Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No.

2, September 2018
52

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA ELEKTRONIK


TERHADAP STIGMA MASYARAKAT PADA ORANG DENGAN
GANGGUAN JIWA

Faizatur Rohmi, S.Kep,Ns, M.Kep


Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Jl. Trunojoyo 16 Kepanjen Malang

ABSTRAK

Pendahuluan: Stigma negatif pada penderita gangguan jiwa berdampak terhadap


kualitas hidup serta interaksi sosial yang seringkali mampu menyebabkan
seseorang melakukan tindakan bunuh diri, menolak untuk berobat. Tujuan
penelitian ini adalah ingin mnegetahui adanya pengaruh penyuluhan dengan
media elektronik terhadap stigma masyarakat pada orang dengan gangguan jiwa.
Metode: Desain yang digunakan adalah Pra Eksperimen, dengan teknik sampling
Purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 responden.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil: Berdasarkan hasil uji dengan Wilcoxon didapatkan nilai p value < 0.05
yang berarti bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian asuhan
keperawatan terhadap pengaruh penyuluhan dengan media elektronik terhadap
stigma masyarakat pada orang dengan gangguan jiwa. Kesimpulan: Penelitian ini
adalah bahwa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media elektroik
terbukti efektif mampu menurunkan stigma masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa.
Kata Kunci : Penyuluhan, Gangguan Jiwa, Media

ABSTRACT

Introduction: The negative stigma in people with mental disorders has an impact
on the quality of life and social interactions that often can cause someone to
commit suicide, refusing to seek treatment. The purpose of this study is to find out
the influence of counseling with electronic media on community stigma in people
with mental disorders. Method: The design used Pre Experiment, with Purposive
sampling technique. The sample in this study amounted to 35 respondents.
Analysis of the data used in this study using the Wilcoxon test. Result: Based on
the results of the Wilcoxon test, the value of p value <0.05 was obtained, which
means that there were differences before and after the provision of nursing care
to the influence of counseling with electronic media on community stigma in
people with mental disorders. Discussion: This study is that health counseling
using electro-media is proven to be able to effectively reduce people's stigma
towards people with mental disorders.
Keywords: Counseling, Mental Disorders, Media

139
52
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018 53

PENDAHULUAN rasional (medik-psikiatri), melainkan


Stigma merupakan pemberian berobat dengan cara-cara yang tidak
label atau identitas tehadap rasional, seperti dibawa kedukun,
seseorang. Hal ini bisa tejadadi pada “orang pintar”, paranormal, pemuka
siapapun diantaranya adalah agama, dan lain sebagainya. Dengan
penderita gangguan jiwa. Stigma demikian dapat dimengerti apabila
negative pada penderita gangguan penderita gangguan jiwa tidak
jiwa berdampak terhadap kualitas mendapatkan terapi atau pengobatan
hidup serta interaksi sosial yang yang tepat sehingga proses
seringkali mampu menyebabkan penyembuhan pada penderita
seseorang melakukan tindakan bunuh gangguan jiwa sering kali terhambat,
diri, menolak untuk berobat (Rohmi, dan bahkan semakin parah (Hawari,
2017; Mubin, 2008) 2011).
Stigma negatif berupa Menurut WHO (World Health
kecenderungan orang dengan Organization) tahun 2016 jumlah
gangguan jiwa adalah sampah sosial orang yang mengalami gangguan
dan mereka merasa ketakutan kalau jiwa di dunia mencapai 450 juta
ada individu yang mengalami orang dan 1 dari 4 orang di dunia
gangguan jiwa di lingkungan mengalami masalah gangguan jiwa.
masyarakatnya karena mereka Sedangkan menurut Riskesdas tahun
beranggapan kalau individu yang 2013, Di Indonesia jumlah klien
mengalami gangguan jiwa suka gangguan jiwa mencapai 1,7 juta
mengamuk dan mencelakai orang yang artinya 1 sampai 2 orang dari
lain (Yusuf, 2015). 1.000 penduduk di Indonesia
Di kalangan masyarakat mengalami gangguan jiwa dan setiap
Indonesia, masih banyak mitos tahunnya akan terus mengalami
tentang gangguan jiwa seperti peningkatan dan individu skizofrenia
adanya kepercayaan yang yang pernah dipasung dengan
menganggap bahwa orang yang kriteria yang tinggal di pedesaan
mengalami gangguan jiwa itu (18,2%) memiliki prosentase lebih
merupakan gangguan yang tinggi, selisihnya 7,5% dibandingkan
disebabkan oleh hal-hal yang tidak tempat tinggal di perkotaan (10,7%),
rasional ataupun supranatural. hal ini akibat dari pengobatan serta
Sebagai contoh misalnya ada akses pada pelayanan kesehatan jiwa
beberapa anggapan bahwa orang yang belum memadai dan prevalensi
dengan gangguan jiwa atau “orang gangguan jiwa berat di Jawa Timur
gila” disebabkan karena guna-guna, sebesar 0,22 % sedangkan yang
kemasukan hal-hal gaib seperti ruh, mengalami gangguan metal
dan sejenisnya. Sehingga banyak emosional sebesar 6,5%. Sedangkan
diantara penderita gangguan jiwa data yang ada di puskesmas
tidak dibawa ke dokter untuk Kecamatan Klepu, terdapat 212
memperoleh pengobatan yang orang yang mengalami gangguan

140
53
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018
54

jiwa dan sebanyak 2.039 memiliki pendidikan kesehatan juga sangat


resiko gangguan jiwa. diperlukan dan harus sesuai dengan
Berdasarkan penelitian dari sasaran. Penggunaan media akan
Indah Dwi Rahayu (2016) yang membantu dalam proses pendidikan
dilakukan di Desa Srigonco kesehatan. Seperti contoh media
Kecamatan Klepu Kabupaten elektronik dengan kelebihan
Malang, dalam mengurangi stigma diantaranya yaitu sudah dikenal oleh
yang ada di masyarakat beberapa masyarakat, melibatkan semua
kegiatan sudah pernah dilakukan pancaindra, lebih mudah untuk
salah satunya yaitu dengan dilakukan dipahami, lebih menarik karena ada
penyuluhan. Penyuluhan yang suara dan gambar, adanya tatap
dilakukan oleh Indah Dwi Rahayu ini muka, penyajian dapat dikendalikan,
menggunakan metode ceramah dan jangkauan relative lebih besar dan
tanya jawab serta menggunakan luas serta dapat di ulang-ulang jika
media leaflet. Penyuluhan ini sangat digunakan sebagai alat untk
efektif untuk mengurangi pemikiran berdiskusi (Mubarak, 2012).
yang tidak benar atau stigma negatif Berdasarkan uraian diatas,
pada orang dengan gangguan jiwa di peneliti tertarik melakukan penelitian
desa tersebut. Karena Setelah tentang “Pengaruh Penyuluhan
dilakukan penyuluhan ini Dengan Media Elektronik Terhadap
pengetahuan masyarakat menjadi Stigma Masyarakat pada orang
lebih berkembang dan meningkat dengan gangguan jiwa.
sehingga stigma di dalam masyarakat
menjadi lebih berkurang. METODE
Pendidikan kesehatan Penelitian ini merupakan jenis
merupakan segala upaya yang penelitian kuantitatif dengan Desain
direncanakan yang bertujuan untuk Pra Eksperimental Pre Post Test
mempengaruhi orang lain baik dari dengan jumlah responden dalam
individu, kelompok atau masyarakat, penelitian ini adalah 35 orang.
sehingga mereka melakukan apa Teknik sampling yang digunakan
yang diharapkan oleh pelaku atau adalah purposive sampling Instrumen
orang yang memberikan pendidikan yang digunakan dalam penelitian
kesehatan. Dan hasil yang adalah lembar kuesioner yang
diharapkan dari pendidikan kemudian dilakukan modifikasi oleh
kesehatan yaitu perilaku kesehatan, peneliti. Analisis pada penelitian ini
atau perilaku untuk meningkatkan dengan menggunakan Wilcoxon.
dan menjaga kesehatan yang
kondusif (Notoatmodjo, 2012). HASIL PENELITIAN
Agar kegiatan pendidikan Tabel 1 Distribusi Frekuensi stigma
kesehatan dapat tercapai dengan masyarakat terhadap penderita
maksimal, maka penggunaan gangguan jiwa sebelum dan sesudah
kombinasi metode dan media

141
54
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018 55

pendidikan kesehatan dengan media PEMBAHASAN


elektonik) Berdasarkan hasil
Sebelum Sesudah penenlitian didapatkan bahwa stigma
Stigm Jumla % Jumla % masyarakat terhadap eppnderita
a h h gangguan jiwa sebelum pendidikan
Positi 11 31 29 83 kesehatan paling banyak adalah
f % % negative sedangkan sesudah
Negat 24 69 6 17 pendidikan kesehtan dengan media
if % % elektronik paling banyak adalah
Total 35 100 35 100 positif. Hal ini berarti bahwa stigma
% % yang melekat pada gangguan jiwa
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa masih menjadi masalah yang jelas.
stigma masyarakat terhadap Para ahli kesehatan masyarakat
penderita gangguan jiwa sebelum menyatakan bahwa persepsi
pendidikan kesehatan paling banyak masyarakat umum mengenai
adalah negatif yaitu 24 orang (69%) gangguan jiwa sangatlah bermacam-
sedangkan stigma masyarakat macam, bergantung pada sifat dasar
terhadap penderita gangguan jiwa dari gangguan jiwa tersebut.
sesudah pendidikan kesehatan paling Akibatnya stigma menjadi lebih
banyak paling banyak adalah positif memberatkan daripada penyakit yang
yaitu 29 orang (83%) dideritanya dan secara tidak
langsung akan memperburuk
Tabel 2 Distribusi Frekuensi stigma penyakit gangguan jiwa seseorang.
masyarakat terhadap penderita Stigma gangguan jiwa yang ada di
gangguan jiwa sebelum dan sesudah masyarakat dapat diketahui dengan
pendidikan kesehatan dengan media menggunakan instrumen Community
elektonik) Attitude Towards The Mentally Ill
Variabel yang membagi stigma gangguan jiwa
N Pv berdasarkan 4 aspek yaitu
Sebelum otoriterisme, kebajikan, pembatasan
Sesudah 35 0.0001 sosial dan ideologi komunitas
Selisih kesehatan mental. Instrumen tersebut
Berdasarkan hasil analisis digunakan dalam penelitian ini. Hasil
pada tabel 2 diketahui bahwa nilai P penelitian diperoleh bahwa aspek
value sebesar 0,0001 (P≥0,05) yang Otoriterisme menjadi aspek yang
berarti “ada perbedaan stigma paling tinggi median yaitu sebesar 34
masyarakat terhadap penderita dengan nilai IQR 2. Aspek kebajikan
gangguan jiwa sebelum dan sesudah mempunyai nilai median 33 dengan
pendidikan kesehatan dengan media nilai IQR 2, aspek Ideologi
elektonik”. Komunitas Kesehatan Mental
memiliki nilai median 33 dengan
IQR 4 dan yang terakhir aspek yang

142
55
56
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018

memiliki nilai median paling rendah sekitar, Pengetahuan klien dan


adalah aspek pembatasan sosial keluarga terhadap terapi bertambah,
dengan nilai median 27 dengan IQR klien lebih terampil kreatifitasnya
sebesar 7. Otoriterisme yang dan paling penting dapat mencegah
merupakan pandangan orang kekambuhan gangguan jiwa pada
terhadap orang dengan gangguan klien
jiwa sebagai seseorang yang lemah Berdasarkan hassil anlisis
dan membutuhkan penangan yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan
koersif (kasar). Aspek Otoriterisme antara sebelum dan sesudah pendiidkan
yang memiliki skor tertinggi adalah kesehatan dengan media elektronik.
Stigma merupakan prasangka yang
Rumah sakit jiwa merupakan upaya
menghubungkan seseorang dengan
yang ketinggalan jaman untuk
karakteristik yang tidak dinginkan (Link
merawat orang dengan gangguan & Phelan, 2001; dan Major & O’Brian,
jiwa yaitu sebesar 4,17 dengan SD 2005). Stigma secara umum dapat
0,925. Dalam penelitian ini bisa dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu
dilihat bahwa responden masih public stigma dan self stigma. Public
meragukan yang dilakukan istansi stigma merupakan stereotype
kesehatan terkait pengobatan klien (pelebelan) masyarakat terhadap
gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan seseorang atau kelompok karena
penelitian yang dilakukan oleh kekurangan yang mereka miliki, seperti
Mesdagh (2013) yang mengatakan orang dengan gangguan jiwa.
Banyak cara bisa dilakukan
bahwa masyarakat tidak percaya
untuk menyebarkan informasi anti-
bahwa klien gangguan jiwa yang
stigma. salah satunya adalah dengan
mengalami perawatan kesehatan pendidikan kesehatan. Hal ini
mental bisa disembuhkan. Selain itu merupakan kegiatan penting yang sangat
masyarakat meyakini bahwa efektif dalam penyebaran informasi anti-
pengobatan gangguan jiwa pada stigma. Düsseldorf Center di Jerman
awalnya diobati dengan cara-cara dalam studinya melaporkan bahwa
yang tidak ilmiah, karena gangguan media masa memiliki pengaruh besar
jiwa tersebut dianggap sebagai dalam membangun sikap penerimaan
pengaruh setan atau sikap berontak masyarakat terhadap penderita gangguan
dari orang yang sakit jiwa (Amir, jiwa di lingkungan sosial mereka (Florez
og Sartorius, 2008). Pemilihan media
2004). Namun sekarang pengobatan
informasi harus disesuaikan dengan
berbasis lingkungan sangat
kelompok sasaran. Bila ingin menyasar
dianjurkan dan tidak harus di bawa orang tua dan dewasa, media cetak dan
ke rumah sakit jiwa. Ermalinda elektronik lebih efektif karena sering
(2015) mengatakan bahwa terapi dilihat dan dibaca mereka. Namun bagi
lingkungan sangat dianjurkan untuk kelompok remaja, media internet
klien dengan gangguan jiwa, seperiti facebook, twiter, whatsapp, dan
dikarenakan klien tidak lagi meida online lainnya merupakan alat
menyendiri, klien dapat berinteraksi penyebaran informasi yang efektif.
dengan keluarga dan lingkungan Sementara untuk anak-anak, film dan

143
56
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018 57

cerita bergambar lebih menarik bagi STIKES Ngudi Waluyo


mereka. Selain pemilihan media Ungaran.
informasi, tekhnik dan cara penyebaran Mubin, Fatkhul. 2008. Tesis
informasi juga perlu diperhatikan. Pengalaman Stigma Pada
Tekhnik penyebaran informasi yang
Keluarga Dengan Klien
monoton akan cepat ditinggalkan
Gangguan Jiwa Di Kota
kelompok sasaran. Kreativitas pemilihan
tekhnik penyebaran informasi dapat
Semarang Studi Fenomologi.
mendorong kelompok sasaran Universitas Indonesia.
mengakses informasi. Kita bisa memilih Rohmi, Faizatur.2016. Korelasi
penyebaran informasi secara langsung antara beban keluarga dengan
melalui penyuluhan, namun tekhnik ini kemampuan keluarga dalam
hanya menjangkau sebagian kecil merawat penderita gangguan
sasaran. Penyebaran informasi melalui jiwa. Mecencephalon 2016
film dapat menjangkau sasaran yang Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
lebih luas, namun tidak menjamin Promosi Kesehatan Dan
kelompok sasaran mau melihat film
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
tersebut. Penyebaran informasi melalui
Rineka Cipta.
kampanye yang dilakukan secara massif
dengan media yang berbeda dan dapat
Nursalam. 2014. Metodologi
menjangkau berbagai kelompok sasaran Penelitian Ilmu Keperawatan
akan lebih efektif, namun membutuhkan Edisi 3. Jakarta : Salemba
sumber daya dan biaya yang besar. Medika.
Berbagai alternatif tekhnik penyampaian Pamungkas, Retno Dewi. 2016.
informasi harus diperhatikan dalam Stigma Terhadap Orang
upaya meningkatkan efektifitas Dengan Gangguan Jiwa
penyebaran informasi kepada kelompok (Odgj) Pada Mahasiswa
sasaran. Pemilihan tekhnik penyebaran Program Studi Ilmu
informasi tentu harus disesuaikan
Keperawatan Stikes Jenderal
dengan sumber daya dan sumber dana.
Achmad Yani Yogyakarta.
Jurnal Media Ilmu Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 5, No. 2.
AH.Yusuf dkk. 2015. Buku Ajar
Purnama, Gilang dkk. 2016.
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Gambaran Stigma Masyarakat
Jakarta : Salemba Medika.
Terhadap Klien Gangguan
Cahyaningrum, Dessy Dwi dkk.
Jiwa Di Rw 09 Desa Cileles
2016. Hubungan Stigma
Sumedang. Jurnal Pendidikan
Masyarakat Dengan Kesiapan
Keperawatan Indonesia Vol.2
Keluarga Menghadapi
No. 1 hal.29-37.
Kepulangan Pasien Gangguan
Rahayu, Indah Dwi. 2016. Proposal
Jiwa Di Ruang Rawat Inap
Kegiatan Penyuluhan “Stigma
Rsjd Dr. Amino Gondohutomo
Masyarakat Tentang
Semarang. Artikel Penelitian
Gangguan Jiwa” Desa
Program Studi Keperawatan

144
57
58
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018

Srigonco. Fakultas Kedokteran Tesfaye, M., Froeschl, G.,


Universitas Brawijaya. MollerLeimkuhler, A. M.,
Sefrina, Fauziah & Latipun. 2016. Muller, N., Dehning, S. (2013).
Hubungan Dukungan Keluarga Public stigma against people
Dan Keberfungsian Sosial with mental illness in the gilgel
Pada Pasien Skizofrenia Rawat gibe field research center
Jalan. Jurnal ILmiah Psikologi (ggfrc) in southwest ethiopia:
Terapan Vol. 04, No.02 Literatur riview. PLoS ONE
Hal.140-160. 8(12): e82116.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik doi:10.1371/journal.pone.0082
Penulisan Riset Keperawatan 116. Di unduh pada tanggal 11
Edisi 2. Yogyakarta : Graha Januari 2016 di
Ilmu. http://search.proquest.com/doc
Sulistyani, Sekar Enip dkk. 2015. view/14
Hubungan Antara karakteristik 64982544/fulltextPDF/BF300E
Demografi dengan stigma 438637
public terhadap penderita 4C26PQ/9?accountid=48290.
gangguan Jiwa Di Dusun Goffman, E. (2003). Stigma: Notes
Demen Kecamatan Pakem On The Management of
Sleman Yogyakarta. Jurnal Spoiled Identity. New York:
Media Ilmu Kesehatan Vol 4, Simon&Schuster Inc. Hasan,
No.1. M., dan Iqbal. (2002). Pokok-
Varamitha, Sukmawati. 2014. Stigma pokok Materi Metodologi
Sosial pada Keluarga Miskin Penelitian dan Aplikasinya.
Dari Pasien Gangguan Jiwa. Bogor : Ghalia Indonesia.
Jurnal Ecopsy Volume 1 Hardy, A. (2005). Trauma and
Nomor 3. Hallucinatory Experience in
Psychosis. Journal of Nervous
Ermelinda., dan Maftuha (2015). & Mental Disease Hornby, A.
Terapi lIngkungan Pada Pasien S. (2006). The Advanced
Gangguan Jiwa. Surabaya: Learner’s Dictionary of
Stikes Abi Surabaya Foster, M. Current English, cet III.
G., and Anderson, B. G. (2008) London: Oxford University.
Medical Anthropology. New Jeffrey, S., dkk. (2003).
York: John Wiley & Sons Psikologi Abnormal Edisi V
Frank. Frisch N., & Frisch A. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
(2011). Psychiatric mental Kepmenkes Nomor
health nursing. 4 ed. Australia: 220/Menkes/SK/III/2002
Delmar CENGAGE learning. tentang Pedoman Umum Tim
Hawari, Dadang.2001. Manajemen Pembina, Tim Pengarah, Tim
Strees, Cemas, dan Depresi. Pelaksana Kesehatan Jiwa
Jakarta : Gaya Baru Girma, E., Masyarakat. Maramis, W. F,.

145
58
Jurnal Ners LENTERA, Vol. 6, No. 2, September 2018 59

dan Maramis, A. A. (2009).


Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa
Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University press. Masyhuri, M.
Zainuddin. (2008). Metodologi
Penelitian Pendekatan Praktis
dan Aplikatif. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Matsumoto, D. (2004). Pengantar
Psikologi Lintas Budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mestdagh, A,. and Hansen, B.
(2013). Stigma in patients with
schizophrenia receiving
community mental health care:
a review of qualitative studies.
Soc Psychiatry Psychiatr
Epidemiol (2014) 49:79–87. Di
unduh pada tanggal 11 Januari
2016 di
http://search.proquest.com/doc
view/14
73699469/BF300E4386374C2
6PQ/1? accountid=48290.
Muhlisin, A. (2015).
Model pelayanan kesehatan berbasis
partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan pelayanan
kesehatan jiwa pada
masyarakat setempat: Literatur
riview. The 2nd University
Research Coloquim 2015, 51-
57. Di unduh pada tanggal 25
Oktober 2015 di
http://jurnal.unimus.ac.id/index
.php/ps
n12012010/article/viewFile/15
68/1620

146
59

Anda mungkin juga menyukai