Resume Qiyas
Resume Qiyas
NIM : 2103020123
KELAS : HTN 1E
TUGAS : RESUME PENGERTIAN QIYAS,RUKUN QIYAS DAN
KEHUJAANNYA.
1.Pengertian Qiyas
Kias adalah penetapan suatu hukum dan perkara baru yang belum ada pada masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Qiyas adalah satu dari empat sumber
hukum Islam yang disepakati para ulama. Dalam hal ini, qiyas menempati posisi keempat,
setelah Al Quran, hadits, dan ijma.
Secara bahasa, kata qiyas ( ) قياسberasal dari akar kata qaasa-yaqishu-qiyaasan ()قياسا يقيس قاس
yang artinya pengukuran. Para ulama ushul fiqih mendefinisikan qiyas dalam redaksi yang
beragam namun memiliki makna yang sama.
Menurut istilah qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak memiliki nash hukum dengan
sesuatu yang ada nash hukum berdasarkan kesamaan illat atau kemaslahatan yang
diperhatikan syara. Qiyas juga dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan padanan suatu
hukum terhadap hukum lain
•Rukun Qiyas
Biar qiyas bisa terjadi, menurut para ulama ushul, qiyas itu memerlukan empat unsur utama.
Empat unsur ini sering juga disebut dengan rukun :
1.Al-Ashlu,Para fuqaha mendefinisikan al-ashlu ( )األصلsebagai hukum yang sudah jelas
dengan didasarkan pada nash yang jelas.
Dalam contoh di atas, air perasan buah kurma dan anggur termasuk contoh al-ashlu. Sebab
pada waktu turunnya ayat haramnya khamar, keduanya adalah khamar yang dikenal di masa
itu.
1. Al-Far’u
Makna al-far’u ( )الفرعadalah cabang, sebagai lawan kata dari al-ashlu di atas. Yang dimaksud
dengan al-far’u adalah suatu masalah yang tidak ditemukan nash hukumnya di dalam Al-
Quran atau As-Sunnah secara eksplisit.
Dalam contoh kasus khamar di atas, yang menjadi al-far’u adalah an-nabidz, yaitu perasan
dari selain kurma dan anggur, yang diproses menjadi khamar dengan pengaruh memabukkan.
2. Al-Hukmu
Yang dimaksud dengan al-hukmu ( )الحكمadalah hukum syar’i yang ada dalam nash, dimana
hukum itu tersemat pada al-ashlu di atas. Maksudnya, perasan.
3. Al-‘Illat
Yang dimaksud dengan al-‘illat ( )العلةadalah kesamaan sifat hukum yang terdapat dalam al-
ashlu (( األصلdan juga pada al-far’u ()العلة.
Dalam contoh di atas, ‘illat adalah benang merah yang menjadi penghubung antara hukum air
perasan buah anggur dan buah kurma dengan air perasan dari semua buah-buahan lainnya,
dimana keduanya sama-sama memabukkan.
Kehujjahan Qiyas:
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan berhujjah dengan qiyas dalam hukum-
hukum syariat atau agama, diantarannya, yaitu:
Jumhur ulama ushul, mereka tetapa menganggap qiyas sebagai dalil istinbath hukum-hukum
syara’ (agama). Allah SWT berfirman dalam Al-qur'an surah Al-hasyr ayat 2, yang Artinya:
"Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai
pikiran".
Sebagiam ulama Syi’ah dan segolongan dari mu’tazilah seperti An-Nazzam juga ulama
dzaririyah tidak mengakui qiyas sebagai hujjah. Alasannya adalah: "Semua peristiwa sudah
ada ketentuannya dalam Al-qur’an dan sunnah baik yang ditunjukkan nash dengan kata-
katanya atau tidak seperti isyarat nash (hukum yang tersirat) atau yang menunjukkan nash.
Karena itu kita tidak memerlukan qiyas sebagai hujjah.
Al-Quffalusysyasyi, dari segolongan syafi’iyah dan Abu Halsan Al Bashri dari golongan
Mu’tazilah. Keduanya berpendapat bahwa penetapan hukum melalui qiyas wajib kita
kerjakan baik secara agama maupun syari’at. mazhab ini sama dengan alasan mazhab yang
pertama tadi, yakni berdasarkan pada dalil-dalil dan dialog Mu’adz dengan Rasul sewaktu
akan dikirim oleh Rasul untuk menjadi qadhi di yaman.