BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yaitu
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan pengelolaan studi kasus pada Tn. K dengan
Halusinasi Penglihatan di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan
Barat, pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Januari 2019 sampai dengan 27
Januari 2019.
A. HASIL PENELITIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Inisial : Tn. K
No. RM : 004248
Umur : 12 April 1972 (47 tahun)
Kelamin : Laki- laki
Alamat : Dusun Kenaman RT 04/ RW 01
Kecamatan Sekayam, Sanggau Kapuas
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status : Belum Kawin
Pendidikan : SMP
Ruang Rawat : Ruang Merpati
Tanggal Pengkajian : 15 Januari 2019
Informan : Pasien dan Rekam medik
Diagnosa medis : Skizoprenia Paranoid
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Penglihatan
b. Alasan Masuk
Pasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat bersama
keluarga dan petugas dinas sosial tempat tinggalnya dengan
menggunakan Ambulan. Alasan keluarga membawa pasien ke rumah
sakit jiwa karena pasien tampak ketakutan, sering berbicara sendiri dan
53
54
4) Faktor Psikologis
Pasien mengaku sering merokok dan minum minuman keras diam-
diam bersama temannya ketika usianya masih remaja. Pasien minum
minuman keras ketika sedang memiliki masalah. Namun setelah
dewasa pasien tidak lagi minum minuman keras hanya saja tetap
merokok.
5) Faktor genetik
Pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada mengalami
gangguan jiwa, hanya dirinyalah yang mengalami gangguan jiwa.
d. Faktor presipitasi
Berdasarkan rekam medik, keluarga mengatakan pasien tampak
ketakutan, berbicara dan tertawa sendiri, kadang pula teriak-teriak tanpa
sebab hal ini terjadi sejak pasien kehilangan ibu kandungnya yang
meninggal dunia ketika pasien berusia 34 tahun. Baru-baru ini pasien
juga mengalami musibah yakni kebun karet miliknya dibakar oleh orang.
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan melihat bayangan hitam
dan juga bayangan yang berbentuk seperti macan, bayangan sering
muncul pada pagi, siang atau malam hari terutama saat pasien sedang
menyendiri dan melamun, pasien mengatakan saat melihat bayangan
tersebut rasanya pasien ingin teriak dan keluyuran untuk menhindar dari
bayangan tersebut. Pasien mengatakan dirinya tidak mengetahui cara
menghilangkan bayangan tersebut dan pasien tidak mengetahui mengapa
dirinya dapat melihat bayangan yang mengganggu tersebut.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Pasien Kooperatif
Kesadaran : Pasien Compos Mentis
TD : 110/ 70 mmHg.
N : 90x/ menit.
RR : 20x/ menit.
T : 36,5 ℃
BB : 60 Kg
56
10) Abdomen
Perut pasien tampak simetris, tidak ada lesi dan masa, tidak terdapat
nyeri tekan.
11) Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi pada kulit pasien.
12) Keluhan fisik
Pasien mengatakan tidak mengalami sakit apa- apa pada tubuhnya.
f. Psikososial
1) Genogram
Keterangan
: Laki- laki hidup : Menikah
2) Konsep diri
a) Gambaran diri : Pasien mengatakan dari dulu hingga
Sekarang dirinya sangat menyenangi
bagian tubuhnya terutama matanya.
Pasien mengatakan dengan mata
dirinya dapat melihat semua
keindahan dunia yang Allah ciptakan.
Selain itu pasien juga menyenangi
tangannya, karena dengan tangan
dirinya dapat bekerja dan membantu
orang lain.
b) Identitas : Pasien mengatakan sebelum sakit dia
bekerja noreh di kebun karet miliknya
dan penghasilan yang diperoleh
cukup untuk makan sehari-hari.
Pasien sangat senang karena dirinya
dapat bekerja dan memiliki
penghasilan. Tetapi ketika dirinya di
rumah sakit pasien merasa sangat
59
3) Hubungan Sosial
a) Orang Yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
keluarganya terutama ibu kandungnya. Namun, ketika pasien
berusia 34 tahun ibu kandungnya menginggal dunia, saat ini
anggota keluarga yang dekat dengan dirinya adalah abang
kandungnya, setiap ada masalah pasien kadang bercerita dengan
abangnya yang tinggal bersebelahan dengannya.
60
g. Status Mental
1) Penampilan
Pasien tampak rapi dan menggunakan pakaian sesuai dengan waktu,
tempat dan kondisi. Kebersihan tubuh cukup, warna kulit sawo
matang, postur tubuh ideal, pasien menggunakan sendal, pakaian
cukup bersih.
2) Pembicaraan
Pasien berbicara lancar dan kooperatif saat diajak berbicara.
3) Aktivitas Motorik
Tidak ada aktifitas motorik yang abnormal, hanya saja pasien tidak
dapat menatap lawan bicara terlalu lama, pasien lebih banyak
menunduk atau menatap ke arah lain saat diajak bicara seperti: langit-
langit, dinding, lantai.
61
4) Alam perasaan
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya, pasien juga
mengatakan dirinya jenuh karena kegiatannya di RSJ setiap hari itu-
itu saja, pasien berharap dinas sosial kampung halamannya segera
menjemputnya pulang.
5) Afek
Afek pasien adekuat yaitu ekspresi wajah pasien stabil dan sesuai
dengan perasaan hatinya dan rangsangan yang ada.
6) Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kooperatif, kontak mata kurang, pasien
sering menatap ke arah lain saat wawancara, pasien menjawab sesuai
dengan pertanyaan yang diberikan, pasien selalu menerima setiap
masukan yang diberikan perawat.
7) Persepsi
Pasien mengatakan sering melihat bayangan hitam dan juga bayangan
yang berbentuk seperti macan secara bersamaan, pasien mengatakan
halusinasi muncul tidak menentu kadang 3 kali sehari yaitu pada pagi,
siang maupun malam hari terutama saat pasien sedang menyendiri dan
melamun, pasien mengatakan saat melihat bayangan tersebut rasanya
pasien ingin teriak dan keluyuran untuk menhindar dari bayangan
tersebut, pasien merasa takut, tampak berbicara sendiri dan gelisah.
Pasien mengatakan dirinya tidak mengetahui cara menghilangkan
bayangan tersebut dan pasien tidak mengetahui mengapa dirinya dapat
melihat bayangan yang mengganggu tersebut.
8) Proses pikir
Pasien berbicara dengan lancar tanpa ada pengulangan kalimat dan
pasien juga memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan. Pembicaaran pasien dapat dipahami.
9) Isi pikir
Pasien tidak mengalami ganguan pada isi pikirnya.
62
4) Sistem pendukung
Pasien mempunyai sistem pendukung yaitu perawat dan terapi.
Keluarga pasien tidak pernah datang menjenguk pasien hingga
sekarang.
i. Aspek Medis
Diagnosa Medis : Skizoprenia Paranoid
Terapi medik
1) Clozapin 25 mg : 2x1 Tablet
2) Haloperidol 5 mg : 3x1 Tablet
3) Risperidone 2 mg : 3x1 Tablet
2. Analisis data
Tabel 5. Analisa Data
No Data Masalah
1 DS :
Gangguan persepsi
a. Pasien mengatakan sering melihat bayangan
sensori : Halusinasi
hitam dan juga bayangan yang berbentuk seperti
penglihatan
macan secara bersamaan,
b. Pasien mengatakan halusinasi muncul tidak
menentu kadang 3 kali sehari yaitu pada pagi,
siang maupun malam hari terutama saat pasien
sedang menyendiri dan melamun,
c. Pasien mengatakan saat melihat bayangan
tersebut rasanya pasien ingin teriak dan
keluyuran untuk menhindar dari bayangan
tersebut, pasien merasa takut.
d. Pasien mengatakan dirinya tidak mengetahui
cara menghilangkan bayangan tersebut dan
pasien tidak mengetahui mengapa dirinya dapat
melihat bayangan yang mengganggu tersebut.
DO :
a. Pasien tampak berbicara sendiri dan gelisah.
b. Pasien tampak menunjukkan ekspresi
ketakutan.
c. Pasien kooperatif saat diajak bicara
d. Kontak mata kurang
2 DS :
Regimen
a. Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat
therapeutik
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
65
DO :
a. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu dan sudah pernah keluar masuk
Rumah Sakit Jiwa antara lain pada tanggal
7 Juli 2007 keluar pada tanggal 10
November 2012 dan masuk kembali tanggal
1 Desember 2018 sampai sekarang
3 DS :
Koping keluarga
a. Pasien mengatakan pernah dihempaskan ke inefektif
tanah oleh ayah tirinya saat masih berumur
12 tahun
b. Pasien mengatakan hubungan pasien
dengan ayah tirinya sangat tidak harmonis.
Pasien sering dimarah dan dipukul oleh
ayah tirinya.
c. Pasien mengatakan dirinya tidak pernah
dijenguk keluarganya selama berada di Rumah
Sakit Jiwa
DO :
a. Selama pengkajian tidak bertemu dengan
keluarga pasien, keluarga pasien tidak pernah
terlihat
3. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
b. Regimen Therapeutik inefektif
c. Koping keluarga inefektif
4. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan
1) Tujuan
a) Pasien menegenali halusinasinya
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
66
2) Kriteria Hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ± 13
pertemuan/strategi pelaksanaan diharapkan :
a) Pasien dapat menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus
terjadinya halusinasi
b) Mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya
c) Pasien minum obat secara teratur.
3) Rencana tindakan keperawatan
SP 1 – Pasien
a) Bina hubungan saling percaya
R : Pasien mau berkenalan dan duduk dekat perawat
b) Identifikasi jenis halusinasi pasien
R : Pasien dapat menceritakan dan menyebutkan jenis
halusinasinya.
c) Identifikasi isi halusinasi pasien
R : Pasien menyebutkan bayangan yang biasa dilihatnya sebagai
halusinasi.
d) Identifikasi waktu halusinasi pasien
R : Pasien menyebutkan kapan halusinasi muncul.
e) Identifikasi frekuansi halusinasi pasien
R : Pasien menyebutkan berapa kali haluinasi penglihatan muncul
dalam sehari
f) Identifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi pasien
R : Pasien menyebutkan situasi pencetus yang dapat menimbulkan
halusinasinya.
g) Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
R : Pasien dapat memeberitahukan respon pasien saat terjadinya
halusinasi.
h) Ajarkan cara menghardik halusinasi
67
SP 2 – Pasien
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP1)
R : Pasien tetap diajari ulang SP 1
b) Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap- cakap
dengan orang lain
R : Pasien dapat melakukan cara bercakap- cakap dengan orang
lain yang telah diajarkan perawat
c) Anjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
R : Pasien mengikuti anjuran perawat
SP 3 – Pasien
a) Evaluasi Jadwal Kegiatan Harian pasien (SP 1 dan SP 2)
R : Pasien tetap diajari ulang dan mengevaluasi kembali SP 1 dan
SP 2
b) Latih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
(yang biasa dilakukan pasien)
R : Pasien dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan pasien
c) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
R : Pasien mengikuti anjuran perawat
SP 4– Pasien
a) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien (SP 1, 2 dan 3)
R : Pasien tetap diajari ulang dan mengevaluasi kembali SP 1, 2
dan 3.
68
SP 2 - Pasien
Pasien mau mengkonsumsi obat denan benar dan tepat
a) Tindakan keperawatan
(1) Diskusikan dengan pasien tentang dosis, frekuensi serta
manfaat minum obat.
(2) Anjurkan pasien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
(3) Diskusikan akibat berhenti meminum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
(4) Bantu pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
(5) Berikan pujian kepada pasien
70
Analysis:
Masalah Gangguan persepsi
sensori: halusinasi penglihatan
belum teratasi. Saat komunikasi
kontak mata masih kurang, dan
pasien harus diajarkan kembali
73
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
Ajarkan kembali SP 1: menghardik
halusinasi
Analysis:
Masalah Gangguan persepsi
sensori: halusinasi penglihatan
teratasi sebagian. Saat diajarkan
cara menghardik halusinasi
pasien mau dan dapat
mencontohkannya sesuai dengan
ajaran perawat. Pasien mau
berlatih cara menghardik tersebut
dan mau mempraktikkannya
ketika halusinasi muncul.
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
SP 2 :
Mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap- cakap dengan oarang
lain
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
75
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
SP 2 :
Mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap- cakap dengan oarang
lain
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
mengajarkan cara minum obat
dengan teratur.
Planning :
Intervensi dilanjutkan.
SP 2 :
78
untuk bercakap dengan orang lain, umur, alamat, dan hobi teman
terutama teman-teman yang ada di dalam satu ruangan.
kamarnya agar mencegah
halusinasinya muncul. Analysis :
Masalah Gangguan persepsi
sensori: halusinasi penglihatan
teratasi sebagian. Pasien telah
melaksanakan SP 1 yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan
menghardik. Pasien juga dapat
mempraktekkan cara bercakap-
cakap sederhana untuk mengontrol
halusinasi serta kontak mata ada
saat pasien berinteraksi.
Planning :
Intervensi dilanjutkan
SP 3 :
Mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas
SP 4 :
Mengontrol halusinasi dengan
mengajarkan cara minum obat
dengan teratur.
Penglihatan bercakap- cakap dengan orang lain. pada malam hari sebelum tidur
Pukul : R: Pasien mengatakan telah Pasien mengatakan jika
08.30 Wib mempraktikkan cara menghardik halusinasi muncul, pasien
halusinasi yang diajarkan perawat setiap menghardiknya.
halusinasinya muncul. Selain itu, pasien Pasien mengatakan saat ini
mengatakan mencoba pula cara yang dirinya sudah mengajak
kedua yaitu dengan mencari teman temannya bicara agar halusinasi
Pukul sekamar untuk diajak mengobrol agar tidak muncul.
09.30 Wib pasien tidak melamun dan halusinasi Pasien mengatakan aktivitas
tidak muncul lagi. yang sudah bisa dilakukannya
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi yaitu menjadi pemimpin doa
dengan melakukan kegiatan (yang biasa ketika makan, menyapu atau
dilakukan pasien) mengepel lantai.
R : Pasien menceritakan kegiatan pasien Object :
Pukul dari pagi sampai malam hari. Saat Pasien tampak tenang,
11.30 Wib dianjurkan untuk membuat aktivitas rutin kooperatif
dari pagi sampai malam pasien Pasien tampak sesekali
mengatakan mau mengikuti anjuran berbicara sendiri
perawat. Pasien sudah jarang menyendiri,
3) Menganjurkan pasien memasukkan kadang mengobrol dengan
dalam jadwal kegiatan harian teman sekamarnya seperti
R: Pukul 05.00- 07.00 bangun tidur, meminta tembakau, bercakap-
merapikan tempat tidur, mandi, sarapan cakap sederhana.
pagi, minum obat.
Pasien menerima anjuran
Pukul 07.00 - 07.30 senam bersama
perawat.
untuk kebugaran tubuh agar tidak lemah.
Pasien menjadi pemimpin doa
Pukul 07.30 - 08.00 berjemur di depan
saat makan siang hari ini.
ruangan.
Pasien menyapu di ruang makan
Pukul 08.00 - 11.00 mengikuti kegiatan setelah makan siang.
rehabilitasi/ membersihkan ruangan. Analysis :
85
Analysis:
Masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan
teratasi sebagian ditandai dengan
Pasien telah menerapkan 4 strategi
pelaksanaan halusinasi yaitu
menghardik halusinasi, bercakap-
cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal, dan
minum obat secara teratur untuk
mengendalikan/ mengontrol
halusinasi.
87
Planning :
Intervensi tetap dilanjutkan dengan
terus mengevaluasi Sp 1, SP 2, SP 3
dan SP 4 sampai waktu penelitian
selesai.
Analysis:
Masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi penglihatan
teratasi sebagian ditandai dengan
Pasien telah menerapkan 4 strategi
pelaksanaan halusinasi yaitu
menghardik halusinasi, bercakap-
cakap dengan orang lain,
melakukan aktivitas terjadwal, dan
minum obat secara teratur untuk
mengendalikan/ mengontrol
halusinasi.
Planning :
Intervensi tetap dilanjutkan dengan
terus mengevaluasi Sp 1, SP 2, SP 3
dan SP 4 sampai waktu penelitian
selesai.
Planning :
Intervensi dilanjutkan ke SP 2
Pukul
12.30 Wib
13 Regimen Minggu, 27 SP 2 – Pasien Subject:
therapeutik Januari 1) Diskusikan dengan pasien tentang Pasien mengatakan minum obat
inefektif 2019 dosis, frekuensi serta manfaat secara teratur sesuai jadwal dan
minum obat. dosis yang diberikan dokter.
Pukul : R: Pasien kooperatif serta Pasien mengatakan apabila tidak
08.00 Wib minum obat maka halusinasinya
mendengarkan penjelasan perawat
2) Anjurkan pasien minta sendiri obat bisa saja muncul kembali,
sehingga pasien berjanji akan
Pukul pada perawat dan merasakan
minum obat secara teratur.
10.00 Wib manfaatnya
R: Pasien kooperatif dan mengikuti Object :
arahan perawat Pasien tenang dan kooperatif
3) Diskusikan akibat berhenti Pasien membantu
meminum obat tanpa konsultasi membersihkan ruang makan
dengan dokter setelah makan siang
Pukul R: Pasien mendengarkan penjelasan Pasien meminum obat yang
12.30 Wib perawat diberikan perawat.
4) Bantu pasien menggunakan obat Pasien mengetahui jumlah obat
dengan prinsip 5 benar yang diminum dan kapan harus
R: Pasien mengikuti arahan perawat minum obat.
90
Planning :
Intervensi tetap dilanjutkan dengan
terus mengevaluasi pemberian obat
sampai waktu penelitian selesai.
91
B. PEMBAHASAN
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai data yang peneliti dapatkan saat
melakukan penelitian di lapangan dengan pasien Tn. K di Ruang Merpati
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat. Adapun yang akan peneliti
bahas pada sub bab ini yaitu mengenai lima tahapan proses keperawatan mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi keperawatan. Pengkajian pada Tn. K dilakukan mulai tanggal 15
Januari 2019 sampai dengan 27 Januari 2019 di Ruang Merpati Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Kalimantan Barat.
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian tidak ditemukan faktor genetik dalam
keluarga klien, klien masuk Rumah Sakit Jiwa untuk yang kedua kalinya,
pertama pada tanggal 7 Juli 2007 sampai tanggal 10 November 2012 dan
masuk kembali tanggal 1 Desember 2018 sampai sekarang.
Selama melakukan pengkajian penulis menemukan hambatan yaitu
tidak dapat bertemu dengan keluarga klien, sehingga menyulitkan penulis
untuk memvalidasi antara data yang didapat dari klien dengan penjelasan
keluarga dan keadaan klien. Tetapi penulis berusaha mengatasinya
dengan bertanya kepada perawat ruangan, membaca laporan harian, serta
melakukan pendekatan pada klien dengan pendekatan komunikasi
terapeutik.
Berdasarkan pengkajian keperawatan antara teori dan kasus nyata
tidak terlalu tampak adanya sesenjangan. Validasi informasi yang
diperlukan saat pengkajian pasien dengan halusinasi terdiri dari isi
halusinasi, waktu dan frekuensi halusinasi, situasi pencetus terjadinya
halusinasi serta respon klien terhadap halusinasi. Pada pengkajian pasien
memiliki tanda dan gejala sesuai dengan teori yang ada yaitu melihat
bayangan, merasa takut, senyum/ tertawa/bicara sendiri, teriak-teriak, sering
keluyuran. Akan tetapi, saat peneliti melakukan pengkajian, pasien sangat
kooperatif ketika diajak wawancara, pasien menjawab pertanyaan perawat
dengan tenang, sehingga peneliti tidak mengalami kendala apapun saat
92
melakukan pengkajian pada pasien hanya saja kontak mata pasien kurang
saat pengkajian awal.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan ditemukan 2 diagnosa yang berbeda
dengan teori yaitu koping keluarga inefektif dan regimen therapeutik
inefektif. Data pada diagnosa koping keluarga inefektif didapat dari
pengkajian yaitu keterangan perawat serta menanyakan pada klien bahwa
keluarga klien belum pernah datang untuk menjenguk klien sedangkan
pada diagnosa kedua, Regimen Terapeutik Inefektif didapat data pada
pengkajian dari status, keterangan perawat serta menanyakan pada klien,
bahwa klien pernah dirawat 2 kali, yang pertama pada tanggal 7 Juli 2007
sampai tanggal 10 November 2012 dan masuk kembali tanggal 1 Desember
2018 sampai sekarang. Disini dapat dilihat bahwa pengobatan
sebelumnya kurang berhasil karena terputusnya konsumsi obat.
Hambatannya yaitu tidak dapat bertemu dengan keluarga klien dikarenakan
keterbatasan waktu dalam praktek keperawatan dan keluarga tidak pernah
datang menjenguk pasien.
Pada saat pengkajian langsung di lapangan diperoleh diagnosa utama
yaitu Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan. Hal ini bisa terjadi
karena peneliti melakukan penelitian langsung pada pasien dan peneliti
mengangkat diagnosa yang memang sedang dialami pasien saat penelitian
berlangsung serta masalah tersebut sedang dirasakan pasien saat ini.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa yang utama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan, sehingga diagnosa keperawatan tersebut yang harus
dintervensi pada pasien. Adapun rencana yang dilakukan memiliki 4
Strategi Pelaksanaan yang terdiri dari SP 1 yaitu mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, SP 2 yaitu
mengajarkan pasien cara mengontrol halusinasi dengan melatih bercakap-
cakap dengan orang lain, SP 3 yaitu mengajarkan cara mengontrol
93
4. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis mengacu pada
rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan seluruhnya dan
disesuaikan dengan kondisi klien saat ini. Penulis mengimplementasikan 2
diagnosa saja, yaitu Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan dan
regimen therapeutik inefektif. Untuk diagnosa koping keluarga inefektif
tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak adanya keluarga yang datang
menjenguk pasien selama penelitian berlangsung.
Implementasi keperawatan yang telah peneliti lakukan pada pasien
(Tn. K) dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan
dilaksanakan mulai tanggal 15 Januari 2019 sampai dengan 27 Januari 2019
di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat.
Respon pasien setelah dilakukan strategi pelaksanaan untuk diagnosa
halusinasi penglihatan dan regimen therapeutic inefektif yaitu pasien
mengatakan minum obat secara teratur sesuai jadwal dan dosis yang
diberikan dokter. Pasien mengatakan apabila tidak minum obat maka
halusinasinya bisa saja muncul kembali, sehingga pasien berjanji akan
minum obat secara teratur. Pasien tenang dan kooperatif. Pasien meminum
obat yang diberikan perawat. Pasien mengetahui jumlah obat yang diminum
dan kapan harus minum obat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan, didalam
evaluasi penulis melakukan observasi terhadap respon klien mengenai
tindakan keperawatan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan
94