Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2019

UNIVERSITAS HALU OLEO

GAMBARAN GANGGUAN JIWA MASYARAKAT SUKU BALI PADA ARSIP BAGIAN


PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UHO TAHUN 2018

PENYUSUN :

Iriamana Liasyarah Marudin, S.Ked

K1A1 15 018

PEMBIMBING :

dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEPARTO HARDJOHUSODO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
ANALISIS PSIKIATRI TERHADAP GANGGUAN JIWA MASYARAKAT SUKU BALI
PADA ARSIP BAGIAN PSIKIATRI FK UHO TAHUN 2018

Iriamana Liasyarah, Junuda RAF


ABSTRAK

Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu penyakit dengan
berbagai penyebab yang banyak ditemui di negara-negara maju, modern, dan industri serta
menjadi empat masalah kesehatan utama. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di Rumah Sakit Jiwa.

Metode. Penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Kendari dan merupakan
penelitian deskriptif data diambil dari rekam medis pasien sehingga didapatkan data sebanyak 6
masyarakat suku Bali datang ke RSJ.

Hasil. Dari 6 sampel tersebut didapatkan beragam gangguan psikiatri yang terbanyak yaitu
skizofrenia residual sebanyak 2 orang (33,3%), skizofrenia paranoid sebanyak 1 orang (16,6%),
skizofrenia tak terinci sebanyak 1 orang (16,6%), Depresi ringan tanpa gejala somatik sebanyak
1 orang (16,6%) dan gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik sebanyak 1 orang (16,6%)

Kesimpulan. Didapatkan 6 (100%) orang suku Bali yang datang ke RSJ kota Kendari pada
tahun 2018 dimana diagnosa terbanyak yaitu skizofrenia residual, lalu diikuti skizofrenia
paranoid, skizofrenia tak terinci, depresi sedang tanpa gejala somatik. Ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi kejadian gangguan jiwa terutama skizofrenia yaitu adanya kasta yang dapat
menimbulkan konflik sosial di masyarakat, pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
yang bisa menyebabkan timbulnya stress dan depresi SERTA tradisi di suku bali salah satunya
mesbem bangke juga bisa mempengaruhi psikologi dari keluarga

Kata Kunci: Analisis, Psikiatri, Suku Bajo


PSYCHIATIC ANALYSIS OF MOST LIFESTYLE DISORDERS IN BALINESE
COMMUNITIES
Iriamana Liasyarah, Junuda RAF
ABSTRACT

Background. Mental disorder is one disease with a variety of causes that are often found in
developed, modern and industrial countries and become the four main health problems. This
research is expected to provide information to the public about psychiatric analysis of Balinese
tribal communities in the Mental Hospital.

Method. This study took place at Kendari City Mental Hospital (RSJ) and was a descriptive
study of data taken from the patient's medical record so that data from 6 Balinese tribesmen
came to the RSJ.

Results. Of the 6 samples, the most psychiatric disorders were found, namely residual
schizophrenia as many as 2 people (33.3%), 1 paranoid schizophrenia (16.6%), 1 person not
detailed schizophrenia (16.6%), mild depression without somatic symptoms as many as 1 person
(16.6%) and other mental disorders YDT due to brain damage and dysfunction and physical
illness as many as 1 person (16.6%)

Conclusion. There were 6 (100%) Balinese people who came to Kendari city hospital in 2018
where the most diagnoses were residual schizophrenia, followed by paranoid schizophrenia,
schizophrenia not detailed, moderate depression without somatic symptoms. There are many
factors that can affect the incidence of mental disorders, especially schizophrenia that is the caste
social conflicts in society, work can affect the level of income that can cause stress and
depression AND tradition in parts of Bali one mesbem bangke can also affect the psychology of
the family

Keyword: Analysis, Psychiatry, Balinese


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa bisa dikatakan sebagai suatu kondisi sehat baik emosional, psikologis,

dan juga social yang ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yang memuaskan antara

individu dengan individu lainnya, memiliki koping yang efektif, konsep diri positif dan emosi

yang stabil.2

Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu penyakit dengan berbagai

penyebab yang banyak ditemui di negara-negara maju, modern, dan industri serta menjadi

empat masalah kesehatan utama. Pasien gangguan jiwa banyak mengalami distorsi kognitif

yang mengarah ke gangguan prilaku oleh kesalahan logika, kekeliruan penggunaan alasan

atau imajinasi individu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Berkaitan dengan pernyataan

tersebut menyatakan bahwa kesalahan logika tersebut menyebabkan pasien gangguan jiwa

memiliki pandangan yang sempit mengenai suatu hal bahkan dirinya seperti tidak merasa

memiliki prilaku yang menyimpang dan sulit membina hubungan relasi denga orang lain.

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang banyak terdapat dalam masyarakat yang ditandai

dengan penyimpangan pikiran dan persepsi serta afek yang tidak wajar.2

Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan. Kesehatan

mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan

kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka.

Oleh karena itu adanya gangguan kesehatan mental tidak bisa kita remehkan, karena

jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Terdapat sekitar 450 juta orang

menderita gangguan mental dan perilaku di seluruh dunia. Diperkirakan satu dari empat orang

akan menderita gangguan mental selama masa hidup mereka. Menurut WHO regional Asia

Pasifik (WHO SEARO) jumlah kasus gangguan depresi terbanyak di India (56.675.969 kasus
atau 4,5% dari jumlah populasi), terendah di Maldives (12.739 kasus atau 3,7% dari

populasi). Adapun di Indonesia sebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi.

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia tahun 2013 menunjukkan

bahwa prevalensi gangguan jiwa emosional yang ditunjukkan oleh gejala depresi dan

kecemasan pada usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari total

penduduk Indonesia. Sedangkan untuk prevalensi gangguan jiwa berat, seperti Skizofrenia

mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.3

Secara global, mayoritas dari mereka yang membutuhkan perawatan kesehatan jiwa di

seluruh dunia tidak memiliki akses ke layanan kesehatan mental berkualitas tinggi. Stigma,

kurangnya sumber daya manusia, model pemberian layanan yang terfragmentasi, dan

kurangnya kapasitas penelitian untuk implementasi dan perubahan kebijakan berkontribusi

pada kesenjangan perawatan kesehatan jiwa saat ini. Fakta yang dikeluarkan oleh WHO,

Mental Health Gap Action Programme (mhGAP) pada tahun 2008 telah memperkirakan

bahwa lebih dari 75% orang dengan gangguan jiwa di negara-negara berkembang tidak

memiliki akses ke layanan kesehatan. Laporan yang sama menyatakan bahwa setidaknya

sepertiga pasien dengan Skizofrenia dan lebih dari setengahnya menderita depresi,

mengkonsumsi alkohol dan menyalahgunakan narkoba, tidak memiliki akses ke layanan

kesehatan dalam setahun. 3

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan, provinsi yang

memiliki gangguan jiwa terbesar adalah Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 0,27 persen.

Pada posisi kedua ditempati oleh Aceh dengan jumlah 0,27 persen, ketiga adalah Sulawesi

Selatan dengan 0,26 persen, dan di posisi keempat ada Bali dan Jawa Tengah sebanyak 0,23

persen. Jika penduduk Bali per tahun 2017 berjumlah 4.230.051 jiwa, maka 9.729 warga Bali

(mendekati angka 1 juta) mengalami gangguan jiwa berat (ODGJ). Ini termasuk angka yang

sangat tinggi3
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Soeparto

Hardjohusodo Kota Kendari. Setelah melakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada masyarakat tentang analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di

Rumah Sakit Jiwa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu :

1. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada masyarakat suku

Bali ?

2. Bagaimana analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

Dr. Soeparto?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Dr. Soeparto

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada

masyarakat suku Bali

b. Mengetahui analisis psikiatri terhadap masyarakat suku Bali di Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

Dr. Soeparto
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Psikiatri

1. Pengertian Analisis

Menurut kamus besar Indonesia analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Analisis atau analisa berasal dari kata Yunani kuno “analusis” yang berarti

melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan

luein yang berarti melepas, jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau

menguraikan. Kata anlusis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi “analysis”, yang

kemudian juga di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi “analisis”. Secara umum,

arti analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai,

membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut

kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.

Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan memLecahkan atau menguraikan

suatu materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih

mudah dipahami. Yaitu usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara

menguraikan komponen pembentuknya atau menyusun sebuah komponen untuk kemudian

dikaji lebih mendalam.

Pengertian analisis lainnya adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu pokok

menjadi bagian atau komponen sehingga dapat diketahui ciri atau tanda di setiap tiap

bagian / komponen, hubungannya satu sama lain hingga fungsi masing-masingnya. Untuk

memberikan definisi Analisis, ada beberapa ahli mengemukakan pendapatnya sebagai

berikut: Menurut Harahap (2004:189) Menurut Harahap bahwa pengertian analisis adalah

memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Menurut Gorys

Keraf Analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian
yang saling berkaitan satu sama lainnya. Menurut Robert J. Schreiter (1991) Analisa

adalah membaca teks, dengan menempatkan tanda-tanda dalam interaksi yang dinamis dan

pesan yang disampaikan. Menurut Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

(1996:779) Dalam hal ini, analisis diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, atau perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab,

duduk perkaranya).

2. Pengertian Psikiatri

Psikiatri adalah cabang kedokteran klinis yang berhubungan dengan diagnosa,

perawatan dan studi penyakit jiwa atau gangguan (disorder) kejiwaan. Praktsinya adalah

pskiater (di Amerika, dokter dengan beberapa tahun pelatihan sesudah lulus dari sekolah

kedokteran). Sejumlah protesi dari disiplin lain telah merawat pasien yang terkena

gangguan jiwa. Yang terpenting dari disiplin terebut adalah ahli psikologi klinis, pekerjaan

social jiwa dan perawatan jiwa. Mereka biasanya mengganggap orang yang membutuhkan

bantuan sebagai klien, bukan sebagai pasien. Professional-profesional ini bekerja sama

dengan ahli jiwa atau bekerja sebagai praktis independen. Mereke menggunakan terapi

verbal seperti psikiater. Psikiatri berbeda dari disiplin medisnya dimana praktisinya adalah

dokter. Demikian juga, psikiater dilatih secara khusus untuk membuat diagnose sindrom

atau dengan yang lain mendiagnoasa kondisi organ yang mengalami gangguan jiwa mimic,

seperti tumor otak, anker pancreas dan hypertiroidism ( kondisi-kondisi ini dapat berupa

kekhawatiran atau gangguan depresi, perawatan khusus gangguan kejiwaaan adalah

dengan pengobatan psiktropis atau perawatan somatic lainnya. merawat reaksi psikologis

dan dimensi social dari gangguan mental. Selain itu, pelatihan ahli dalam ilmu kedokteran

mungkin mendorong penelitian di dalam gangguan biologis atau kejiaan. Psikiater

Amerika secara keseluruhan mempunyai tingkat keahlian yang tinggi dalam perawatan

psikologis, terutama dalam pendekatan psikodinamik. Hal ini berkaitan dengan dampak
dari teori psiko analiik dalam akademi psikiatri, khususnya sejak 1945, ketika banyak

psikoanalisis terkemuka memegang kekuasaan di dapertemen akademik.3

Psikiatri berkaitan erat bidang kedokteran spesialis lain. Seperti kedokteran penyakit

dalam, kedokteran keluarga, neurologi, dan pediatric dan juga dengan disiplin ilmu

pengetahuan yang membantu dalam memahami gangguan mental. Termasuk di dalamnya

adalah psikologi, epidemiologi, antropologi sosiaologi, genetic dan biokomia.

3. Analisis Psikiatri

Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan analisis psikatri adalah suatu cara

kedokteran jiwa dalam menguraikan sebagai suatu masalah dengan cara psikiatri sampai

penyembuhan atau pemulihan serta mencari solusi.

B. Suku Bali

Provinsi Bali terletak 8o03’40”LS – 8o48”LS dan 144o25’53”BT – 115o42’400”BT,

dengan luas wilayah 5.88,8 km2. Bali beriklim tropis dengan curah hujan sedang, Sekitar 120

mm perbulan. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober-April dan musim kemarau terjadi pada

bulan April-Oktober. Pulau Bali terletak duisebelah timur pulau Jawa, dengan batas-batas

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Tmur : Selat Lombok

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Barat : Selat Bali

Pulau bali termasuk dalam kepulauan Nusa Tenggara, Indonesia. Pulau yang luasnya

5.808,8 km2 ini ibelah dua pegunungan yang membujur dari barat ke timur, Sehingga

daratan yang agak sempit disebelah utara dan daratan yang lebih luas di sebelah Selatan.

Pegunungan yang sebagian besar masih tertutup oleh hutan rimba tersebut mempunyai hal

yang penting dalam pandangan hidup dan kepercayaan penduduk pulau bali. Di wilayah

pegunungan itulah terletak pura-pura yang dianggap suci oleh orang bali , seperti Pura Pulaki,
Pura Batukaru, dan yang utama adalah pura Besakih di kaki gunung Agung yang merupakan

gunung tertinggi di bali.1

Suku Bali adalah suku bangsa mayoritas yang berada di pulau Bali dan mengikuti

budaya bali dengan 90% masyaraktnya beragama hindu. Suku Bali yang tinggal di Bali di

dalam sistem ketatanegaraan kemudian di kenal dengan Propinsi Bali. Bali merupakan salah

satu propinsi di Indonesia yang memiliki keragaman budaya, adat istiadat serta religiusitas

yang tinggi. Covarrubias menyebut bahwa setiap orang bali disebut sebagai seniman, sebab

ada berbagai aktifitas seni yang mereka lakukan seperti menari, bermain musik, melukis,

memahat, menyanyi hingga bermain lakon terlepas dari kesibukannya sebagai seorang petani,

pedagang, kuli, sopir, dan sebagainya. Kehidupan budaya, adat istiadat dan agama di Bali

tetap terjaga dengan kuat mekipun modernisasi tumbuh disetiap sudut.1

Suku Bali masuk ke sulawesi tenggara melalui program pemerintah yaitu transmigrasi.

Transmigrasi (dari bahasa Belanda; transmigratie) adalah suatu program yang dibuat oleh

pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduk

(kota) ke daerah lain (desa) didalam wilayah Indonesia. Oleh pemerintah masing-masing

transmigran atau kepala keluarga diberi lahan 2 ha. Pembagian lahan terdiri dari lahan

permukiman untuk mendirikan bangunan sebesar 0,25 Ha, lahan I sebagai lahan persawahan 1

Ha, dan lahan II sebagai lahan perladangan sebesar 0,75 Ha. Pembangunan perrmukiman

transmigrasi umum dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat yang difasilitasi oleh

pemerintah pusat. Kegiatan yang dilaksanakan mulai dari proses perpindahan, penyediaan

ruang dan pemberdayaan menjadi tanggung jawab pemerintah.

Salah satu daerah yang menjadi tempat bagi para transmigaran suku bali adalah Jatibali,

Konawe Selatan. Transmigran di Desa Jatibali, Kabupaten Konawe Selatan merupakan

komunitas masyarakat yang berasal dari Bali untuk tinggal menetap dengan harapan dapat

meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Masyarakat transmigran dipengaruhi oleh kepercayaan


dan adat istiadat dari daerah asalnya sehingga terciptalahan hunian yang berorientasi pada

budayanya yaitu hirarki ruang utama, madya dan nista.

Masyarakat suku Bali yang tinggal di Jatibali tetap membawa budaya, adat istiadat dan

kebiasaan yang selama ini melekat di masyarakat sehingga tidak ada perubahan yang

bermakna antara masyarakat suku bali yang sebelumnya tinggal di Bali dan masyarakat suku

Bali yang saat ini tinggal di Jatibali. Mata pencaharian sebagai petani terus di tekuni oleh

masyarakat suku bali dan tradisi-tradisi serta adat isitiadat tetap dilakukan sebagaimana

mestinya.

C. Gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting

secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya,

gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting)

atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat

kehilangan kebebasan.6

Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik

kenyataan, tidak lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau

merusak/menyakiti dirinya sendiri. Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan

jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan

seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai

gila.6

Kecenderungan gangguan jiwa akan semakin meningkat seiring dengan terus

berubahnya situasi ekonomi dan politik kearah tidak menentu. Prevalensinya bukan saja pada

kalangan menengah kebawah sebagai dampak langsung dari kesulitan ekonomi, tetapi juga

kalangan menengah keatas sebagai dampak langsung atau tidak langsung kemampuan

individu dalam penyesuaian diri terhadap perubahan sosial yang terus berubah.
Menurut Badan Kesehatan Dunia/ WHO (world health organization), jumlah penderita

gangguan jiwa di dunia adalah 450 juta jiwa. Dengan mengacu data tersebut, kini jumlah itu

diperkirakan sudah meningkat. Diperkirakan dari sekitar 220 juta penduduk Indonesia, ada

sekitar 50 juta atau 22 persennya, mengidap gangguan kejiwaan. Data yang dikeluarkan oleh

Badan Kesehatan Dunia/WHO (world health organization) pada tahun 2006 menyebutkan

bahwa diperkirakan 26 juta penduduk indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat

ringan hingga berat. Sebaliknya, Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah penderita

gangguan jiwa berat sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data RSJ se-indonesia. Pada studi

terbaru WHO (world health organization) di 14 negara menunjukan bahwa pada negara

berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah atau tidak kasus gangguan jiwa parah

tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama.3


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitik

yang berfungsi untuk mendeskripsikan data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini bertempat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr.

Soeparto Hardjohusodo Kota Kendari, dengan mengumpulkan data pasien dari arsip pada

bagian Psikiatri FK UHO tahun 2018 dengan suku Bali lalu kemudian melakukan analisis

lebih lanjut terkait jenis gangguan jiwa terbanyak pada masyarakat suku Bali.

C. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan sebanyak 6 sampel pasien suku Bali dalam ruang perawatan

RSJ Kendari maupun pasien rawat jalan yang datanya diambil melalui arsip pada bagian

Psikiatri FK UHO di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Soeparto Hardjohusodo Kota Kendari
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang terletak di

Keluruhan Tobuuha, Kecamatan Puuwatu, Kota Kendari. RSJ Kota Kendari memiliki fasilitas

pelayanan kedokteran jiwa baik secara rawat inap dan rawat jalan. Terdapat beberapa ruangan

rawat inap pada RSJ Kota Kendari antara lain; ruang srikandi, ruang akut, ruang anggrek,

ruang melati, ruang matahari, ruang flamboyan, ruang mawar, ruang delima, ruang asoka dan

ruang teratai yang masing-masing ruangan memiliki kapasitas penampungan pasien dengan

jumlah yang berbeda. Adapun pasien dengan gangguan jiwa yang hedak dirawat jalan akan

dilayani melalui Poli Psikiatri yang beroprasi mulai hari senin sampai jumat.

B. Hasil

Penelitian ini menggunakan 6 sampel berupa pasien suku Bali yang berasal dari ruang

perawatan RSJ kota Kendari maupun pasien rawat jalan yang kemudian dilakukan

pengambilan data melalui Rekam medik pasien dalam rentang waktu Januari - Desember

2018

Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitan

No. Jenis Kelamin Jumlah (n) Total (%)


1. Laki-Laki 4 orang 66 %

2. Perempuan 2 orang 33,34 %

Total 6 orang 100 %

Tabel 2. Data gangguan jiwa pada masyarakat suku Bali


No. Inisial Umur Pekerjaan Diagnosa
Responden
1. Tn. WS 73 tahun Petani Skizofrenia residual
2. Tn. WB 47 tahun Petani Gangguan Mental
Lain YDT Akibat
Kerusakan dan
Disfungsi Otakk dan
Penyakit Fisik
3. Tn. WM 26 Tahun Tidak bekerja Skizofrenia Tak
Terinci
4. Ny. APS 24 Tahun Ibu Rumah Tangga Skizofrenia paranoid
5. Nn. SG 18 Tahun Mahasiswa Depresi ringan tanpa
gejala somatik
6. Tn. MS 45 Tahun Petani Skizofrenia Residual

C. Pembahasan

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari rekam medik pasien, di dapatkan bahwa

sepanjang tahun 2018 terdapat 6 orang pasien yang datang di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr.

Soeparto Hardjohusodo Kota Kendari. Dari ke 6 pasien tersebut, penyakit penyakit yang

didapatkan yaitu 2 orang pasien dengan diagnosa Skizofrenia reesidual, 1 orang pasien

dengan diagnosa skizofrenia paranoid, 1 orang pasien dengan diagnosa skizofrenia tak terinci,

1 orang pasien dengan diagnosa depresi ringan tanpa gejala somatik dan 1 orang pasien

dengan diagnosa gangguan mental lain ydt akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit

fisik

Hal ini sejalan dengan hasil dari studi pendahuluan berdasarkan data di rekam medik

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di Bangli, pada tahun 2017, terdapat 5.747 orang klien rawat

inap dan sebanyak 97% (5.624 orang) dari 5.747 orang dengan skizofrenia. Pada tahun 2017,

terdapat 5.302 orang klien rawat inap dan sebanyak 98% (5.169 orang) dari 5.302 orang

dengan skizofrenia.

Skizofrenia adalah pernyakit yang menyerang sekitar 1% dari populasi dunia. Sampai

saat ini baru sedikit dilaporkan terkait pasien yang benar-benar dapat sembuh dari skizofrenia.

Hal ini juga terkait dengan tidak adanya definisi dan kritria yang paten dan lengkap yang

memberikan garis batas antara definisi recovery dan remission. Namun demikian, angka
relapse masih terbilang tinggi dan tak terhindarkan. Relapse sendiri dapat menjadi beban bagi

pasien seperti gejala yang memburuk, menurunnya fungsi kognitif, fungsi kerja, dan turunnya

kualitas hidup.

Skizofrenia residual adalah suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan

skizofrenik dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium awal ke stadium lebih lanjut

yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala “negatif” jangka panjang, walaupun belum tentu

irreversible.

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan brikut ini harus dipenuhi :

1. Gejala “negatif” skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor,

aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif,

kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang

buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan sikap tubuh,

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

2. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang

memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia;

3. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang

(minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” skizofrenia;

4. Tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis

atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negatif tersebut

Pada pasien Skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun

sampai saat ini belum diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak

tertentu dengan munculnya skizofrenia. Penelitian pada beberapa dekade terakhir

mengindikasikan peran patofisiologi dari area tertentu di otak; termasuk system

limbik,korteks frontal, dan ganglia basalis. Hipotesa Dopamin: Menurut hipotesa ini,

skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas neurotransmitter Dopaminergic.


Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu

banyaknya reseptor dopamine, turunya nilai ambang atau hipersensitivitas reseptor dopamine,

atau kombinasi dari factorfaktor tersebut.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan jiwa pada masyarakat suku

bali, yaitu

1. Adanya Kasta di masyarakat

Seperti diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Bali memeluk agama Hindu.

Atas dasar itulah sampai sekarang sistem kasta masih dapat dijumpai di Bali. Kasta

merupakan peninggalan nenek moyang orang Hindu di Bali yang diwariskan dari

generasi ke generasi. Di dalam masyarakat Hindu dikenal adanya sistem warna,yaitu

suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan

keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem warna dari agama Hindu ini

sering diselewengkan oleh penguasa penguasa feodal dan pengikut pengikutnya untuk

melanggengkan pengaruh politisnya dimasyarakat. Sistem warna yang merupakan

pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam

kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat

seseorang berdasarkan keturunan. Ide dasar dari sistem ini, yaitu pengelompokan

masyarakat berdasarkan profesi dan keahlian, sering atau bahkan terabaikan sama sekali.

Tingkatan-tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan kasta. Pada zaman

dahulu, kasta itu dibuat berdasarkan profesi masyarakat dan sampai saat ini di Bali ada 4

kasta yaitu2:

a. Kasta brahmana merupakan kasta yang memiliki kedudukan tertinggi, dalam

generasi kasta brahmana ini biasanya akan selalu ada yang menjalankan

kependetaan. Dalam pelaksanaanya seseorang yang berasal dari kasta brahmana

yang telah menjadi seorang pendeta akan memilik sisinya, dimanasisya-sisya inilah

yang akan memperhatikan kesejahteraan dari pendeta tersebut


b. Kasta Ksatriya merupakan kasta yang memiliki posisi yang sangat penting dalam

pemerintahan dan politik tradisional di Bali, karena orang-orang yang berasal dari

kasta ini merupakan keturuna dari Raja-raja di Bali pada zaman kerajaan.

c. Kasta Wesya adalah masyarakat Bali yang merupakan orang-orang yang memiliki

hubungan erat dengan keturunan raja-raja terdahulu.

d. Kasta Sudra merupakan kasta yang mayoritas di Bali, namun memiliki kedudukan

sosial yang paling rendah, dinama masyarakat yang berasal dari kasta ini harus

berbicara dengan Sor Singgih Basa dengan orang yang berasal dari kasta yang lebih

tinggi atau yang disebut dengan Tri Wangsa.

Adanya perbedaan kasta ini dapat menyebabkan konflik sosial . Konflik sosial yang

terjadi dapat menyebabkan sesorang mengalami stres. Selain itu, dengan merujuk pada

beberapa hasil penelitian, terbukti bahwa orang orang yang merupakan kasta terendah di

lingkungan nya akan merasa dikucilkan, tertekan dan kurang bahagia atau bahkan

mengalami gangguan mental yang serius seperti depresi, skizofrenia dan gangguan

kepribadian.

2. Mata pencaharian

Bali sebagai salah satu Propinsi di Nusantara Indonesia, masyarakatnya adalah

agraris atau bermata pencaharian sebagai petani dengan wilayah yang relatif sempit

yaitu 563.666 hektar, terdiri dari 80.765 hektar lahan persawahan dan sisanya 482.901

hektar lahan bukan sawah. Mata pencaharian masyarakat bali yang menjadi petani

membuat pendapatan dari masyarakat suku bali menjadi tidak menentu. Pendapatan

yang tidak menentu ini memicu timbulnya stres yang dapat mengarah ke gangguan

mental seperti depresi dan skizofrenia. Selain itu, dengan merujuk pada beberapa hasil

penelitian, terbukti bahwa orang orang yang berpenghasilan rendah merasa kurang

bahagia atau bahkan mengalami gangguan mental yang serius seperti depresi,

skizofrenia dan gangguan kepribadian.3


3. Adat istiadat

Suku bali merupakan salah satu suku yang ada di indonesia dengan keragaman

budaya, adata istiadat dan kebiasaan kebiasaan. Salah satu adat yang masih di lakukan

sampai saat ini di bali adalah mesbes bangke. tradisi Mesbes Bangke atau mencabik-

cabik mayat memang terlihat mengerikan dan menyeramkan, apalagi bagi mereka yang

baru pertama kali ataupun mengenal tradisi tersebut. Yang mana jasad atau mayat

seseorang yang akan dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh warga banjar Buruan

sebelum menuju tempat pembakaran mayat, mayat tersebut akan ditunggu oleh warga di

luar pekarangan rumah, setelah mayat tersebut keluar dari pintu gerbang rumah, barulah

warga mencabik-cabik mayat tersebut, karena bersemangat, bahkan ada sampai naik ke

atas mayat yang sedang diusung. Tradisi ini dapat mempengaruhi psikologis dari

keluarga saat melihat tubuh anggota keluarganya yang telah meninggal dicabik cabik

oleh warga. Psikologis dari sesorang yang terganggu bisa memicu terjadinya stres,

depresi bahkan sampai gangguan jiwa berat seperti skizofrenia.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan data dari arsip bagian Psikiatri FK UHO di Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

Dr. Soeparto pada tahun 2018, didapatkan sebanyak 6 orang pasien dengan suku Bali

dimana diagnosa terbanyak yaitu skizofrenia residual, lalu diikuti skizofrenia paranoid,

skizofrenia tak terinci, depresi sedang tanpa gejala somatik.

2. Berdasarkan data yang telah di porelah, dapat diketahui bahwa ada banyak faktor yang

dapat mempengaruhi kejadian gangguan jiwa terutama skizofrenia pada masyarakat

suku bali yaitu masih adanya kasta yang dapat menimbulkan konflik sosial di

masyarakat. Selain itu, pekerjaan juga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang

bisa menyebabkan timbulnya stress dan depresi. Beberapa tradisi di suku bali salah

satunya mesbem bangke juga bisa mempengaruhi psikologi dari keluarga.

B. Saran

Karena penulisan Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan
masukkan dan saran dari semua pihak agar isi Referat ini lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astika, Ketut Sudhana. 1999. Analisis Kebudayaan. Jakarta : Depdikbud.


2. Ayuningtyas, Dumilah., Misnaniarti., Rayhani, Marisa. 2018. Analisis Situasi Kesehatan
Mental Pada Masyarakat Di Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Masyarakat. 9(1):1-10

3. Bukian, Putu Agus Windu Yasa. Putra, Gede Nur Widya. 2018. Pengaruh Terapi Spiritual
Gayatri Mantram Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Bali Tahun 2018. Jurnal Kesehatan MIDWINERSLION. 2(2)

4. Gunarta, Meding Edie. 2015. Konsep Diri, Dukungan Sosial dan Penyesuaian Sosial
Mahasiswa Pendatang Di Bali. Jurnal Psikologi Indonesia. 4(2).

5. Madalise, Seniaty., Bidjuni, Hendro., Wowiling, Ferdinan. 2015. Pengaruh Pemberian


Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit Perawatan Diri)Terhadap
Pelaksanaan Adl (Activity Of Dayli Living) Kebersihan Gigi Dan Mulut Di RSJ.
EjournalKeperawatan. 3 (2)

6. Sulistiowati, Ni Made Dian., Prapti , Ni Ketut Guru. 2015. Pemberdayaan Keluarga Melalui
Pemberian Pendidikan Kesehatan Dalam Merawat Anggota Keluarga dengan Gangguan Jiwa.
Jurnal Keperawatan Jiwa 3(2) : 141-144

Anda mungkin juga menyukai