A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi
tantangan hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan
jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa
(UU No.18 tahun 2014).
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah
sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis,
yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya
distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau
disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA, 1994 dalam Prabowo,
2014).
Dewasa ini kemajuan yang pesat, kehidupan yang semakin sulit dan
kompleks serta semakin bertambah stresor psikososial akibat budaya
masyarakat yang semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat
menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami. Berbagai krisis
yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang
memunculkan stess, depresi dan berbagai gangguan jiwa pada manusia. Jika
individu tidak mampu melakukan koping yang adaptif terhadap masalahnya
maka hal ini beresiko menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan
jiwa mulai dari gangguan jiwa ringan hingga gangguan jiwa berat.
1
2
membedakan antara khayalan dengan kenyataan, ini lah yang biasa di dalam
kesehatan jiwa disebut dengan halusinasi. Adapun menurut Keliat 2010,
halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan atau penghidung. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada.
Terdapat beberapa jenis halusinasi salah satu diantaranya adalah halusinasi
penglihatan. Pasien dengan halusinasi penglihatan akan mengalami stimulus
visual berupa bentuk kilatan cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun,
bayangan yang rumit dan kompleks serta bayangan yang menyenangkan
maupun yang menakutkan seperti hantu (Stuart dan Laraia, 2005 dalam
Muhith, 2015). Prevelensi gangguan jiwa yang terjadi di Provinsi Kalimantan
Barat mengalami penurunan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh
dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat, terjadi
penurunan jumlah pasien dari tahun 2016 sampai dengan bulan Juli 2018
dengan masalah keperawatan jiwa yang berbeda-beda, berikut adalah data dari
rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat :
Tabel 1. Prevelensi Diagnosa Keperawatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2016- 2018
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
diperoleh yaitu “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Halusinasi Penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dan khusus dari penulisan karya tulis ilmiah adalah:
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Halusinasi Penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan halusinasi
penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan halusinasi
penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2019.
c. Membuat intervensi keperawatan yang efektif untuk pasien dengan
halusinasi penglihatan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2019.
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Dapat memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan asuhan
keperawatan yang dilakukannya dari pengkajian hingga evaluasi.
2. Bagi Partisipan
Agar partisipan mengetahui cara mengendalikan atau mengontrol
halusinasinya sehingga dapat menunjukkan respon lebih adaptif dan dapat
segera sembuh dari penyakit jiwanya.
3. Bagi Jurusan Keperawatan
Sebagai referensi bagi mahasiswa kesehatan secara umum dan khususnya
mahasiswa Jurusan Keperawatan Singkawang agar dapat digunakan untuk
penelitian lanjut tentang studi kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan halusinasi penglihatan.
4. Bagi Rumah Sakit Jiwa
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
dalam menentukan kebijakan operasional, agar mutu pelayanan di Rumah
Sakit Jiwa dapat ditingkatkan.
5. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil asuhan keperawatan ini sebagai bahan masukan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Halusinasi Penglihatan.
7
E. Keaslian Penelitian