LAPORAN AKHIR
PENELITIAN MANDIRI
PENELITI :
TEMA :
LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Miller), MINYAK GORENG BEKAS
KADAR BILANGAN ASAM
PENELITI :
Maulidiyah Salim, SKM. M.Kes (4012047402)
Gervacia Jenny Ratnawati , ST, M.Sc (4019067801)
Ari Nuswantoro, S.Si. S.ST, M.Imun (4025098202)
i
ii
ABSTRAK
Kata kunci : Minyak Goreng Bekas, Lidah Buaya, Kadar Bilangan Asam
Daftar pustaka : 20 (2007 – 2015)
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas limpahan berkat dan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Penelitian Mandiri
Poltekkes kemenkes Pontianak Tahun 2019 dengan judul “PENGARUH
PENAMBAHAN LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Miller) PADA MINYAK
GORENG BEKAS TERHADAP KADAR BILANGAN ASAM”
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan akhir penelitian ini
berkat bantuan dan pengarahan berbagai pihak dan dalam kesempatan ini tak lupa
kami haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan Pontianak.
3. Bapak Edy Waliyo,S.Gz,M.Gizi Selaku Kepala unit penelitian Poltekkes
Pontianak
4. Teman-teman dosen dan staff Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan akhir penelitian ini.
Demikian laporan akhir penelitian ini disusun, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan pengalaman berarti bagi penyusun, Terima Kasih
iv
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................3
C. Pertanyaan Penelitian...............................................................4
D. Tujuan Penelitian.....................................................................4
1. Tujuan Umum.....................................................................4
2. Tujuan Khusus....................................................................4
E. Manfaat Penelitian...................................................................4
1. Bagi program .....................................................................4
2. Pengayaan bahan Ajar........................................................5
3. Publikasi Ilmiah.................................................................5
v
BAB III KERANGKA TEORI
A. Kerangka Konsep..................................................................29
B. Hipotesis................................................................................31
C. Definisi Operasional..............................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan minyak goreng saat ini tidak terlepas dari kehidupan
masyarakat. Berbagai wilayah di Indonesia, mayoritas masyarakatnya
menggunakan minyak goreng. Minyak goreng didefinisikan sebagai minyak
yang diperoleh dengan cara memurnikan minyak nabati. Minyak goreng
adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian meliputi: (1)
degumming adalah proses pemisahan getah atau lender, berupa: fosfatida, air,
protein, residu dan tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas (2) netralisasi
adalah proses pemisahan asam lemak bebas dari minyak dengan cara
mereaksikannya dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk
sabun, (3) pemucatan adalah proses penghilangan zat-zat warna yang tidak
disukai dalam minyak dan (4) deodorisasi adalah proses penghilangan bau
dan rasa yang tidak enak dalam minyak (Ayustaningwarno, 2014).
Minyak goreng biasanya digunakan sebagai salah satu bahan pengolahan
makanan dalam proses penggorengan. Menggoreng adalah suatu proses untuk
memasak bahan pangan menggunakan lemak atau minyak pangan. Prosesnya
diawali dengan memasukkan minyak goreng kedalam ketel penggorengan,
kemudian dipanaskan, selanjutnya dimasukkan bahan yang akan digoreng.
Dari ketel akan diperoleh hasil gorengan, uap yang dihasilkan dari lemak,
serta hasil samping lemak akibat pemanasan dan penggorengan serta kerak.
Berbagai faktor mempengaruhi kondisi penggorengan dalam ketel, yaitu
pemanasan dengan adanya udara, minyak yang kelewat panas (local over
heating of fat), kontak lemak dengan logam dari ketel, kontak bahan pangan
dengan minyak, adanya kerak dan partikel yang gosong. Dari faktor-faktor
tersebut, maka pemanasan dengan adanya udara merupakan faktor yang
sangat berpengaruh (Ketaren, 2012).
Minyak goreng bekas adalah minyak makan nabati yang telah digunakan
untuk menggoreng dan biasanya dibuang setelah warna minyak berubah
menjadi coklat tua. Proses pemanasan selama minyak digunakan merubah
sifat fisika-kimia minyak. Pemanasan dapat mempercepat hidrolisis
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah apakah ada pengaruh penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) dalam minyak goreng bekas terhadap penurunan kadar bilangan asam.
4
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe barbadensis
Miller) dalam minyak bekas terhadap penurunan kadar bilangan asam.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah di sebut di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Miller) dalam minyak bekas terhadap penurunan kadar
bilangan asam.
1. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui kadar bilangan asam pada minyak goreng bekas sebelum
penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller).
b. Mengetahui kadar bilangan asam pada minyak goreng bekas setelah
penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 25 gram
c. Mengetahui kadar bilangan asam pada minyak goreng bekas setelah
penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 50 gram
d. Mengetahui kadar bilangan asam pada minyak goreng bekas setelah
penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 75 gram
e. Mengetahui pengaruh penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) dalam minyak bekas terhadap kadar bilangan asam sebanyak 25
gram, 50 gram dan 75 gram
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Program
Sebagai bahan acuan untuk studi lanjut bagi penelitian dan peneliti
yang terkait dengan manfaat penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) terhadap penurunan kadar bilangan asam pada minyak bekas.
5
A. Lidah Buaya
Lidah buaya ( Aloe vera; Latin : Aloe barbadensis Miller) adalah sejenis
tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan
sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit.
Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah dikawasan kering di Afrika.
Seiring dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman
Lidah Buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan
kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan (Andarini
Saptika, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat
seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin polisakarida dan komponen
lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, menurut Wahyono
dan kusnandar, Lidah Buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur
anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah,
menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta
dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung kanker, penderita HIV/AIDS
(Andarini Saptika, 2011).
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin,
sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi
jenjang sinyal insulin seperti penyerap insulin-beta dan –substrat1, fosfatidil
inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan
menghambat glikogen sintase kinase 3 beta, sehingga sangat berguna
mengurangi rasio gula darah (Andarini Saptika,2011).
Dalam laporannya, Fujio L. Panggabean, seorang peneliti dan pemerhati
tanaman obat, mengatakan bahwa keampuhan lidah buaya tak lain karena
tanaman ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagi tubuh manusia.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa karbohidrat merupakan komponen
6
7
membuka, sehingga uap air dapat masuk. Disebabkan pada malam hari
udaranya dingin, uap air tersebut membentuk embun. Stomata yang
membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak akan terjadi
penguapan air dari tubuh tanaman, sehinga air yang berada didalam
tubuh daunnya dapat dipertahankan. karenanya, tanaman ini mampu
bertahan hidup dalam kondisi yang bagaimanapun keringnya (Irni
Furnawanthi, 2007).
Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam didaerah basah dengan
curah hujan tinggi mudah terserang cendawan, yaitu terutama fusarium
sp. yang menyerang pangkal batangnya. sementara itu, dari segi budi
daya, tanaman lidah buaya sangat mudah dan relatif tidak memerlukan
investasi besar. hal ini disebabkan tanaman ini merupakan tanaman
tahunan yang dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produksi 7-8
tahun (Irni Furnawanthi, 2007).
Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman
yang bersifat sukulen dan menyukai hidup ditempat kering. Batang
tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset ),
panjang daun 40-90 cm, lebar 6-13 cm, dengan ketebalan lebih kurang
2,5 cm dipangkal daun, seta bunga berbentuk lonceng (Irni Furnawanthi,
2007).
daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun ada juga
beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai
3-5 m. spesies ini dapat dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika.
Melalui batang ini akan tumbuh tunas yang akan menjadi anakan
(sucker).
c. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil
sepanjang 2-3 cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit
berjuntai melingkari ujung tangkai yang menjulang ke atas sepanjang
sekitar 50-100 cm.
secara komersial didunia, yakni Curacao aloe atau Aloe vera ( Aloe
barbadansis Miller), Cape aloe atau Aloe ferox Miller, dan Socotrine aloe yang
salah satunya adalah Aloe perryi Baker (Irni Furnawanthi, 2007).
Tabel 2.1 Tabel Ciri- Ciri Tanaman Lidah Buaya
Aloe barbadensis
Karakteristik Aloe ferrox Miller Aloe perryi Baker
Miller
Batang Tidak terlihat jelas Terlihat jelas Tidak terlihat jelas
(tinggi 3-5 m atau (lebih kurang 0,5
lebih) m)
Aloe barbadensis Miller mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe
vera dan Aloe vulgaris. Sementara itu, taksonomi Aloe barbadensis Miller sebagai
berikut,
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Liliflorae
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe barbadensis Miller
Jenis yang banyak dikembangkan di asia, termasuk Indonesia, adalah Aloe
chinensis Baker, yang berasal dari Cina, tetapi bukan tanaman asli Cina. Jenis ini
di indonesia sudah ditanam secara komersial di Kalimantan barat dan lebih
dikenal dengan nama lidah buaya Pontianak, yang dideskripsikan oleh Baker pada
tahun 1877. Ciri-ciri tanaman ini adalah bunga berwarna orange, pelepah
berwarna hijau muda, pelepah bagian atas agak cekung, dan mempunyai totol
putih di daunnya ketika tanaman masih muda (Irni Furnawanthi, 2007).
4. Kandungan Lidah Buaya
Di dalam lidah buaya terdapat banyak kandungan zat gizi yang diperlukan
tubuh dengan lengkap, diantaranya yaitu vitamin A, B, B2, B3, B12, C, E,
choline, inositol dan asam folat. Selain vitamin dalam lidah buaya juga terdapat
mineral makro dan mikro yaitu kalsium (Ca), magnesium (Mg), potassium (K),
sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromiun (Cr). Selain itu dalam lidah
buaya juga terdapat berbagai macam enzim diantaranya amilase, katalase dan
carboxypeptidase. Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat
berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami (Irni Furnawanthi, 2007).
Lidah buaya atau aloe vera mengandung senyawa flavonol seperti
kaempeferol, quercetin dan merycetin masing-masing sebanyak 257,7; 94,80
dan 1283,50 mg/kg. Senyawa tersebut termasuk dalam kelompok polifenol
yang dipercaya bersifat antioksidatif (Sultana and Anwar ,2008). Tanaman ini
banyak digunakan sebagai makanan kesehatan, kosmetik dan obat-obatan
dipercaya dapat berfungsi sebagai antitumor, antidiabetes dan pelembab. Lidah
buaya mengandung polisakarida (acylated manan) yang disebut aloin
(barbaloin) yaitu C-glukosida aloe emodin sebanyak 30% (bk) daun dan
13
tedapat pada bagian kulit. Aloin dipercaya sebagai zat antiinflamantory (anti
radang). Daun lidah buaya juga mengandung zat gizi seperti vitamin C, E dan
A serta kaya akan serat ( Miranda dkk, 2009).
Menurut Dr.Freddy, beberapa unsur mineral yang terkandung dalam lidah
buaya terkandung dalam lidah buaya juga ada yang berfungsi sebagai
pembentuk antioksidan alami. misalnya vitamin C, vitamin E, dan zinc. Bahkan
hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Amerika menyebutkan bahwa
dalam Aloe vera barbadensis miller terdapat zat yang biasa berfungsi sebagai
antioksidan (Andarini Saptika, 2011).
B. Antioksidan
Antioksidan adalah unsur kimia atau biologi yang dapat menetralisasi
potensi kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Beberapa antioksidan
endogen seperti enzim superoxide-dismutase dan katalase dihasilkan oleh
tubuh, sedangkan yang lain seperti vitamin A, C dan E merupakan antioksidan
eksogen yang harus didapat dari luar tubuh seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran (Iorio, 2007).
Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat proses oksidasi
melalui beberapa mekanisme pencegahan oksidasi. Antioksidan terbagi
menjadi dua berdasarkan mekanisme penghambatan proses oksidasi yaitu
antioksidan primer dan antioksidan sekunder. Antioksidan primer dapat
14
C. Minyak Goreng
1. Pengertian Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian
meliputi: (1) degumming adalah proses pemisahan getah atau lender,
berupa: fosfatida,air,protein,residu dan tanpa mengurangi jumlah asam
lemak bebas (2) netralisasi adalah proses pemisahan asam lemak bebas dari
minyak dengan cara mereaksikannya dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun, (3) pemucatan adalah proses penghilangan zat-
zat warna yang tidak disukai dalam minyak dan (4) deodorisasi adalah
proses penghilangan bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak
(Ayustaningwarno, 2014).
Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa
gurih, dan penambah nilai kalori pangan. Mutu minyak goreng ditentukan
oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai membentuk
akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu minyak goreng
tersebut. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar gliserol
bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik uapnya akan
turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk
menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sabaiknya
dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada
umumnya suhu penggorengan adalah 177-221oC (Warsito, 2015).
asap, makin baik mutu minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng
tergantung dari kadar gliserol bebas. Lemak yang telah digunakan untuk
menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul
lemak. Oleh karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak
atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari
seharusnya.
Untuk mengetahui apakah mutu minyak goreng termasuk baik atau
tidak diperlukan syarat mutu dapat dilihat pada tabel berikut :
J. Analisis Titrimetri
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan
standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen
yang tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan standar biasanya berfungsi sebagai titran sehingga
ditempatkan didalam buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya ,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetrik dan ditempatkan di
Erlenmeyer (Farx, 2011).
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
27
standar primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam
proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat.
Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen
tertentu. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen
pereaksi-pereaksi sama. Didalam prakteknya titik ekivalen susah diamati ,
karenanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini
diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik
akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana
penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan
warna indikator (Anonim, 2009).
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes. Untuk
memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik ekivalen. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator disebut dengan titik akhir titrasi (Dyah,
2012).
K. Titrasi Alkalimetri
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh yang akan
dianalisis dirujuk sebagai yang tidak diketahui. Prosedur analitis yang
melibatkan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui disebut
analisis volumetrik. Analisa volumetrik (titrimetri) merupakan bagian dari
kimia analisa kuantitatif, dimana penentuan zat dilakukan dengan cara
pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui kosentrasinya yang
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan yang ditentukan. Alkalimetri adalah
analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan
jumlah asam ( Nahriazizah, 2015).
28
L. Kerangka Teori
Lidah Buaya
Antioksidan
Minyak Goreng
Minyak Goreng
Bekas
Titrasi Alkalimetri
A. Kerangka Konsep
29 Variabel Terikat
Variabel Bebas
Variabel Pengganggu
1. Cahaya matahari *
2. Suhu *
3. Udara *
Keterangan :
1. : Dilakukan penelitian
2. : Tidak dilakukan penelitian
3. * : Dikendalikan
30
31
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif
(Ha), yaitu :
Ha : Terdapat Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller)
Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap Kadar Bilangan Asam.
C. Definisi Operasional
Variabel
terikat
Variabel
pengganggu
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Eksperimental Semu (Quasi Experiment) yaitu suatu eksperimen
yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang
ditimbulkan sebagai akibat adanya perlakuan tertentu. Namun peneliti tidak
mungkin mengontrol semua variabel luar, sehingga perubahan yang terjadi
pada efek tidak sepenuhnya oleh perlakuan ( Notoatmodjo, 2013).
4. Reaksi
( COOH )2 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
R-COOH +NaOH RCOONa + H2O
5. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Neraca analitik,
Erlenmeyer 250 ml, Statif, Buret, Corong, Labu ukur, Gelas ukur 50 ml,
Pipet volume, Pipet ukur, Pipet tetes, Karet penghisap, Beaker glass, Hot
plate.
6. Bahan dan reagensia
a. Bahan pemeriksaan :
1) Minyak goreng bekas tanpa penambahan lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller).
2) Minyak goreng bekas setelah penambahan lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) sebanyak 25 gram.
3) Minyak goreng bekas setelah penambahan lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) sebanyak 50 gram.
4) Minyak goreng bekas setelah penambahan lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) sebanyak 75 gram.
b. Reagensia
36
Keterangan :
V1 = Volume NaOH
V2 = Volume H2C2O4.2H2O
N1 = Normalitas NaOH
N2 = Normalitas H2C2O4 2H2O (Nahri, 2014)
Keterangan :
% FFA = Kadar bilangan asam
256 = BM asam palmitat
V = Volume larutan NaOH yang diperlukan (ml)
N = Normalitas larutan NaOH, dinyatakan dalam
normalitas (N)
W = Berat bahan (g)
39
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia UPT Laboratorium
Terpadu Poltekkes Kemenkes Pontianak Jalan 28 Oktober. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 14 hingga 19 Oktober 2019 untuk mengetahui
pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) dalam minyak
bekas terhadap penurunan kadar bilangan asam di Laboratorium Kimia UPT
Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes Pontianak Jalan 28 Oktober.
Penetapan kadar bilangan asam pada penelitian ini menggunakan
metode alkalimetri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 24
sampel dan diperoleh sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Miller) Pada Minyak Goreng Bekas Terhadap
Kadar Bilangan Asam.
Kadar bilangan asam (%)
Setelah
Setelah Setelah
No Sampel Tanpa penambah
Penambahan Penambahan
Penambahan an Lidah
Lidah Buaya 25 Lidah Buaya
Lidah buaya Buaya 75
gram 50 gram
gram
1 Sampel FI 0,19 0,14 0,11 0,09
2 Sampel B 0,16 0,15 0,14 0,13
3 Sampel S 0,19 0,14 0,09 0,05
Sampel
4 0,17 0,16 0,12 0,11
FO
5 Sampel T 0,18 0,16 0,11 0,09
6 Sampel M 0,18 0,15 0,13 0,07
Rata-rata 0,18 0,15 0,12 0,09
Dari tabel di atas, dapat dilihat rata-rata kadar bilangan asam pada
minyak goreng bekas sebelum penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) yaitu 0,18 %, rata-rata kadar bilangan asam setelah penambahan lidah
buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 25 gram yaitu 0,15 %, rata-rata
kadar bilangan asam setelah penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis
Miller) sebanyak 50 gram yaitu 0,12 %, rata-rata kadar bilangan asam setelah
penambahan lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 75 gram yaitu
0,09 %.
40
41
B. Pengolahan Data
1. Analisa Deskriptif
Statistik deskriptif umtuk menggambarkan karakteristik data, seperti
berapa rata-ratanya, seberapa jauh data bervariasi dan sebagainya. Hasil dari
uji deksriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.2 Uji Deskriptif Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe
barbadensis Miller) Dalam Minyak Goreng Bekas Terhadap
Kadar Bilangan Asam.
Descriptives
kadar bilangan asam
95% Confidence Interval for
N Mean Std. DeviationStd. Error Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
0 6 .1783 .01169 .00477 .1661 .1906 .16 .19
25 6 .1500 .00894 .00365 .1406 .1594 .14 .16
50 6 .1167 .01751 .00715 .0983 .1350 .09 .14
75 6 .0900 .02828 .01155 .0603 .1197 .05 .13
Total 24 .1338 .03809 .00777 .1177 .1498 .05 .19
Dari tabel di atas, dapat dilihat rata-rata kadar kadar bilangan asam
pada minyak goreng bekas sebelum penambahan lidah buaya sebesar 0,18
%, rata-rata kadar kadar bilangan asam setelah penambahan lidah buaya
sebanyak 25 gram sebesar 0,15 %, rata-rata kadar kadar bilangan asam
setelah penambahan lidah buaya sebanyak 50 gram sebesar 0,12 %, dan rata-
rata kadar kadar bilangan asam setelah penambahan lidah buaya sebanyak
75 gram sebesar 0,09 %.
2. Uji Normalitas Data
Setelah dilakukan uji statistik deskriptif, maka dilanjutkan dengan uji
normalitas data yang hasilnya dapat diperoleh dari hasil penelitian kemudian
diolah untuk menggambarkan secara sederhana hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat dilihat dengan tabel dibawah ini.
42
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
n1 ,895a ,800 ,791 .01740
0
a. Predictors: (Constant), kadar lidah buaya
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) ,178 ,006 30,032 ,000
kadarlidahbuaya -,001 ,000 -,895 -9,390 ,000
C. Pembahasan
selama proses pengolahan bahan pangan. Asam lemak bebas yang terkandung
didalam minyak goreng bekas dapat turun setelah ditambahkan lidah buaya
Karena lidah buaya disini mengandung vitamin c, vitamin a dan senyawa zat
adiktif flavonoid yang berperan dalam memperlambat proses oksidasi yang
terjadi didalam minyak goreng bekas dan menangkap senyawa radikal bebas.
Antioksidan primer disebut juga antioksidan enzimatis, Suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat memberikan atom hidrogen
secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang
terbentuk berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan primer
bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau
mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang kurang
reaktif. Antioksidan dalam kelompok ini disebut chain-breaking-antioxidant
(Winarsi, 2007).
Antioksidan sekunder disebut juga dengan antioksidan non-enzimatis.
Antioksidan non enzimatis dapat berupa komponen non-nutrisi dan komponen
nutrisi dari sayuran dan buah-buahan. Kerja antioksidan non enzimatis yaitu
dengan cara memotong reaksi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkapnya. Antioksidan sekunder yang terkandung didlalam lidah buaya,
yaitu vitamin E, Vitamin A, dan zat adiktif flavonoid (Winarsi, 2007).
Menurut Dr.Freddy, beberapa unsur mineral yang terkandung dalam
lidah buaya terkandung dalam lidah buaya juga ada yang berfungsi sebagai
pembentuk antioksidan alami. misalnya vitamin C, vitamin E, dan zinc. Bahkan
hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan asal Amerika menyebutkan bahwa
dalam Aloe vera barbadensis miller terdapat zat yang biasa berfungsi sebagai
antioksidan (Andarini Saptika, 2011). Selain vitamin dalam lidah buaya juga
terdapat mineral makro dan mikro yaitu kalsium (Ca), magnesium (Mg),
potassium (K), sodium (Na), besi (Fe), zinc (Zn), dan kromiun (Cr). Selain itu
dalam lidah buaya juga terdapat berbagai macam enzim diantaranya amilase,
katalase dan carboxypeptidase. Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut
dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami (Irni Furnawanthi, 2007).
Lidah buaya atau aloe vera mengandung senyawa flavonol seperti
kaempeferol, quercetin dan merycetin masing-masing sebanyak 257,7; 94,80
dan 1283,50 mg/kg. Senyawa tersebut termasuk dalam kelompok polifenol
46
yang dipercaya bersifat antioksidatif (Sultana and Anwar, 2008). Tanaman ini
banyak digunakan sebagai makanan kesehatan, kosmetik dan obat-obatan
dipercaya dapat berfungsi sebagai antitumor, antidiabetes dan pelembab. Lidah
buaya mengandung polisakarida (acylated manan) yang disebut aloin
(barbaloin) yaitu C-glukosida aloe emodin sebanyak 30% (bk) daun dan
tedapat pada bagian kulit. Aloin dipercaya sebagai zat antiinflamantory (anti
radang). Daun lidah buaya juga mengandung zat gizi seperti vitamin C, E dan
A serta kaya akan serat ( Miranda dkk, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan hasil kadar bilangan
asam sebelum penambahan lidah buaya pada minyak goreng telah mengalami
penurunan yaitu sebesar 0,18 %, padahal minyak goreng yang telah mengalami
penggorengan berulang memiliki kadar bilangan asam yang tinggi.
Berdasarkan standar nasional Indonesia tahun 2012 tentang minyak goreng
bahwa maksimal kadar bilangan asam yaitu 0,3 %. Hal ini diakibatkan karena
selama proses pembuatan minyak goreng kemasan, produsen minyak goreng
telah menambahkan antioksidan sintetis sehingga minyak goreng kemasan
yang telah dilakukan penggorengan berulang kadar bilangan asamnya masih
rendah.
Proses kerusakan minyak berlangsung sejak pengolahan sampai siap
dikonsumsi, kerusakan minyak selama proses menggoreng akan mempengaruhi
mutu dan nilai gizi dari bahan panan yang digoreng. Untuk mengatasi masalah
tersebut maka banyak produsen menambahkan antioksidan, karena senyawa
antioksidan ini dapat menghambat proses kerusakan minyak akibat oksidasi.
kebanyakan dilapangan, antioksidan yang ditambahkan merupakan antioksidan
sintetik seperti butyl hidroksitiluen (BHT) padahal bahan antioksidan tersebut
dapat meracuni dan bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar bilangan asam pada minyak goreng bebas sebelum penambahan
lidah buaya (Aloe barbadensis Miller) pada minyak goreng bekas adalah
0,1783%.
2. Kadar bilangan asam pada minyak goreng bebas setelah penambahan lidah
buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 25 gram pada minyak goreng
bekas adalah 0,1500 %.
3. Kadar bilangan asam pada minyak goreng bebas setelah penambahan lidah
buaya (Aloe barbadensis Miller) sebanyak 50 gram pada minyak goreng
bekas adalah 0,1167 %.
4. Kadar bilangan asam pada minyak goreng bebas penambahan lidah buaya
(Aloe barbadensis Miller) sebanyak 75 gram pada minyak goreng bekas
adalah 0,0900%.
5. Dari hasil uji statistik menggunakan uji Regresi linier diperoleh nilai p =
0,000 (p < 0,05) maka Ha diterima yaitu terdapat pengaruh penambahan
lidah buaya pada minyak goreng bekas terhadap kadar bilangan asam.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kadar bilangan asam pada minyak goreng misalnya
lamanya penyimpanan.
2. Perlu dilakuan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan lidah buaya
(Aloe barbadensis Miller) untuk meningkatkan kualitas minyak goreng
bekas pada parameter-parameter yang mendukung baik fisik maupun
kimia seperti bilangan Penyabunan, bilangan Iodium dan lain-lain.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bahan-bahan alternatif
lainnya yang dapat memperbaiki kualitas minyak jelantah.
47
48
Miranda, M. dkk. 2009. Pengaruh Suhu Pada Kinetika Pengeringan, Sifat Fisiko-
kimia, Dan Kapasitas Antioksidan Dari Gel Lidah Buaya. Jurnal Rekayasa
Makanan . 91 : 297- 304
Nurhaswati, Henny. 2015. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Dan Bilangan
Peroksida Pada Minyak Goreng Yang Digunakan Pedagang Gorengan Di Jl.
A. W Sjahrnie Samarinda. Jurnal Ilmiah. Vol. 1 No. 1. Akademi Farmasi.
Samarinda.
Nuzula, Zulfalia. 2011. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia. Karya Tulis Ilmiah . Universitas Sumatera Utara.
49
50
Sayuti, Kesuma. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas University Press.
Padang.
Sibagariang, E.E, et al. 2010. Buku Saku Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa
Diploma Kesehata. Penerbit CV. Trans Info Media. Jakarta.
Sopianti, Densi. dkk. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak
Goreng. Akademi Farmasi Al-Fatah. Bengkulu.
Sudarmaji, S. dkk. 2007. Analisa untuk bahan Pangan dan pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Wiradhika, Reskiati. 2012. Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan
Terhadap Stabilitas Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan. Skripsi.
Penerbit Jurusan Teknologi Penelitian,Universitas Hasanudin. Makassar.
2 Peralatan penunjang
Material Justifikasi Kuantitas Harga Harga
Pemakaian Satuan Peralatan
Penunjang
(Rp)
a.Bahan
- Mnyak 5 Kilo Kilo @ 25.000 125.000
Goreng 5 Kilo Kilo @ 20.000 100.000
- Pembelian
Lidah
Buaya 24 Sampel 24 Sampel @ 50.000 1.200.000
b. Biaya
pemeriksaan
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Maulidiyah Salim,SKM,M.Kes
2. NIP/NIK : 197404121996032001
3. NIDN : 4012047402
4. Tempat Tanggal Lahir : Pontianak,12 April 1974
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Golongan/Pangkat : Lektor/III b
7. Jabatan Akademik : Dosen
8. Alamat : Jl.Dr.Soedarso Pontianak
9. Telp/faks. : 0561 737639
10. Alamat Rumah : Jl.Sepakat 1 A.Yani Blok Naisyah Nmr.
14
Pontianak Kalimantan Barat
11. Telp/faks. : 08125725769
12. Alamat e-mail : maulidiyahsalim@gmail.com
13. Mata Kuliah Yang Diampuh : 1. Media dan Reagensia
2. Parasitologi
3. Mikologi
4. Entomologi
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Universitas
Tinggi Muhammadiyah Diponegoro
Pontianak Semarang
Bidang Ilmu Kesehatan Kesling Industri
Lingkungan
Tahun Masuk-Lulus 2005 - 2007 2010 - 2012
Pontianak
7 Efektivitas Ekstrak Eugenol Jurnal Volume 1 No.2 (2018)
Rimpang Lengkuas (Alpinia Laboratorium April 2018
Galangal L) Terhadap Khatulistiwa
Pertumbuhan Jamur
Trichophyton Rubrum Dengan
Metode Dilusi
8 Hubungan Kadar Kolesterol Total Jurnal Volume 1 No.2 (2018)
Dan Hipertensi Dengan Kejadian Laboratorium April 2018
Penyakit Jantung Koroner Di Khatulistiwa
Rsud Dr. Soedarso Pontianak
9 Potensi Toksisitas Akut Ekstrak Jurnal Volume 2 No.1 (2018)
Etanol Daun pepaya Terhadap Laboratorium November 2018
Larva Artemia Salina Leach Khatulistiwa
Dengan Metode brine Shrimp
Lethality Test
10 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Jurnal Volume 2 No.2 (2019)
Rimpang kencur (Kaempferia Laboratorium Mei 2019
galanga L) Terhadap Khatulistiwa
Pertumbuhan Jamur Candida
albicans Dengan Metode Dilusi
G. IDENTITAS DIRI
14. Nama : Ari Nuswantoro, S.ST, M.Imun.
59
Koreksi Kadar
H2C2O4 = NaOH
V1×N1 = V2×N2
10 x 0,0101 = 10,05 x N2
10 x 0,0101
N2 =
10,05
0,101
=
10,05
= 0,0100 N
256 X N X V
%asam lemak bebas (Asam palmitat) = x100%
W ( gram ) x 1000
64
Rata-rata
Kode berat Volume Kadar
Kadar bilangan asam (%) bilangan
sampel tertimbang titrasi
asam (%)
65
Peneliti Pelaksana,
Descriptives
kadar bilangan asam
1,722 3 20 ,195
50 ,185 6 ,200 *
,974 6 ,918
dimensio n1
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
n1 ,895a ,800 ,791 .01740
0
a. Predictors: (Constant), kadar lidah buaya
ANOVAb
Total ,033 23
Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients