FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penemuan
Bahan Baku Asam Salisilat ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah sebagai tugas mandiri
pengganti pertemuan terakhir pada mata kuliah bahan baku farmasi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Muhammad Rizky
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………... 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….2
A. Sejarah ditemukannya asam salisilat……………………………………2
B. Efek Asam Salisilat……………………………………………………..2-3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam salisilat (dari bahasa Latin salix, "pohon willow") adalah asam
monohidroksibenzoat lipofilik, sejenis asam fenolat, dan asam beta hidroksi
(BHA). Asam organik kristal tak bewarna ini banyak digunakan dalam sintesis
organik, dan berfungsi sebagai hormon tanaman. Ini berasal dari metabolisme
salisin. Asam salisilat bisa sintetis atau alami tergantung komposisinya
(Anonim, 2015).
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang
farmasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah ditemukannya asam salisilat?
2. Apa efek asam salisilat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah ditemukannya asam salisilat
2. Untuk mengetahui efek asam salisilat
1
BAB II
PENDAHULUAN
2
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel
dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan
kulit yang baru (Kristian, Rieko & Panji, 2007). Oleh karena itu, asam salisilat
biasanya digunakan untuk obat topikal.
Senyawa-senyawa yang bersifat keratolitik dan antiseptik biasa digunakan
untuk mencegah penyakit kulit, seperti timbulnya jerawat ataupun gatal-gatal di
daerah tubuh tertentu dan salah satu bahan yang sering digunakan adalah asam
salisilat. Asam salisilat juga merupakan zat anti jerawat sekaligus keratolitik
yang lazim diberikan secara topikal. Penggunaan serbuk tabur atau keratolitik
merupakan usaha yang akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput
tanduk dengan cara melarutkan semen intraseluler dan menyebabkan
desintergrasi dan pengelupasan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Bahan obat asam salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan efek
terapeutik yang di inginkan, namun pada penggunaan secara terus menerus
dapat 2 menyebabkan kerusakan pada kulit. Penggunaan topikal asam salisilat
dengan konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan sistemik
akut. Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang
mengandung asam salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun
membuat kulit lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari, pemakaian
bertahun-tahun dapat mengendap di kulit dan menyebabkan kulit tampak biru
kehitaman dan dapat memicu timbulnya kanker melanocyt atau kanker kulit
(Anief M, 1997).
Selain untuk obat topikal, bahan obat ini juga mempunyai aktivitas
analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena
terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik-antipiretik adalah
senyawa turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan reumatik.
Turunan asam salisilat juga dapat menimbulkan efek samping yaitu iritasi
lambung (Siswandono & Soekardjo, 2000).
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam salisilat pertama kali ditemukan pada tahun 1763, oleh seorang
pendeta, Reverend Edward Stone di dalam batang sebuah tumbuhan bernama
Salix alba. Asam salisilat adalah obat topikal murah yang digunakan sebagai
bahan penting dalam banyak produk perawatan kulit. Selain untuk obat topikal,
bahan obat ini juga mempunyai aktivitas analgesik-antipiretik dan antirematik,
tetapi tidak digunakan secara oral karena terlalu toksik. Yang banyak digunakan
sebagai analgesik-antipiretik adalah senyawa turunannya. namun asam salisilat
memiliki dampak yang negatif contohnya penggunaan topikal asam salisilat
dengan konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan sistemik
akut. Selain itu, Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang
mengandung asam salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun
membuat kulit lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari, pemakaian
bertahun-tahun dapat mengendap di kulit dan menyebabkan kulit tampak biru
kehitaman dan dapat memicu timbulnya kanker melanocyt atau kanker kulit.
4
DAFTAR PUSTAKA
Anief., Moh. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Anonim. (2015). Salicylic Acid. Retrieved May 31, 2021, from Wikipedia:
https://en.wikipedia.org/wiki/Salicylic_acid
Astuti, Y.I., Sudirman, I., dan Hidayati, U. (2007): Pengaruh Konsentrasi Adaps
Lanae Dalam Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan Asam Salisilat,
Pharmacy, Vol. 05, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Choi, J.M., Kim, K., Cho, E., dan Jung, S. (2012): Solubility Enhancement of
Salicylic Acid by Complexation with Succinoglycan Monomers Isolated from
Sinorhizobium meliloti, Bull. Korean Chem. Soc. 2012, Vol. 33, No. 6.
Kristian, Rieko, Panji Setya A. 2007. Asam Salisilat dari Phenol.
(http://www.rieko.files.wordpress.com/2007/12/asam-salisilat-dara-phenol.p
df). Di akses pada Senin, 31 Mei 2021, Pukul 17:32 WITA.
Patil, A.S., Khairnar, J.B., Mane, V.D., dan Chaudhari, R.B. (2015): A validated
stability-indicating HPLC related substances method for salicylic acid in bulk
drug and dosage form, World J Pharm Sci 2015; 3(6): 1184-1190.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234, 239,
Airlangga University Press, Surabaya.
Wasitaatmadja. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press