Disusun Oleh:
NIM : 18101105016
Kelompik : IV (Empat)
Tanggal :
Acc :
Dosen
MANADO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Krim anti jerawat merupakan salah satu kosmetik yang dapat mempengaruhi struktur
kulit. Salah satu senyawa yang sering ditambahkan ke dalam krim anti jerawat adalah asam
salisilat zat anti akne dan bersifat keratolitik. Berdasarkan keputusan Peraturan Kepal Badan
pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.42.1018 Tahun 2010 tentang
kosmetik, asam salisilat dizinkan digunakan dalam kosmetik dengan syarat tidak lebih dari
2%.
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang di pakai
dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramudari bahan-bahan alami yang terdapat
disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga
bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik
laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan dunia. Produk-produk itu
dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh tubuh., mulai dari rambut sampai ujung
kaki. Salah satu contoh produk kosmetik untuk perawatan kulit yang sering digunakan oleh
masyarakat untuk membersihkan wajah yaitu krim anti jerawat (anti acne).Kandungan anti
jerawat memiliki bahan aktif yang lazim yaitu tretionin, benzoil peroksida, sulfur, resorsin,
adapalene, asam salisilat, dan antibiotik.
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Memiliki efek keratolitik, bahan ini
juga memiliki anti inflamasi, analgesik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam
salisilat telah teruji dalam terapi berbagai penyakit kulit dan kerusakan kulit akibat sinar
matahari. Sehingga, dilakukanlah pembatasan untuk kosmetik medik terbatas pada
penggunaan zat yang menguntungkan atau memberikan manfaat pada kulit badan si pemakai.
1.2 Tujuan
Untuk menganalisis kadar asam salisilat yang terdapat dalam krim anti jerawat.
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui kadar asam salisilat yang terdapat dalam krim anti jerawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Memiliki efek keratolitik, bahan ini
juga memiliki anti inflamasi, analgesik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam
salisilat telah teruji dalam terapi berbagai penyakit kulit dan kerusakan kulit akibat sinar
matahari. Sehingga, dilakukanlah pembatasan untuk kosmetik medik terbatas pada
penggunaan zat yang menguntungkan atau memberikan manfaat pada kulit badan si pemakai.
Asam salisilat memiliki efek analgetik tetapi jarang digunakan secara oral karena
toksisitasnya relatif tinggi, sehingga yang lebih sering digunakan adalah senyawa turunannya.
Turunan asam salisilat diperoleh dengan mengubah struktur melalui pengubahan gugus
karboksil, substitusi pada gugus hidroksil, modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil,
serta memasukkan gugus hidoksil atau gugusguguslain pada cincin aromatik, tujuan dari
modifikasi asam salisilat adalah meningkatkan aktivitas analgesiknya dan mengurangi efek
toksiknya.
Asam salisilat memiliki efek samping berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko
tukak lambung dan perdarahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tablet
yang tidak larut, penyerapan non-ionisasi oleh lambung dan hambatan produksi prostaglandin
yang protektif. Asam salisilat jika digunakan dalam dosis besar dapat mengiritasi mukosa
lambung karena hilangnya efek perlindungan dari prostasiklin (PgI2) terhadap mukosa
lambung, yang sintesisnya turut dihalangi oleh blokade siklooksidase.
Selain itu asam salisilat juga dapat menimbulkan efek spesifik seperti reaksi alergi
kulit dan telinga berdengung pada dosis yang lebih tinggi. Efek yang lebih serius yang dapat
ditimbulkan akibat penggunaan asam salisilat adalah kejang-kejang hebat yang pada pasien
asma dapat menimbulkan serangan, walaupun dalam dosis rendah. Pada anak-anak yang
terserang cacar air atau flu, pemberian asam salisilat dapat menyebabkan berisiko terkena
sindrom Rye yang berbahaya.
BM : 36,46 gr/mol
2.2.2 METHANOL
BM : 34,00 g/mol
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna
2.2.3 Aquadest
BM : 18,02 gr/ml
BM : 162,5 gr/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari
garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
Spektrofotometer UV-Vis
Neraca analitik
Labu takar
Pipet
3.1.2 Bahan
Sampel krim
FeCl3 1%
HCl 3%
Methanol
aquadest
3.2 Cara Kerja
Penetapan Kadar Asam Salisilat dalam krim anti jerawat secara Spektrofotometri UV-Vis
Ditimbang 10,0 mg asam salisilat sebagai bahan pembanding. Dimasukkan dalam labu
takar 25,0 ml, larutkandalam 2,5 ml metanol. Ditambah aquadest sampai tanda.
Dipipet 1,0 ml larutan stokkedalam labu takar 10 ml. Ditambah 1,0 ml FeCl3 1% dalam
HCl 1%, tambah aquadest sampai tanda.
a. Pembuatan blanko.
1) Dipipet 1,0 ml metanol dimasukkan dalam labu takar 10 ml, ditambah aquadest
sampai tanda (larutan blanko).
a. Masukkan 1,0 ml larutan stok ke dalam labu takar 10 ml, tambahkan aquadest sampai
tanda.
b. Dipipet larutan stok asam salisilat masing-masing 0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml; 2,5 ml;
ke dalam labu takar 10 ml sehingga didapatkan larutan seri standar dengan konsentrasi 20
ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm.
c. Disiapkan blanko.
d. Ke dalam labu takar masing- masing labu takar ditambah 1,0 ml FeCl3 1% dalam HCl
1% kemudian tambah aquadest sampai tanda.
Disiapkan sampel A, B, dan C dalam krim anti jerawat (anti acne) dan setiap sampel
dilakukan 3 kali penetapan kadar dengan perlakuan sebagai berikut:
Ditimbang sejumlah cuplikan 1 gram asam salisilat. Dimasukkan dalam labu takar 50
ml dilarutkan dengan 5 ml metanol dan ditambah aquades sampai tanda. Homogenkan,
kemudian disaring dan ditampung filtratnya. Dipipet 2,0 ml filtrat dimasukkan dalam
labu takar 50 ml.Dipipet 5,0 ml FeCl3 1% dalam HCL 1% ditambah aquadest sampai
tanda.
Dari larutan standar 30 ppm, akan diencerkan sampai 100 ml dengan konsentrasi 1
ppm.
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=1 ×100
100
V 1=
30
V 1=3,3 mL
Dari larutan standar 30 ppm, akan dibuat beberapa variasi konsentrasi untuk kemudian
dibaca absorbansinya dan akan dibuat kurva baku dari 5 variasi konsentrasi, yaitu 3, 6, 9,
12, 15 ppm masing-masing dalam volume 100 mL dengan pelarut metanol.
3 ppm
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=3 × 100
300
V 1=
30
V 1=10 mL
6 ppm
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=6× 100
600
V 1=
30
V 1=20 mL
9 ppm
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=9× 100
900
V 1=
30
V 1=30 mL
12 ppm
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=12 ×100
1200
V 1=
30
V 1=40 mL
15 ppm
M 1 × V 1=M 2 ×V 2
30 ×V 1=15 × 100
1500
V 1=
30
V 1=50 mL