Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI

AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI


MENGGAMBAR PADA PASIEN HARGA DIRI
RENDAH DI PPSLU DEWANTA RPSDM
“MARTANI” CILACAP

Ida Lili Antika1


Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

Priyatin Sulistyowati2
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

Roni Purnomo3
Politeknik Yakpermas Banyumas, Diploma III Keperawatan
Email : jurnalyakpermas@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Yosep, 2011). Tujuan : Untuk mengetahui
Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Menggambar pada Pasien Harga Diri Rendah. Metode : Jenis studi kasus ini adalah metode
deskriptif. Motode studi kasusdeskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial. Hasil : Tndakan TAK mengambar pada
dua responden yaitu, dilakukan TAK selama tiga hari tindakan pada hari pertama resonden belum
mampu menceritakan, pada hari ke dua responden pertama mampu menceritakan apa yang
digambar lalu pada resonden dua belum mampu menceritakan apa yang digambar. Pada hari ke
tiga TAK responden pertama mampu menceritakan apa yang digambar responden dua mampu
menceritakan namun dengan singkat. Jadi responden pertama mampu menceritkan apa yang
digambar dan renponden dua belum mampu menceritakan dengan detail. Kesimpulan : Evaluasi
yang diperoleh dari klien 1 Tn. N yaitu pasien dapat mengungkapkan masalah yang dipendam dan
alasan masuk ke Unit Rehabilitasi “Martani” Cilacap.
Kata Kunci: Harga Diri Rendah, TAK

ABSTRACT
Background: Self-esteem is a personal assessment of the results achieved by analyzing how far the behavior
fulfills self-ideals (Yosep, 2011). Purpose: To determine Mental Nursing Care by Giving Sensory Drawing
Stimulation Group Activity Therapy to Patients with Low Self-Esteem. Method: This type of case study is a
descriptive method. A descriptive case study method is one type of research whose purpose is to present a
complete picture of a social setting or is intended for exploration and clarification of a social phenomenon or
reality. Result: Takes action on two respondents, namely, TAK was carried out for three days. On the first day,
the respondent was unable to tell, on the second day the first respondent was able to tell what was drawn and
then on the second respondent was not able to tell what was drawn. On the third day, the first respondent's
TAK was able to tell what the second respondent had drawn, but was able to tell the story briefly. So the first
respondent was able to describe what was drawn and the second respondent was not able to tell in detail.
Conclusion: The evaluation obtained from the client 1 Mr. N, that is, the patient can reveal the hidden problem
and the reason for being admitted to the Rehabilitation Unit "Martani" Cilacap.
Keywords: Low Self-Esteem, TAK

ISSN 2502-1524 Page | 80


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

PENDAHULUAN mencapai derajat kesehatan yang


Kesehatan adalah keadaan optimal dalam kehidupan maka salah
sehat fisik, mental dan sosial, bukan satu aspek yang tidak boleh diabaikan
semata-mata keadaan tanpa penyakit adalah kesehatan jiwa. Diera
atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, globalisasi dan persaingan bebas
2009). Hal ini berarti seseorang kecenderungan terhadap peningkatan
dikatakan sehat apabila seluruh aspek gangguan jiwa semakin besar, hal ini di
dalam dirinya dalam keadaan tidak sebabkan karena stressor dalam
terganggu baik tubuh, psikis, maupun kehidupan.
sosial. Apabila fisiknya sehat, maka Kesehatan jiwa menurut WHO
mental (jiwa) dan sosial pun sehat, merupakan berbagai karakter positif
demikian pula sebaliknya, jika yang menggambarkan keselarasan dan
mentalnya terganggu atau sakit, maka keseimbangan kejiwaan yang
fisik dan sosialnya pun akan sakit. mencerminkan kedewasaan setiap
Kesehatan harus dilihat secara individu (Kusumawati & Yudi , 2010).
menyeluruh sehingga kesehatan jiwa Kesehatan jiwa menurut Roshadi
merupakan bagian dari kesehatan yang merupakan kondisi jiwa seseorang
tidak dapat dipisahkan (Videbeck, yang terus tumbuh berkembang dan
2008). mempertahankan keselarasan dalam
Kesehatan merupakan hal yang mengendalikan diri, serta terbebas dari
sangat penting bagi manusia sebab steres berlebih (Kusumawati & Yudi ,
tanpa adanya kesehatan, maka aktivitas 2010).
manusia akan terganggu. Hal ini Gangguan jiwa merupakan
sejalan dengan kesehatan menurut sekumpulan gangguan pada pungsi
Undang-Undang Republik Indonesia pikir, emosi, prilaku, dan sosialisasi
Nomor 36 tahun 2009 tentang dengan orang sekitar. World Health
kesehatan yang menyatakan kesehatan Organitation tahun 2009 menyatakan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar
mental, spiritual, baik sosial yang 450 juta orang memiliki gangguan
memungkinkan bagi setiap orang untuk mental, sekitar 10% orang dewasa
hidup produktif secara sosial dan mengalami gangguan jiwa saat ini dan
ekonomis. Dengan demikian kondisi 25% penduduk diperkirakan akan
sehat jiwa di lihat secara holistik mengalami gangguan jiwa pada usia
meliputi aspek emosional, psikologis, tertentu selama hidupnya. Setiap
sosial dan perilaku yang dapat tahunnya, upaya bunuh diri yang
berfungsi sesuai tugas dan perannya dilakukan oleh para pasien dengan
dalam kehidupan sehari- hari. gangguan jiwa mencapai 20 juta jiwa.
Sehat menurut WHO adalah Gangguan jiwa mencapai 13% dari
keadaan yang sempurna maupun baik penyakit secara keseluruhan dan
fisik, mental, maupun sosial, tidak kemungkinan akan berkembang
hanya terbebas dari penyakit dan menjadi 25% di tahun 2030. Penelitian
kelemahan atau kecacatan. Untuk yang dilakukan World Health

ISSN 2502-1524 Page | 81


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman : 80-91

Organitation di berbagai negara ditandai oleh terganggunya


menunjukkan bahwa sebesar 20 – 30% kemampuan menilai realitas atau
pasien yang datang ke pelayanan tilikan (insight) yang buruk. Gejala
kesehatan menunjukkan gejala yang menyertai gangguan ini antara
gangguan jiwa. Berdasarkan hasil lain berupa harga diri rendah,
sensus penduduk di Amerika Serikat halusinasi, ilusi, waham, gangguan
tahun 2004 memperkirakan 26,2% proses pikir, kemampuan berpikir,
penduduk yang berusia 18 tahun atau serta tingkah laku aneh, misalnya
lebih mengalami gangguan jiwa . agresivitas atau katatonik. Gangguan
Risiko gangguan jiwa tersebar hampir jiwa berat dikenal dengan sebutan
merata di seluruh dunia, termasuk di psikosis dan salah satu contoh psikosis
wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan adalah skizofrenia. Gangguan jiwa
data dari WHO wilayah Asia Tenggara, berat menimbulkan beban bagi
hampir satu per tiga dari penduduk di pemerintah, keluarga serta masyarakat
wilayah Asia Tenggara pernah oleh karena produktivitas pasien
mengalami gangguan neuropsikiatri menurun dan akhirnya menimbulkan
(Yosep, 2011). beban biaya yang besar bagi pasien dan
Berdasarkan data Riset keluarga. Dari sudut pandang
Kesehatan Dasar (2013) Prevalensi pemerintah, gangguan ini
gangguan jiwa berat pada penduduk menghabiskan biaya pelayanan
Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa kesehatan yang besar. Sampai saat ini
berat terbanyak di DI Yogyakarta, masih terdapat pemasungan serta
Aceh, Sulawesi Selatan, Bali,Jawa perlakuan salah pada pasien gangguan
Tengah dan Ibu Kota Jakarta. Proporsi jiwa berat di Indonesia. Hal ini akibat
RT yang pernah memasung ART pengobatan dan akses ke pelayanan
gangguan jiwa berat 14,3 persen dan kesehatan jiwa belum memadai. Salah
terbanyak pada penduduk yang tinggal satu upaya yang dilakukan pemerintah
di perdesaan (18,2%), serta pada melalui Kementerian Kesehatan adalah
kelompok penduduk dengan kuintil menjadikan Indonesia bebas pasung
indeks kepemilikan terbawah (19,5%). oleh karena tindakan pemasungan dan
Prevalensi gangguan mental emosional perlakukan salah merupakaan tindakan
pada penduduk Indonesia 6,0 persen. yang melanggar hak asasi manusia
Provinsi dengan prevalensi ganguan (Balitbang Kemenkes RI, 2013).
mental emosional tertinggi adalah Prevalensi gangguan jiwa di
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah mencapai 3,3 % dari
Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa seluruh populasi yang ada (Balitbang
Tenggara Timur. Indikator kesehatan Kemeskes RI, 2013). Berdasarkan data
jiwa yang dinilai pada Riskesdas 2013 dari dinas kesehatan Provinsi Jawa
antara lain gangguan jiwa berat, Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang
gangguan mental emosional serta mengalami gangguan jiwa dan
cakupan pengobatannya. Gangguan beberapa dari kasus tersebut hidup
jiwa berat adalah gangguan jiwa yang dalam pasungan. Angka tersebut

ISSN 2502-1524 Page | 82


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

diperoleh dari pendataan sejak januari diri yang negatif dan dibandingkan
hingga november 2012 (Hendry, dengan perasaan lemah, tidak
2012). Berdasarkan jumlah kunjungan tertolong, tidak ada harapan, ketakutan,
masyarakat yang mengalami gangguan merasa sedih, sensitif, tidak sempurna,
jiwa kepelayanan kesehatan baik rasa bersalah dan tidak adekuat.
puskesmas, rumah sakit, maupun Gangguan harga diri adalah
sarana pelayanan kesehatan lainnya keadaan dimana individu mengalami
pada tahun 2009 terdapat 1,3 juta orang evaluasi diri negatif tentang
melakukan kunjungan, hal ini kemampuan diri (Suliswati, 2005). Hal
diperkirakan sebanyak 4,09% (Dinkes ini sesuai dengan apa yang terjadi pada
Prov Jawa Tengah, 2009). pasien harga diri rendah (HDR), yaitu
Harga diri adalah penilaian saat diajak berbicara tidak kooperatif,
pribadi terhadap hasil yang dicapai kontak mata kurang, hanya melihat
dengan menganalisa seberapa jauh atau menunduk dibawah, serta jarang
perilaku memenuhi ideal diri (Yosep, mengutarakan masalahnya pada orang
2011). Frekuensi pencapaian tujuan lain dan hanya menendam maslahnya
akan menghasilkan harga diri rendah sendiri. Perawat memiliki peran yang
atau tinggi. Jika individu selalu sukses cukup besar dalam membantu pasien
maka cenderung harga diri tinggi tapi yang dirawat di rumah sakit agar dapat
apabila individu sering gagal maka mengontrol perilaku sekaligus
cenderung memiliki harga diri rendah meningkatkan harga diri rendah
(Riyadi & Purwanto,2009). Harga diri (HDR). Beberapa peran perawat dalam
rendah adalah perasaan tidak berharga, menangani pasien dengan masalah
rendah diri yang berkepanjangan akibat gangguan harga diri rendah (HDR), di
evaluasi yang negatif terhadap diri rumah sakit antara lain melakukan
sendiri atau kemampuan dirinya penerapan standar asuhan
(Yosep 2011). Adanya perasaan hilang keperawatan, yaitu menerapkan
kepercayaan diri, merasa gagal karena strategi pelaksanaan secara individu
tidak mampu mencapai keinginan dan melakukan terapi aktivitas
sesuai ideal diri. Harga diri rendah kelompok (TAK) pada pasien serta
mencakup kegiatan yang dimulai dari melatih keluarga untuk merawat pasien
mengidentifikasi hingga melatih dengan harga diri rendah (Keliat &
kemampuan yang masih dimiliki Akemat, 2005).
pasien sehingga semua kemampuan Strategi pelaksanaan
dapat dilatih. Setiap kemampuan yang komunikasi adalah pelaksanaan
dimiliki akan meningkatkan harga diri standar asuhan keperawatan terjadwal
pasien (Damaiyanti, 2012). Harga diri yang di terapkan pada pasien yang
rendah merupakan suatu masalah bertujuan untuk mengurangi masalah
utama untuk kebanyakan orang dan keperawatan jiwa yang ditangani
dapat diekspresikan dalam tingkat (Fitria, 2009). Strategi pelaksanaan
kecemasan yang tinggi. Termasuk komunikasi pada pasien harga diri
didalam harga diri rendah ini evaluasi rendah mencakup kegiatan yang di

ISSN 2502-1524 Page | 83


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman : 80-91

mulai dari mengidentifikasi hingga yang disertai kurang kominukasi


melatih kemampuan yang masih verbal.
dimiliki pasien sehingga semua Berdasaran latar belakang maka
kemampuan dapat dilatih. Setiap penulis tertarik untuk membahas kasus
kemampuan yang dimiliki akan lebih lanjut tentang Harga Diri rendah.
meningkatkan harga diri pasien Dengan terapi yang dilakukan
(Keliat, 2011). diharapkan masalah Harga Diri Rendah
Meningkatnya penggunaan dapat teratasi , maka penulis
kelompok terapeutik. Beberapa mengambil judul “Asuhan
keuntungan yang dapat diperoleh keperawatan jiwa dengan pemberian
individu atau klien melalui terapi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
aktifitas kelompok meliputi dukungan Sensori Menggambar pada pasien
(support), pendidikan meningkatkan Harga Diri Rendah.”
pemecahan masalah, meningkatkan Penulisan karya tulis ini
hubungan interpersonal dan juga bertujuan untuk mengetahui Asuhan
meningkatkan uji realitas (reality Keperawatan Jiwa dengan Pemberian
testing) pada klien dengan gangguan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
orientasi realitas . Terapi aktifitas Sensori Menggambar pada Pasien
kelompok sering digunakan dalam Harga Diri Rendah.
praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa
ini terapi aktifitas kelompok METODE PENELITIAN
merupakan hal yang penting dari Studi kasus merupakan salah
ketrampilan terapeutik dalam satu jenis penelitian yang meneliti
keperawatan. Terapi kelompok telah permasalahan melalui suatu kasus yang
diterima profesi kesehatan. Pimpinan terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal
kelompok dapat menggunakan yang menjadi studi kasus tersebut
keunikan individu untuk mendorong secara mendalam dianalisis baik dari
anggota kelompok untuk segi yang berhubungan dengan
mengungkapkan masalah dan keadaan kasus itu sendiri. faktor-faktor
mendapatkan bantuan penyelesaian yang mempengaruhi kejadian khusus
masalahnya dari kelompok, perawat yang muncul sehubungan dengan
juga adaptif menilai respon klien kasus maupun tindakan dan reaksi
selama berada dalam kelompok (Keliat kasus terhadap suatu perlakuan atau
& Akemat, 2005). pemaparan tertentu. Meskipun didalam
Terapi Aktivitas Kelompok studi kasus yang diteliti hanya
Stimulasi Sensori adalah upaya berbentuk unit tunggal namun
menstimulasi semua panca indra dianalisis mendalam mencakup
(sensori) agar memberi respon yang berbagai aspek yang cukup luas
adekuat. Klien yang mempunyai (Notoatmojo, 2010).
indikasi TAK Stimulasi Sensori adalah Jenis studi kasus ini adalah
klien isolasi sosial, harga diri rendah metode deskriptif. Motode studi
kasusdeskriptif adalah salah satu jenis

ISSN 2502-1524 Page | 84


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

penelitian yang tujuannya untuk untuk memantau dan meningkatkan


menyajikan gambaran lengkap hubungan antar anggota.
mengenai setting sosial atau Terapi stimulasi sensori
dimaksudkan untuk eksplorasi dan menggambar adalah aktivitas yang
klarifikasi mengenai suatu fenomena digunakan untuk memberikan
atau kenyataan sosial dengan jalan stimulasi pada klien, kemudian
mendeskripsikan sejumlah variabel diobservasi reasksi sensori klien
yang berkenaan dengan masalah dan berupa ekspresi muka.
unit yang diteliti antara fenomena yang
diuji. Tujuan dari metode ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
menghasilkan gambaran akurat tentang Menurut Riyadi & Purwanto
sebuah kelompok, menggambarkan (2009) harga diri rendah dapat
mekanisme sebuah proses atau digambarkan sebagai perasaan yang
hubungan, memberikan gambaran negatif terhadap diri sendiri, hilang
lengkap baik dalam bentuk verbal atau kepercayaan diri dan merasa gagal
numerikal, menyajikan informasi dasar mencapai keinginan.
akan suatu hubungan menciptakan Tindakan keperawatan untuk
seperangkat kategori dan mengatasi harga diri rendah yaitu
mengklasifikasi subjek penelitian dapat dilakukan dengan pemberian
menjelaskan seperangkat tahapan atau terapi aktivitas kelompok, salah satu
proses serta untuk menyimpan terapi aktivitas kelompok yang dapat
informasi. membantu pasien harga diri rendah
Fokus studi identik dengan yaitu terapi aktivitas kelompok
variable penelitian yaitu perilaku atau stimulasi sensori.
karakteristik yang memberikan nilai Menurut Keliat (2004)
beda terhadap sesuatu (Nursalam, stimulasi sensori adalah upaya
2011). Fokus studi pada kasus ini yaitu menstimulasi semua panca indra agar
untuk mengetahui respon klien dengan memberi respon yang adekuat.
status harga diri rendah sebelum dan Menurut Setyoadi (2011) stimulasi
sesudah diberikan terapi aktivitas sensori menggambar bisa
kelompok pemberian stimulasi sensori meningkatkan harga diri dikarenakan
menggambar. manfaat dari terapi aktivitas kelompok
Harga diri rendah adalah menggambar dapat menghilangkan
perasaan seseorang bahwa dirinya steres dan memungkinkan pasien
tidak diterima dilingkungannya dan untuk mengembangkan keterampilan
gambaran-gambaran negatif tentang koping. Di bawah ini proses
dirinya. menggambar pada Tn.N dan Tn. A
Terapi aktivitas kelompok sebagai responden penelitian ini
merupakan salah satu upaya untuk dilakukan selama dua minggu yaitu
memfasilitasi psikoterpis terhadap pada tanggal 15-27 April 2019.
sejumlah klien pada waktu yang sama Pada hari pertama tanggal 15
April 2019 peneliti melakukan

ISSN 2502-1524 Page | 85


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman : 80-91

TUK/SP yang pertama yaitu mencari


responden yang bisa atau menyukai Pada hari ke tiga tanggal 20
gambar dan melakukan bina hubungan April 2019 melakukan TUK/SP yang
saling percaya kepada dua respon. ke tiga yaitu melakukan kegiatan yang
Selanjutnya melakukan kontrak sesuai dengan kemampuan yaitu
kepada dua responden untuk menggambar. TAK yang ke dua
melakukan TAK menggambar. dengan 6 responden namun berbeda
Pada hari ke dua tanggal 18 dengan yang pertama.
April 2018 melakukan TUK/SP yang 1. Fase perkenalan :
kedua yaitu melakukan aspek positif a. Melakukan kontrak ulang
yang dimiliki yaitu menggambar. untuk mengikuti TAK
b. Mengumpulkan enam
1. Fase perkenalan :
responden
a. Melakukan kontrak ulang
c. Memperkenalkan diri dan
untuk mengikuti TAK
menjelaskan tujuan kegiatan
b. Mengumpulkan enam
dari TAK
responden
d. Mengevaluasi kegiatan
c. Memperkenalkan diri dan
sebelumnya yaitu dua
menjelaskan tujuan kegiatan
responden belum mampu
dari TAK
menceritakan hasil gambar
2. Fase kerja
TAK pada waktu pertama
a. Memberikan kertas HVS
2. Fase kerja
kosong, pensil dan penghapus
a. Memberikan kertas HVS
b. Menentukan tema
kosong, pensil dan penghapus
menggambar pemandangan
b. Menentukan tema
c. Masing masing responden
menggambar lingkungan
menggambar sesuai dengan
rumah
tema dan waktu yang telah
c. Masing masing responden
ditentukan
menggambar sesuai dengan
d. Setelah waktu habis
tema dan waktu yang telah
responden mengumpulkan
ditentukan
hasil yang digambar dan
d. Setelah waktu habis
menceritakan yang di
responden mengumpulkan
gambar. Responden satu
hasil yang digambar dan
maupun dua mampu
menceritakan yang di
menceritakan hasil yang
gambar. Responden satu
digambar.
mampu menceritakan apa
3. Fase teminasi
yang digambar responden
Pada fase ini peneliti menanyakan
mengatakan bahwa rumah
perasaan kepada responden
saya jelek tidak bagus seperti
setelah melakukan kegiatan TAK
yang lain saya sering di ejek
. Responden pertama dan kedua
oleh tetangga karena rumah
belum mampu menceritakan apa
saya jelek dan saya juga tidak
yang digambar, dan responden
bekerja jadi saya merasa
mengatakan senang dapat
minder bertemu dengan
berkumpul dengan teman yang
tetangga karena sering diejek
lain. Melakukan kontrak untuk
rumah saya jelek. Dan
pertemuan selanjutnya.

ISSN 2502-1524 Page | 86


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

responden dua belum mampu ditentukan


menceritakan apa yang d. Setelah waktu habis
digambar responden dua responden mengumpulkan
mengatakan masih bingung hasil yang digambar dan
dan malu menceritakan yang di
3. Fase teminasi gambar. menggambar hobi
Pada fase ini peneliti menanyakan masing masing responden .
perasaan kepada responden Responden pertama
setelah melakukan kegiatan TAK menggambar tukang jait baju
. Responden pertama mampu dan mampu menceritakannya
menceritakan apa yang sudah yaitu, responden mengatakan
digambar dan responden kedua ingin bekerja sebagai tukang
belum mampu menceritakan apa jait untuk menghidupi
yang digambar, dan responden keluarganya dan supaya anak
mengatakan senang dapat istrinya kembali lagi ke Tn.
berkumpul dengan teman yang N, Tn.N juga mengatakan
lain. Melakukan kontrak untuk ingin dijenguk oleh anak dan
pertemuan selanjutnya. istrinya karena selama di
Martani belum pernah
Pada hari ke empat yaitu dijenguk. Responden dua
tanggal 23 April 2019 melakukan menggambar tukang sapu,
responden dua mampu
TUK/SP yang ke empat yaitu
menceritakan namun dengan
melakukan TAK dan membuat singkat yaitu ingin
rencana / jadwal kegiatan harian. lingkungan bersih dan
1. Fase perkenalan : melihat lingkungan indah.
a. Melakukan kontrak ulang 3. Fase teminasi
untuk mengikuti TAK Pada fase ini peneliti menanyakan
b. Mengumpulkan enam perasaan kepada responden
responden setelah melakukan kegiatan TAK
c. Memperkenalkan diri dan . Responden pertama mampu
menjelaskan tujuan kegiatan menceritakan apa yang digambar
dari TAK dan responden dua menceritakan
d. Mengevaluasi kegiatan namun dengan singkat , dan
sebelumnya yaitu responden responden mengatakan senang
pertama mampu dapat berkumpul dengan teman
menceritakan hasil yang yang lain. Selanjutnya membuat
digambar dan responden dua jadwal kegiatan harian untuk dua
belum mampu menceritakan responden.
hasil gambar TAK. Evaluasi dari tindakan TAK
2. Fase kerja mengambar pada dua responden yaitu,
a. Memberikan kertas HVS dilakukan TAK selama tiga hari
kosong, pensil dan penghapus
tindakan pada hari pertama resonden
b. Menentukan tema
menggambar hobi belum mampu menceritakan, pada hari
c. Masing masing responden ke dua responden pertama mampu
menggambar sesuai dengan menceritakan apa yang digambar lalu
tema dan waktu yang telah pada resonden dua belum mampu

ISSN 2502-1524 Page | 87


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman : 80-91

menceritakan apa yang digambar. dilakukan kepada Tn. N dan Tn. A


Pada hari ke tiga TAK responden yaitu membina hubungan saling
pertama mampu menceritakan apa percaya, memperkenalkan diri
dengan sopan, menanyakan nama
yang digambar responden dua mampu
lengkap pasien dan nama
menceritakan namun dengan singkat. panggilan yang disukai pasien,
Jadi responden pertama mampu menjelaskan tujuan pertemuan,
menceritkan apa yang digambar dan jujur memberi kesempatan kepada
renponden dua belum mampu klien untuk mengungkapkan
menceritakan dengan detail. perasaan tentang penyakitnya. SP
2 mendiskusikan kemampuan dan
SIMPULAN aspek positif yang dimiliki,
Selama dilakukan tindakan menanyakan kemampuan yang
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi bisa dilakukan selama di Unit
Rehabilitasi “Martani” Cilacap
Sensori menggambar pada pasien
supaya tidak sering melamun dan
harga diri rendah kepada Tn. N dan Tn. menyendiri . SP 3 melatih pasien
A penulis dapat menyimpulkan bahwa melakukan kegiatan lain yang
: sesuai dengan kemampuan pasien,
1. Berdasarkan hasil pengkajian pada seperti membuat kerajian,
klien 1 Tn. N yang didapatkan membantu petugas membersihkan
data subjektif pasien mengatakan lingkungan dan yang bisa klien
suka menyendiri karena lebih lakukan. SP 4 membuat rencana /
nyaman data objektif pasien jadwal yang akan dilakukan setiap
tanpak suka menyendiri tidak suka hari, untuk klien tidak suka
bergaul dengan teman pasien. melamun dan menyendiri dikamar.
Klien 2 yaitu Tn. A data subjektif Agar klien dapat mengubah
pasien mengatakan suka pikiran negatif menjadi positif.
menyendiri karena lebih nyaman 5. Evaluasi yang diperoleh dari klien
dan pasien juga mengatakan malu 1 Tn. N yaitu pasien dapat
karena memiliki keterbatasan atau mengungkapkan masalah yang
minder dengan teman karena tidak dipendam dan alasan masuk ke
memiliki kemampuan yang Unit Rehabilitasi “Martani”
dimiliki oleh teman yang lain. Dan Cilacap. Namun klien 2 mau
data objektif pasien tanpak suka mengungkapkan masalah yang
menyendiri, tidak mudah bergaul dan alasan masuk ke Unit
dengan teman sekamar. Rehabilitasi “Martani” Cilacap
2. Masalah keperawatan yang tetapi belum cukup dan klien 2
diperoleh sesuai dengan mengatakan masih minder dengan
pengkajian adalah harga diri teman yang lain.
rendah.
3. Penulis dapat membuat intervensi SARAN
keperawatan kepada Tn. N dan Tn. 1. Bagi pasien dan keluarga
A dengan harga diri rendah. Sebaiknya keluarga mendukung
4. Untuk mengatasi harga diri rendah pengobatan yang diberikan kepada
penulis melakukan tindakan pasien agar pasien tidak kambuh-
keperawatan dengan SP 1 dengan kambuh dan rutin dalam
tindakan keperawatan yang pengobatan. Untuk pasien rajin

ISSN 2502-1524 Page | 88


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

minum obat dan berdoa juga agar dalam menyusun Karya Tulis
tidak kambuh lagi. Perbanyak Ilmiah ini.
mengikuti kegiatan supaya tidak 3. Ns. Puji Indriyani., S.Pd., S.Kep.,
suka melamun yang dapat M.Kep selaku penguji pertama
mengakibatkan gangguan jiwa yang telah menyediakan waktu,
kambuh. tenaga, dan pikiran untuk
2. Bagi mahasiswa mengerahkan saya dalam
Supaya dapat memberikan asuhan menyusus Karya Tulis Ilmiah.
keperawatan jiwa khususnya pada 4. Segenap dosen dan seluruh staf
pasien dengan harga diri rendah Akper Yakpermas yang dengan
agar lebih mempelajari dan sabar membimbing dan menididik
menguasai teori maupun penulis sehingga menjadi seperti
keterampilan, baik mulai dari ini.
pengkajian sampai evaluasi , agar 5. Kedua orang tua saya, Bapak
dalam pelaksanaan asuhan Sugito dan Ibu Marsini yang tidak
keperawatan jiwa dapat berjalan henti-hentinya mendoakan saya
dengan lancar dan mendapatkan dan memberikan semangat kepada
hasil yang maksimal. saya untuk menyelesaiakan
3. Bagi Unit Rehabilitasi “Martani” pendidikan.
Cilacap 6. Saudara serta keluarga tercinta
Sebaiknya di Unit Rehabilitasi yang senantiasa memberikan
“Martani” Cilacap terdapat tenaga dukungan dan semangat dalam
kesehatan yang mampu setiap proses kehidupan yang saya
melakukan asuhan keperawatan lalui.
kepada pasien jiwa untuk 7. Sahabat-sahabat saya Kastirah,
meningkatkan kemampuan pasien Alfareta helga, Lisa lai yang telah
mengungkapkan pikiran yang memberikan semangat dan
positif. Dan selain itu juga dapat dukungan dalam menyelesaikan
memberikan Terapi Aktivitas karya tulis ini.
Kelompok pada pasien agar pasien 8. Teman-teman Mahasiswa Akper
cepat pulih. Yakpermas Banyumas khususnya
kelas 3A yang telah memberikan
UCAPAN TERIMA KASIH semangat dan dukungan baik
Saya mengucapkan terimakasih moral maupun spiritual dan
berbagai pihak yang tidak dapat
kepada:
disebutkan satu-persatu.
1. Ns. Roni Purnomo, M.Kep.,
selaku Direktur Akademi DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan Yakpermas Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset
Banyumas dan selaku dosen dan
Kesehatan Dasar ; RISKESDAS.
pembimbing kedua.
2. Priyatin Sulistyowati, S.KP., Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
M.Kep selaku dosen dan
pembimbing pertama yang telah Damaiyanti, M. (2012). Asuhan
menyediakan waktu, tenaga, dan Keperawatan Jiwa. Bandung :
pikiran untuk mengarahkan saya Rerika Aditama

ISSN 2502-1524 Page | 89


Journal of Nursing and Health (JNH)
Volume 4 Nomor 2 Tahun 2019 Halaman : 80-91

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. (2009). Aktivitas Kelompok. Jakarta :


Profil Kesehatan Jawa Tengah. EGC
Jawa Tengah : Dinkes Jawa
Tengah Keliat BA , Panjaitan , & Helena. (2005).
Proses Keperawatan Kesehatan
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Jiwa. Jakarta : EGC
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika Kusumawati, F, & Yudi, H. (2010). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Fajariyah N. (2012). Asuhan Salemba Medika
Keperawatan Dengan Gangguan
Harga Diri Rendah. Jakarta: Moeleng. (2009). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Trans Info Media
Rosdakarya
Fitria N. (2009). Prinsip Dasar dan
Aplikasi Penulisan Laporan Muhith, A.(2015). Pendidikan
Keperawatan Jiwa (Teori dan
Pendahuluan dan Stategi
Pelaksanaan Tindakan Aplikasi). Yogyakarta : And
Keperawatan. Jakarta : Salemba Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi
Medika Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Rineka Cipta
Teknik Analisa Data. Jakarta : -- . (2010). Promosi Kesehatan dan
Salemba Medika Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Hendry.(2012). Penderita Gangguan Cipta
Jiwa di Jawa Tengah. Nursalam. (2011). Proses dan
http:/www.kesehatanjiwa.co.id. Dokumentasi Keperawatan,
Diakses pada tanggal 2 november Konsep dan Praktek. Jakarta :
2018 Salemba Medika
Keliat, BA. (2004). Keperawatan Jiwa Purwaningsih & Karlina. (2010). Asuhan
Terapi Aktifitas Kelompok. EGC Keperawatan Jiwa. Cetakan II.
: Jakarta Yogyakarta : Nuha Medika.
-- . (2011). Keperawatan Kesehatan Potter & Perry.(2011).Fundamental Of
Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC Nursing :Conse, Proses and
Practive. Edisi 7.Vol.3, Jakarta :
Keliat, BA & Pawirowiyono, Akemat.
(2013). Keperawatan Jiwa Terapi EGC
Aktivitas kelompok. Jakarta : Riyadi & Purwanto.(2009). Asuhan
Penerbit Buku Kedokteran EGC Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Keliat, BA. & Akemat. (2005). Graha ilmu
Keperawatan Jiwa : Terapi

ISSN 2502-1524 Page | 90


Ida Lili Antika: Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian Terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Sensori Menggambarkan............

Ruspawan. (2011). Gambaran


Melakukan Kegiatan pada Klien
dengan Harga Diri Rendah
Sebelum diberikan Terapi Kreasi
Seni Menggambar. Skripsi.
Tidak dipublikasikan. Jakarta:
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Airlangga;

Setyoadi.(2011). Terapi Modalitas


Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta : Salemba Medika

Stuart, G.W.(2009). Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta :
EGC

Suliswati.(2005). Konsep Dasar


Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC

Videbeck.(2008). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.362.

Yosep.(2007). Keperawatan jiwa. Edisi


1. Jakarta : Refika Aditama

---. (2009). Keperawatan Jiwa. Refika


Aditama. Bandung

---.(2011). Keperawatan Jiwa. Edisi 4.


Jakarta : Refika Aditama

ISSN 2502-1524 Page | 91

Anda mungkin juga menyukai