Anda di halaman 1dari 23

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar kimia berupa RPP,

Bahan Ajar dan Tes keerampilan berfikir kriis dan liersai sains dengan bahan ajar

pada materi untuk siswa SMA Negeri pada kelas XI. Kualitas produk yang

dikembangkan dinilai berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

Prosedur pengembangan pembelajaran matematika mengacu pada model

pengembangan 4-D, yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop

(Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran). Karena keterbatasan peneliti,

penelitian dilakukan hingga tahap develop. Subjek Penelitian ini adalah siswa

kelas XI SMA Negeri . Instrumen yang digunakan untuk mengukur. yang

dikembangkan adalah lembar penilaian RPP, Bahan Ajar dan Tes keerampilan

berfikir kriis dan lierasi sains siswa menggunakan es dan angke unuk lierasi sains

untuk mengukur kevalidan dan angket respon siswa keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran untuk mengukur kepraktisan, tes hasil belajar mengukur

keefektifan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan merupakan proses rekayasa atau modivikasi dari

serangkaian unsur yang disusun bersama-sama untuk membentuk suatu

produk (Pryanto et al, 2009). Produk yang dihasilkan dapat memberikan

manfaat dan inovasi baru dalam kehidupan bersama. Inovasi baru

diperlukan juga dalam dunia pendidikan. Inovasi dalam pendidikan

diperlukan untuk mendorong pendidikan lebih maju lagi. Salah satu

inovasinya yaitu pengembangan bahan ajar. Bahan ajar merupakan materi

yang harus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan

perkembangan masyarakat,dan mampu merespon setiap perubahan dan

mengantisipasi setiap perkembangannya (Siregar et al, 2018). Dalam

pengembangan bahan ajar diperlukan juga pendekatan atau model untuk

membantu menunjang pembelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam

mengembangkan bahan ajar adalah brain based learning.

Pendekatan Brain Based Learning merupakan pendekatan

pembelajaran yang dibentuk atau digunakan untuk menyeimbangkan cara

kerja otak (Jensen, 2008:12). Penyeimbangan cara kerja otak diperlukan agar

pembelajaran bermakna dan dapat memberikan daya ingat dalam jangka

panjang. Pembelajaran bermakna dan diingat jangka panjang dapat dilakukan

dengan membuat proses pembelajaran menyenangkan. Pembelajaran


menyenangkan dapat dilakukan dengan membuat aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa yang aktif diperlukan dalam pembelajaran sains yang

salah satunya pembelajaran kimia. Pembelajaran kimia menekankan pada

cara siswa menguasai konsep-konsep dan bukan menghafal fakta satu sama

lain (Andrianie et al, 2018). Dalam menguasai konsep kimia siswa harus

terampil berfikir kritis terkait tentang fenomena kimia dalam kehidupan.

Ketermpilan berfikir kritis merupakan keterampilan abad xxi yang

menutut siswa untuk memberikan pandangan terkait fenomena atau kejadian

(Redhana, 2019). Pendangan terkait fenomena ini akan membuat siswa

melatih cara kerja otak untuk dapat mengkritisi kejadian dalam kehidupan

sehari- hari. Mengkritisi fenomena dalam kehidupan dapat melatih

keterampilan literasi sains siswa.

Pada PISA 2000 rata-rata nilai komponen literasi sains anak Indonesia

adalah 393 berada di bawah skala kemampuan yang menempatkan Indonesia

pada peringkat ke-38 dari 41 negara di bawah negara Thailand yang memiliki

rata-rata nilai 436 menempati posisi ke-32. Pada tingkat kemampuan ini siswa

umumnya hanya mampu mengingat fakta, terminologi dan hukum sains serta

menggunakan pengetahuan sains yang bersifat umum dalam mengambil dan

mengevaluasi kesimpulan (Hayat, 2003). Menurut Darliana (2005) kelemahan

pembelajaran IPA di Indonesia terutama terletak pada pengetahuan mengenai

bagaimana keterampilan proses dilaksanakan dan orientasi pembelajaran IPA.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Pengembangkan bahan ajar kimia dengan


pendekatan Brain Based Learning untuk meningkatkan keterampilan berfikir

kritis dan literasi sains peserta didik kelas XI SMA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kelayakan dan kepraktisan bahan ajar kimia dengan

pendekatan brain based learning yang dihasilkan?

2. Bagaimana keefekifan bahan ajar kimia dengan pendekatan brain based

learning dalam meningkatkan literasi sains dan keterampilan berfikir kritis

peserta didik?

3. Bagaimana keefekifan bahan ajar kimia dengan pendekatan brain based

learning dalam meningkatkan literasi sains peserta didik?

C. Tujuan

1. Menghasilkan dan menguji kelayakan bahan ajar kimia dengan pendekatan

brain based learning yang dihasilkan

2. Mengukur kepraktisan dan keefektifan pembelajaran mengguunakan

bahan ajar kimia dengan pendekatan brain based learning dalam

meningkatkan literasi sains dan keterampilan berfikir kritis dan literasi

sains peserta didik

D. Batasan Masalah

Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA.

2. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model brain based

learning.
3. Penelitian ini mengunakan bahan ajar pada materi asam basa.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini adalah pembelajaran

kimia, siswa dalam mengikuti pembelajaran kimia dengan menggunakan

bahan ajar asam basa siswa lebih bersemangat dan termotivasi dalam

proses belajar dalam bahan ajar statistika dapat membangkitkan perhatian

dan minta siswa untuk membaca.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara

sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan

atau suasana yang mendorong siswa untuk belajar (Prastowo, 2012).

Bahan ajar penting digunakan dalam pembelajaran, dengan menggunakan

bahan ajar lebih menekankan pada aktivitas siswa di banding guru

(Setyowati, 2013). Bahan ajar memiliki arti yang sangat penting dalam

proses pembelajaran. Salah satu manfaat penggunaan bahan ajar adalah

dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran serta memperbaiki kualitas

pembelajaran, terutama pada Kurikulum 2013.

Bahan ajar merupakan salah satu bagian penting dalam proses

pembelajaran. Sebagaimana Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa bahan

ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan

sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus

maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

pembelajaran.

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide

dalam memandang suatu masalah (Sanjaya, 2008). Jadi, pendekatan adalah

sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang masih umum kemudian


dikuatkan menggunakan model dan metode pembelajaran yang sesuai.

Pendekatan pembelajaran dikolompokan menjadi dua yaitu pendekatan

kontekstual dan pendekatan konvensional atau tradisional.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang beorientasi atau

berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan

pembelajaran yang beorientasi atau berpusat pada guru (teachercentered

approach). Dilihat dari pendekatannya, pembeajran terhadap dua jenis

pendektannya, yaitu: (1) pendekatan pembelajran yang berorientasi atau

berpusat pada siswa ( student centered approach) dan (2) pendekatan

pembelajran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered

approach).

3. Brain Based Learning

Penggunaan model pembelajaran Brain Based Learning pada

pendidikan formal diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar,

memaksimalkan motivasi belajar dan diupayakan merupakan salah satu

strategi pembelajaran formal yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa

serta meningkatkan prestasi siswa sebagai acuan optimasi pembentukan

karakter.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Brain Based

Learning (Jensen, 2008) adalah pembelajaran yang diselenggarakan

dengan cara otak yang didesain secara ilmiah untuk belajar. Sejalan

dengan hal tersebut (Sapa’at, 2009) juga mengungkapkan bahwa Brain


Based Learning (BBL) menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan

pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak

siswa.

Menurut sapa’at dalam Akbar (2008) potensi otak siswa yang

tidak terbatas dapat dioptimalkan dengan merancang pembelajaran yang

memadukan seluruh fungsi otak dalam belajar. Namun sangat

disayangkan, potensi otak kita sebagai modalitas utama tidak diberdayakan

secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang mengoptimalkan

kerja otak serta diperkirakan dapat meningkatakan hasil belajar, yaitu

model pembelajaran Brain Based Learning.

Menurut Jensen (2011) “Brain Based Learning adalah pendidikan

berbasis-otak yaitu belajar sesuai dengan cara otak dirancang secara

alamiah untuk belajar”. Prinsip-prinsip pembelajaran Brain Based

Learning adalah (a) Otak adalah prosesor parallel, yang berarti dapat

melakukan beberapa kegiatan sekaligus, seperti rasa dan bau, (b) Belajar

melibatkan seluruh fisiologi, (c) Pencarian makna adalah bawaan, (d)

Pencarian makna dating melalui pola,(e) Emosi sangat penting untuk pola,

(f) Keseluruhan proses otak dan bagian-bagian secara bersamaan, (g)

Belajar melibatkan kedua memusatkan perhatian dan perifer persepsi, (h)

Belajar melibatkan kedua proses sadar dan tak sadar, (i) Otak memiliki

dua jenis memori: special dan hafalan, (j) Otak memahami fakta terbaik

ketika tertanam di alam, memori special, (k) Belajar ditingkatkan oleh


dihambat oleh tantangan dan ancaman, dan (l) Setiap otak adalah unik

(Jensen, 2009).

a. Tahapan pembelajaran Brain Based Learning

Eric Jensen (dalam bukunya Brain Based Learning)

mengungkapkan ada tujuh tahap garis besar perencanaan berbaris

kemampuan otak (BBL), yaitu:

1. Pra-pemaparan, yakni tahap ini memberikan otak suatu tinjauan

atas pembelajaran baru sebelum benar-benar digali.

2. Persiapan, yakni tahap menciptakan keingintahuan atau

kesenangan atau “mengatur kondisi antisipatif”.

3. Inisiasi dan Akuisisi, tahap memberikan pembenaman atau tahap

penciptaan koneksi (saraf-saraf saling komunikasi satu sama lain).

4. Elaborasi, adalah tahap pemprosesan informasi. Pada tahap ini

memastikan peserta didik tidak membuang fakta-fakta yang

dihafalkan, melainkan mengembangkan jalur saraf yang kompleks

yang menghubungkan koneksi subjek-subjek pelajaran dengan

cara bermakna.

5. Inkubasi dan memasukan memori, tahap ini menenangkan

pentingnnya waktu istirahat dan waktu untuk mengulang

kembali/tinjauan.

6. Verifikasi dan pengecekan keyakinan, tahap ini guru mengecek

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.


7. Perayaan dan integrasi, tahap ini adalah tahap menanamkan

semua arti pentingnya rasa cinta dari belajar (melibatkan emosi).

b. Kelebihan Brain Based Learning

a) Memberikan suatu pemikiran baru tentang begaimana otak

bekerja.

b) Memperhatikan kerja alamiah otak pembelajaran dalam proses

pembelajaran.

c) Menciptakan iklim pembelajaran di mana pembelajaran dihormati

dan didukung.

d) Menghindari pemforsiran terhadap kerja otak.

e) Dapat menggunakan berbagai model dalam proses pembelajaran.

4. Literasi sains

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD, 2003) literasi sains (scientific literacy) didefinisikan sebagai

kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi

pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami

alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena

aktivitas manusia. Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam

kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup,

kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain


B. Kerangka Berfikir

Tujuan Pendidikan

Kurikulum K-13

Model Yang Digunakan

Dalam Pembelajaran masih


bersifat konvensional dan
berpusat pada guru

Model pembelajaran yang


diterapkan oleh guru
mempengaruhi hasil belajar

Pengembangan bahan ajar dengan pendekatan brain based


learning siswa SMA
C. Hipoesis

Ha1 : Terdapat pengaruh bahan ajar kimia berpendekaan brain based learning

terhadap kemampuan berfikir kriis siswa kelas XI pada materi .

Ho1 : Tidak Terdapat pengaruh bahan ajar kimia berpendekaan brain based

learning terhadap kemampuan berfikir kriis siswa kelas XI pada materi .

Ha2 : Terdapat pengaruh bahan ajar kimia berpendekaan brain based learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas XI pada materi .

Ho2 : Tidak Terdapat pengaruh bahan ajar kimia berpendekaan brain based

learning terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas XI pada materi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ditetapkan,

maka penelitian ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian pengembangan

(development research). Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-

D. Bahan ajar pembelajaran yang dikembangkan adalah materi ajar dan lebar

kegiaan pesrta didik /LKPD.

B. Pengembangan Pembelajaran

Pengembangan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan

menggunakan Model Thiagarajan, Semmel, dan Semmel yaitu Model 4-D

yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap define (pendefinisian design

(perancangan), develop (pengembangan) dan disseminate (penyebaran)

(Trianto, 2011). Model pengembangan pada penelitian ini secara skematis

digambarkan pada gambar 3.1.

Analisis Awal Akhir

Analisis Siswa

Analisis Tugas Analisis Konsep Define

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Tesis Penyusunan Media Pemilihan Format Design

Perancangan Awal

Validasi oleh Ahli/Pakar


Tahap-tahap pengembangan pembelajaran yang dikembangkan tersebut

dibatasi sampai tahap pengembangan (develop) yang dirincikan sebagai

berikut :

1. Tahap Pendefinisian (define)

Dalam tahap ini dilakukan analisis awal-akhir, analisis siswa,

analisis tugas, analisis konsep dan perumusan tujuan pembelajaran.

a. Analisis awal akhir

Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum kimia yang

digunakan dan teori-teori pembelajaran yang melandasi Pendekatan

kimia yang diperoleh deskripsi pola pembelajaran yang dianggap

ideal.

b. Analisis siswa
Pada tahap ini ditelaah karakteristik siswa sesuai dengan rancangan

dan pengembangan pembelajaran.

c. Analisis Konsep

Fase ini ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan menyusun

secara sistematis konsep-konsep yang dipelajari siswa pada materi

asam basa.

d. Analisis tugas

Analisis tugas dilakukan untuk mengidentifikasi tahapan-tahapan

penyelesaian tugas yang dilakukan siswa ketika saat pembelajaran

berlangsung.

e. Perumusan tujuan pembelajaran

Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari

pembelajaran dengan media komik tugas untuk menentukan perilaku

objek penelitian...

2. Tahap Perancangan (design)

. Fase-fase yang dilakukan pada tahap ini meliputi penyusunan tes,

pemilihan media, pemilihan format dan desain awal perangkat

pembelajaran.

a. Penyusunan tes

Tes yang dimaksud adalah tes soal dengan menggunakan model brain

based learning.

b. Pemilihan media
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis tugas pembelajaran

siswa SMA X, karena media berguna untuk membantu siswa dalam

pencapaian kompetensi dasar.

c. Pemilihan format

Pemilihan format dalam pengembangan pembelajaran ini ditujukan

untuk mendesain pembelajaran, pemilihan strategi

d. Perancangan Awal

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah penulisan rancangan

awal pembelajaran perbandingan dengan menggunakan model brain

based learning.

3. Tahap Pengembangan (develop)

Tujuan tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan

pembelajaran final yang baik. Pembelajaran dan instrumen penelitian

divalidasi kepada para ahli, selanjutnya instrumen tes. Kemudian

dilakukan uji coba lapangan, yang bertujuan untuk memperoleh

masukan langsung terhadap pembelajaran yang telah disusun sehingga

menghasilkan pembelajaran final.

4. Tahap Penyebaran (disseminate)

Tahap disseminate (penyebaran) dalam penelitian ini dilakukan

secara terbatas. Hal ini karena keterbatasan dana, waktu, juga tenaga

peneliti. Setelah diperoleh perangkat final maka perangkat final tersebut

disebarkan secara terbatas. Untuk penyebaran secara luas diserahkan


kepada pihak atau peneliti selanjutnya.Berikut alur penelitian yang

dilaksanakan di lapangan ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Observasi Masalah di Lapangan

Analisis Karakteristik Siswa SMA

Define
Analisis Materi Pokok Analisis Tugas

Spesifikasi Indikator dan Tujuan

Menyusun Bahan Ajar dan LKPD Memilih Media

Memilih Format Bahan Ajar dan LKPD yang sesuai Design

Draf Awal (Draf-I) yakni Bahan Ajar dan LKPD

Validasi oleh validator Bahan Ajar dan LKPD

Teknik Pengumpulan
UjiData
coba tes di luar sampel

Ada
Revisi2 teknik dalam pengmpulan data ini yakni dokumentasi dan angket respon
Analisis Hasil Validasi dan uji coba
siswa. Kedua angket ini diharapkan dapat saling melengkapi
Revisidalam memperoleh
Evaluasi dan Revisi (Draf-II)
data yang diperlukan. Adapun penjelasan mengenai kedua metode diatas adalah
Tidak Develop
sebagai berikut.
Tes Efektif
Uji coba I siswa kelas kecil
1. Metode Dokumentasi

EfektifDalam penelitian
Tes ini dokumentasi diperoleh
Uji coba II siswa dari arsip kegiatan komite
kelas kecil

2. Angket Respon Siswa


Tidak Efektif Evaluasi dan Revisi

Bahan Ajar Final

Forum MGMP Diseminate

Draf Final
Angket respon siswa digunakan untuk memperoleh data mengenai respon

siswa terhadap bahan ajar yang dikembangkan dan digunakan dalam

proses pembelajaran. Kepraktisan bahan ajar ditinjau dari kelayakan isi,

penyajian materi, kelayakan bahasa, dan kegrafikan. Dengan empat

arternaif jawaban yaitu sangat baik (SB), baik (B kurang (K), sangat

kurang baik (SK).

Data respon yang diperoleh melalui angket dianalsis berdasarkan persentase.

Pesentase respon siswa dihitung dengan menggunakan rumus (Trianto, 2009).

Respon siswa dikatakan positif apabila 80% atau lebih siwa merespon dalam

kategori senang, baru, berminat,jelas atau tertarik, untuk setiap aspek yang

direspon.

Instrumen

Instrumen yang dikembangkan dalam uji coba ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lembar Validasi Pembelajaran

Lembar validasi pembelajaran digunakan untuk memperoleh data tentang

kualitas pembelajaran berdasarkan penilaian para ahli. Lembar validasi ini


berisikan komponen-komponen yang dinilai mencakup: format, bahasa,

ilustrasi, dan isi. Indikator dari masing-masing komponen

2. Lembar Validasi Bahan Ajar

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang bertujuan untuk

melihat apakah bahan ajar yang dirancang sudah memenuhi standar terkait

dengan format, isi dan bahasa yang digunakan. Lembar ini juga bertujuan

untuk melihat apakah komponen bahan ajar sudah mengikuti prinsip dan

langkah-langkah berbasis brain based learning. Lembar ini terdiri dari lima

skala penilaian yaitu 1 berarti tidak baik, 2 berarti kurang baik, 3 berarti

cukup baik, 4 berarti baik dan 5 berarti sangat baik.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis dan diarahkan untuk menjawab

pertanyaan apakah pembelajaran dengan menggunakan model brain based

laerning yang dikembangkan memenuhi kriteria valid dan keefektifan atau tidak.

Teknik analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan

data. Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Basrowidan Suwandi,2008)

mencakup tiga kegiatan bersamaan,yaitu reduksi data, penyajian data dan

kesimpulan (verifikasi).
Koneksi Data Display Data

Reduksi Data

Pemaparan
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Akabar, S. (2008). Pendidikan karakter: Bagaimana Menjadi Manusia yang
Berkarakter Baik. Jurnal pendidikan Nilai.
Antari, Luvi. (2015). Penggunaan Bahan Ajar Tematik Pembagian Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Di Kelas Iia Mi Ahliyah Ii Palembang.
Jurnal Pendidikan Matematika: Vol. 4, No. 2 (2015). ISSN 2442-5419
Armanto, Dian., (2009). Matematika Menjadi Pelajaran Yang Menyenangkan:
http://p4mriunimed.wordpress.com/2009/10/07/matematika
menjadipelajaranmenyenangkan/. (Diakses Pada mei 2019).
Dewi, N,R. (2013 ). Pengembangan Website Berorientasi Braind-Based Learning
Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia ISBN: 978-979-
16353- 9-4
Gazali Rahmita Yuliana (2016). Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk
Siswa SMP Berdasarkan Teori Belajar Ausubel. Jurnal Pendidikan
Matematika: Vol. 11 No. 2 Desember 2016, (182-192)
Ibrahim. (2013). Deskripsi Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Di SMA Negeri 3 Maros Kabupaten Maros.
Jurnal Daya Matematis: Vol. 3 No. 3 Nov 2015
Istarani. 2016. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Media Persada.Medan
Jensen, E. (2008). Brain Based Learning. Pembelajaran Berbasis Kemampuan
Otak. Cara Baru dalam Pembelajaran dan Pelatihan.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Jensen, Eric. (2011). Brain Based Learning, (terjemahan) : Pembelajaran
Berbasis Otak: cara baru dalam pengajaran dan pelatihan. Yokyakarta :
Pustaka Pelajar.
Kunandar., (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Komlasari, Kokom. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Reflika
Adrtama.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Permendiknas No 65 tahun 2013 Tentang Standar proses pendidikan dasar dan
menengah.Prastowo, Andi. (2011). Panduan KreatifMembuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta : DIVA Press.
Priyayi Desy Fajar. (2016). Analisis Bahan Ajar Model Pembelajaran Alid
(Accelerated Learning Included By Discovery) Pada Materi Jaringan
Tumbuhan Kelas Xi Sma N 7 Surakarta. Jurnal pendidikan sains: Vol 04
No 01 Maret 2016
Sardirman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sanjaya, W. 2006. Strategi pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Bandung: Kencana Prendada Media
Sanjaya,Winna. (2008). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Setyowati, R. (2003), Pengembangan Modul IPA Berkarakter Peduli Lingkungan
Tema Polusi Sebagai Bahan Ajar Siswa SMA N II Semarang, jurnal
pendidikan Universitas Negeri Semarang
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Syafa’at, Asep. (2007). Barin Based Learning. Tersedia pada
http://sahabatguru.wordpress.com/2007/07/10/brain-based learning/. (
online) diakses pasa November 2017.
Rusman. (2012).Model-Model Pembelajaran. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Thiagarajan, S. Semmel, DS Semmel, M. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Excepcional Children. A Sourcse Book. Indiana :
Indiana University.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Konsep,Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

Anda mungkin juga menyukai