pada ahol (pokok). Misalnya, ulat hukua haram membakar
harta anak yatim yang dalam hal ini adalah cabang sama bobot illat haramnya dengan tindakan

3) Qiyas al-Adna, yaitu qiyas di mana illat yang terdapat pada ar u (cabang) lebih rendah bobotnya
dibandingkan dengan illat yang terdapat dala ashal (pokok). Misalny sifat memabukkan yang terdapat
dalam minuman keras ur bir umpamanya lebih rendah dari sifat memabukkan yang terdapat pada
minuman keras khamar yang diharamkan dalam ayat

meskipun pada ashal dan cabang sama-sama terdapat sifat memabukkan sehingga dapat diberlakukan
qiyas. Sedangkan dilihat dari segi jelas atau tidak jelasnya illat sebagai landasan hukum, seperti
dikemukakan Wahbah az- Zuhaili, qiyas dapat dibagi dua:

l) Qiyas Jali, yaitu qiyas yang didasarkan atas illat yang ditegaskan dalam Al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah, atau tidak disebutkan secara tegas dalam salah satu sumber tersebut, tetapi berdasarkan
penelitian kuat dugan bahwa tidak ada alat-nya. Misalnya, men-giyas-kan memukul dua orang tua
kepada larangan mengatakan kata Ah seperti dalam contohqiyas aula tersebut diatas, Qiyas jali, seperti
dikemukakan Wahbah az zuhaili,mencakup apa yang di sebut dengan qiyas awla dan qiyas musauci
dalam pem bagian pertama di atas tadi. Khafi, yaitu giyas yang didasarkan atas 'illat yang di istinbat-kan
dari hukum Misalnya, men- qiyas kan pembunuhan dengan memakai kepada pembunuhan dengan
bendhajam disebabkan i persamaan illat yaitu adanya kesengagandanpe musuhan pada pembunuhan
dengan benda tumpul se- Bagaimana terdapat pada pembunuhan dengan benda tajam.

Anda mungkin juga menyukai