Anda di halaman 1dari 7

Journal of Nursing and Health (JNH) 25

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PEMBERIAN TERAPI MUSIK


PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI PPSLU DEWANTA
RPSDM “MARTANI” CILACAP
Kastirah1, P. Sulistyowati 2,Roni Purnomo 3
1
Politeknik Yakpermas Banyumas Program Studi Keperawatan
23
Dosen Keperawatan Di Politeknik Yakpermas Banyumas
E-mail: kastirah@gmail.com 1,sulistyowati@gmail.com 2,ronipurnomo@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang Gangguan jiwa adalah gangguan alam yang meliputi cara berpikir (Cognitive),
kemampuan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor), halusinasi pendengaran adalah
perubahan sensori dimana pasien mendengar suara tanpa adanya objek atau rangsangan nyata.
Tujuan dari penelitian ini yaitu peneliti dapat mengetahuai, memahami dan dapat mengaplikasikan
asuhan mkeperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran “yang
meliputi pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evalu asi keperawatan.
Desain penelitian ini adalah deskripsi dengan menggunakan metode penelitian yaitu studi kasus.
Subyek dalam studi kasus ini menggunakan 2 klien/ pasien dengan gangguan persepsi sensori: “halusinasi
pendengaran” di PPSLU Dewanta RPSDM martini Cilacap. Teknik pengumpulan data di deskripsikan
secara naratif dan di lakukan dengan teknik wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan dahulu), serta observasi atau pemeriksaan fisik.
Hasil dari penelitian ini di lakukan pada klien I yaitu Tn. W dank lien II yaitu Ny. R. dengan
gangguan persepsi sensori, pada penelitian ini di dapatkan satu diagnose yang prioritas yaitu gangguan
persepsi sensori: “halusinasi pendengaran”. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4x24 jam, klien
dapat mengenal halusinasi yang dialaminya, dapat mengalihkan halusinasi dengan teknik mendengarkan
music. Kerjasama antara tim kesehatan dank lien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan
keperawatan pada klien, komunikasi dapat mendorong klien lebih kooperatif, pada peran keluarga peran
keluarga sangat penting dalam merawat klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran, Terapi Musik

ABSTRACT
Background Mental disorders are natural disorders which include thinking (cognitive), ability (volition),
emotional (affective), action (psychomotor), auditory hallucinations are sensory changes in which the patient hears sounds
without any real objects or stimuli.
The purpose of this study is that researchers can know, understand and be able to apply nursing care to clients
with sensory perception disorders: auditory hallucinations "which includes assessment, diagnosis, intervention,
implementation and evaluation of nursing.
The research design is a description using a research method, namely a case study. Subjects in this case study
used 2 clients / patients with sensory perception disorders: "auditory hallucinations" at PPSLU Dewanta RPSDM
martini Cilacap. The data collection technique is described in a narrative manner and is carried out by interviewing
techniques (the results of the anamnesis contain the client's identity, main complaints, current and past medical history),
and observation or physical examination.
The results of this study were conducted on client I, namely Mr. W dank lien II, namely Mrs. R. with sensory
perception disorders, in this study a priority diagnosis was obtained, namely sensory perception disorder: "auditory
hallucinations. After 4x24 hours of nursing care, clients can recognize the hallucinations they are experiencing, can divert
hallucinations by listening to music techniques. Cooperation between the health team and the client is very necessary for
the success of nursing care for clients, communication can encourage clients to be more cooperative, in the role of the
family, the role of the family is very important in caring for clients with sensory perception disorders: auditory
hallucinations.

Keywords: Nursing Care, Sensory Perception Disorders: Hearing Hallucinations, Music Therapy
Journal of Nursing and Health (JNH): Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian...

PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah gangguan alam Jumlah kunjungan gangguan jiwa tahun
yang meliputi cara berpikir (cognitive), 2016 sebanyak 413.612. Persentase kunjungan
kemauan (volition), emosi (affective), tindakan gangguan jiwa terbesar adalah di rumah sakit
(psychomotor) (Maramis, 2010). Gangguan yaitu 68,33 persen. Terbagi menjadi 3 tempat
jiwa merupakan kumpulan dari keadaan- yaitu, puskesmas dengan jumlah laki-laki
keadaan yang tidak normal, baik yang sebanyak 59.413 perempuan sebanyak 67.908
berhubungan dengan fisik, maupun dengan dengan jumlah 127.321 orang, sedangkan di
mental. Keabnormalan tersebut dibagi ke Rumah sakit terdiri dari 157.734 laki-laki dan
dalam dua golongan yaitu: gangguan jiwa 124.873 perempuan dengan jumlah 282.607
(neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). orang, yang terakhir di sarana pelayanan
Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam kesehatan lainnya sebanyak 1.881 laki-laki dan
gejala yang terpenting diantaranya adalah 1.803 perempuan dengan jumlah 3.684 (Dinkes
ketegangan (tension), rasa putus asa dan Jateng, 2016).
murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan Data dari rumah sakit jiwa Banyumas
yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa tahun 2015, menyatakan sebanyak 25.512
kemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, orang merupakan penderita gangguan jiwa
pikiran-pikiran buruk. Gangguan jiwa dengan 15.231 laki-laki dan 10.281
menyebabkan penderitanya tidak sanggup perempuan. Pelayanan kesehatan jiwa di
menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat Kabupaten Banyumas tahun 2015 mengalami
lagi menguasai dirinya untuk mencegah penurunan sebesar 3674 kali kunjungan bila
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya dibanding tahun 2014 sebesar 30.387 (Dinkes
untuk mencegah mengganggu orang lain atau Banyumas, 2015).
merusak atau menyakiti dirinya sendiri (Yosep, Faktor genetik merupakan salah satu
2009). Gangguan jiwa sesungguhnya sama faktor terjadinya gangguan jiwa terutama
dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya gangguan persepsi sensori (Yosep, 2009).
saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, Individu yang memiliki anggota keluarga yang
mulai dari yang ringan sampai rasa cemas, mengalami gangguan jiwa memiliki
takut hingga yang tingkat berat berupa sakit kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan
jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila orang yang tidak memiliki faktor herediter.
(Budiman, 2010). Stress psikososial dan stress perkembangan
Angka kejadian gangguan jiwa didunia yang terjadi secara terus-menerus dengan
saat ini yaitu 150 juta orang yang menderita koping yang tidak efektif akan mendukung
gangguan mental, dengan kategori 35 juta timbulnya gejala psikotik. Gangguan jiwa yang
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena menjadi salah satu masalah utama di negara-
bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta negara berkembang adalah skizofrenia.
34 juta orang terkena dimensia (WHO, 2013). Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mempengaruhi otak dan menyebabkan
saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan
gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama:
diantaranya mengalami pasung. Tercatat gejala positif dan gejala nyata, yang mencakup
sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran,
mengalami gangguan jiwa. Peningkatan bicara dan perilaku yang tidak teratur serta
gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan gejala negatif atau gejala samar, seperti afek
menimbulkan masalah baru yang disebabkan datar, tidak memiliki kemauan dan menarik
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman
ditimbulkan oleh penderita (Balitbang (Videback, 2008). Pasien dengan skizofrenia
Kemenkes RI, 2013). 90% lebih cenderung mengalami halusinasi,
halusinasi adalah perubahan sensori dimana
26
ISSN 2502-1524
pasien merasakan sensasi yang tidak ada berperan dalam proses penyembuhan penderita
berupa suara, pengelihatan, pengecapan, dan gangguan jiwa melalui promosi kesehatan
perabaan (Damaiyanti & Iskandar, 2012). tentang pendidikan kesehatan jiwa dengan
Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat
terapi farmakologi dan nonfarmakologi (Keliat, cara meningkatkan kesehatan jiwa, preventif
Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi tentang bagaimana cara mencegah terjadinya
nonfarmakologi lebih aman digunakan karena gangguan jiwa, seperti dengan mengajarkan
tidak menimbulkan efek samping seperti obat- sifat asertif, kuratif tentang pengobatan pada
obatan, karena terapi nonfarmakologi klien gangguan jiwa yang dilakukan perawat
menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012). berkolaborasi dengan dokter dan rehabilitatife
Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif meliputi dukungan keluarga serta lingkungan
adalah mendengarkan musik. Musik memiliki pada klien dengan gangguan jiwa agar kembali
kekuatan untuk mengobati penyakit dan berinteraksi dengan orang lain.
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Melihat data diatas, penulis berminat dan
ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, tertarik untuk membahas kasus lebih lanjut
musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan tentang halusinasi. Dengan terapi yang
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, diberikan diharapkan masalah halusinasi dapat
sosial dan spiritual. Pada zaman modern, terapi teratasi, maka penulis bermaksud membuat
musik banyak digunakan oleh psikolog Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
maupun psikiater untuk mengatasi berbagai Keperawatan dengan Pemberian Terapi Musik
macam gangguan kejiwaan, gangguan mental pada Pasien dengan Gangguan Persepsi
atau gangguan psikologis. Terapi musik sangat Sensori: Halusinasi pendengaran di PPSLU
mudah di terima organ pendengaran dan Dewanta Cilacap RPSDM “Martani”.
kemudian melalui saraf pendengaran Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk
disalurkan ke bagian otak yang memproses menerapkan Asuhan Keperawatan dengan
emosi yaitu sistem limbik (Aldridge, 2008). pemberian Terapi Musik pada Pasien
Terapi musik merupakan salah satu Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
bentuk dari tekhnik relaksasi yang bertujuan pendengaran di PPSLU Dewanta RPSDM
untuk mengalihkan halusinasi yang dialami “Martani” Cilacap.
sehingga tekhnik ini dapat efektif terhadap
munculnya halusinasi. Musik yang dapat METODE PENELITIAN
digunakan untuk terapi musik pada umumnya Penelitian studi kasus ini menggunakan
musik yang lembut, memiliki irama dan nada- desain kualitatif Dan wawancara. Metode ini
nada teratur, seperti instrumentalia atau musik merupakan metode yang secara ilmiah yang
Mozart 4, manfaat musik klasik sudah banyak dilakukan secara deskriptif guna mengetahui
diketahui terutama karya Mozart. Terlepas dari keadaan subyek peneliti. Tujuan dari desain
banyaknya pro dan kontra tentang efek Mozart kualitatif dalam studi kasus ini adalah penulis
(efek yang meningkatkan kecerdasan/IQ ingin mengetahui kesehatan psikologis klien
spasial), musik Mozart sangat bermanfaat secara mendalam melalui ekspresi emosi yang
dalam bidang kesehatan (Campbell, 2010). tampak pada pasien. Emosi yang tampak baik
Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh melalui proses observasi, cerita perasaan dan
yang sangat signifikan dalam pemberian terapi ketika tanya jawab (wawancara) ataupun dalam
musik terhadap perubahan gejala perilaku pada tulisan (expressive writing). Sehingga dengan
pasien skizofrenia di ruang Kunti RSJ Provinsi metode ini penulis dapat menggali secara luas
Bali. (Wayan, Gusti & Ketut, 2013). tentang sebab-sebab atau hal-hal yang
Apabila halusinasi tidak segera mempengaruhi terjadinya gangguan persepsi
mendapatkan perawatan dapat menyebabkan sensori: halusinasi pendengaran.
terjadi perilaku kekerasan yang diakibatkan Fokus studi identik dengan variable
dari sensori persepsi tanpa adanya stimulus penelitian yaitu perilaku atau karakteristik
dari luar. Oleh karena itu, perawat sangat yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu
27
Volume 4 No 1 Maret 2019 nomor 25 -31
Journal of Nursing and Health (JNH): Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian...

(Nursalam, 2011). Fokus studi pada kasus ini tujuan, kriteria hasil, dan evaluasi, tujuan yang
yaitu agar pasien dapat membedakan suara ditetapkan mengacu pada SOAP (subyektif,
yang nyata dan halusinasi sesudah dilakukan obyektif, assasment, planning) dan kriteria
pemberian terapi musik. sesuai dengan kondisi klien. Rencana
keperawatan yang akan diterapkan kepada ke
HASIL DAN PEMBAHASAN dua responden yaitu SP 1 BHSP dan juga
Menurut hasil studi kasus yang penulis terapi musik. Sebelum diberikan terapi musik
lakukan bahwa faktor predisposisi dan akan dilakukan Bina hubungan saling percaya
presipitasi dialami oleh kedua klien adalah tujuannya agar responden dapat menceritakan
faktor psikologis dimana klien 1 memiliki permasalahan yang di alami, setelah BHSP
masa lalu yang menimbulkan tekanan dan rasa sesuai dengan teori WHO (2013), bahwa
bersalah yang mendalam yaitu menghamili menetapkan hubungan terapeutik, kontak
kekasihnya. Sedangkan faktor psikologis klien sering dan singkat secara bertahap, peduli,
ke 2 dimana Ny. R memiliki masa lalu yang empati, jujur, menepati janji dan memenuhi
membuat dirinya sakit hati karena adanya kebutuhan dasar klien. Pada umumnya
hubungan yang tidak harmonis dengan melindungi dari perilaku yang membahayakan,
bapaknya, klien sering dimarahi dan tidak membenarkan ataupun menyalahkan
diberlakukan tidak adil dengan saudara- halusinasi klien, melibatkan klien dalam
saudaranya. perencanaan asuhan keperwatan dan
mempertahankan perilaku keselarasan verbal
Tabel 4.9 Hasil pengkajian halusinasi pendengaran dan non verbal. Setelah BHSP akan di teruskan
Tanggal Responden 1 Responden 2
dengan pemberian terapi musik sebagai salah
satu cara mengontrol halusinasi pendengaran
sesuai dengan teori yang di kemukakakan oleh
15 April Klien 1 Klien 2
2019 Mendengar suara Mendengar
Djohan (2016) bahwa musik yang diberikan
bisikan suara anak bisikan suara laki- mampu mengaktifkan memori yang tersimpan
kecil tertawa laki yang di limbik dan mempengaruhi sistem syaraf
kadang menangis, memarahi, otonom melalui neuritransmiter yang akan
suara tersebut mengejek dan memengaruhi hipotalamus lalu ke hipofise.
seperti didalam menyuruh agar Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofise
goa menggaung menyakiti diri mampu memberikan tanggapan terhadap emosi
dan samar-samar. sendiri, suara
tersebut sangat
oral maupun perilaku melalui feedback positif.
menakutkan. Pengaruh musik dalam perilaku meliputi fisik
yang mempengaruhi kedipan mata, ayunan
Sedangkan suara Suara bisikan itu tangan, dan gesture tubuh seperti pada klien 1
tersebut sehari 6x terjadi 8x sehari lebih aktif saat musik berlangsung Tn. W
dengan frekuensi dengan frekuensi selalu menggerkan tangannya saat musik
5 menit. Suara 4 menit. Klien berlangsung seolah-oleh sedang jogged,
tersebut membuat berlari atau
kedipan mata mengikuti irama musik.
dirinya gelisah, menghindar ketika
takut, dan berdiam suara bisikan
Sedangkan klien ke 2 Ny. R lebih pendiam,
diri di kamar. datang. saat musik berlangsung dia hanya komat-kamit
menggerakan bibirnya mengikuti lagu yang
sedang didengarkan kedipan mata kosong,
ekspresi monoton. Terapi musik yang di
berikan kepada kedua responden menggunakan
musik yang sama yaitu musik dangdut, untuk
Berdasarkan masalah yang dialami oleh
masing-masing responden di berikan terapi
kedua responden maka penulis menyusun
selama 8- 10 menit.
rencana intervensi sesuai dengan teori, dalam
perencanaan ditetapkan priotitas masalah,

28
ISSN 2502-1524
Tabel 4.10 Observasi Halusinasi diterima dengan baik. Pada responden 1 Tn. W
Pertemuan responden 1 responden 2
diberikan terapi musik selama 4 hari dengan
15-04-2019 Berbicara sendiri Berbicara sendiri
(1) Masih berkomat-kamit Masih berkomat-kamit frekuensi 8-10 / hari menunjukan perubahan
Mondar-mandir, Mondar-mandir, pada hari ke 3, dan pada hari ke 4 gejala
gelisah, tegang dan gelisah, tegang dan halusinasi tidak muncul sehingga Tn. W
tidak bisa tidur tidak bisa tidur
Tidak kooperatif Tidak kooperatif
mampu memasukan terapi musik pada jadwal
Mudah tersinggung Mudah tersinggung harian sebagai cara dalam mengontrol
halusinasi. Sedangkan pada responden 2 Ny. R
Masih berkomat-kamit Berbicara sendiri di berikan terapi musik selama 4 hari dengan
16-04-2019 Mondar-mandir, Mondar-mandir,
(2) gelisah, tegang, dan gelisah, tegang, dan frekuensi 8-10 / hari, hingga pada hari ke 4
tidak bisa tidur tidak bisa tidur belum di terima secara efektif tetapi
Mudah tersinggung Mudah tersinggung, menunjukan beberapa perubahan yang positif
marah dan emosi marah dan emosi
dari yang sebelumnya berbicara, marah-marah,
18-04-2019 Mondar-mandir, Masih berkomat-kamit menyendiri kini sudah mampu bersosialisasi
gelisah, tegang dan Mudah tersinggung, dan tidak berbicara sebdiri, meskipun belum
(3) tidak bisa tidur marah dan emosi mampu mengendalikan emosinya, Ny. R
20-04-2019
- Mudah tersinggung, mampu memasukan terapi musik pada jadwal
(4) marah dan emosi harian sebagai cara mengontrol halusinasi
pendengaran. Jadi terapi musik dapat
mengontrol halusinasi pendengaran dan
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa kedua merubah perilaku negatif menjadi perilaku
responden memiliki perbedaan pada saat yang positif terhadap 2 responden. Cara ini
pemberian terapi. Responden I pada hari dapat digunakan dalam mengontrol halusinasi
pertama belum menunjukan adanya perubahan, pendengaran jika tanda dan gejala muncul
pada hari ke 2 klien sudah tidak berbicara sekaligus dapat membuat rileks dan menambah
sendiri, meskipun masih menggerakan bibirnya ketenangan bagi ke 2 responden.
tanpa bersuara, lalu pada hari ke 3 klien
menunjukan perubahan yang lebih membaik UCAPAN TERIMA KASIH
tidak berbicara ataupun komat-kamit sendiri, Peniulis banyak terimakasih kepada:
pada hari terakhir pemberian terapi musik klien 1. Bapak Ns. Roni Purnomo., M.Kep.,
mampu mengontrol emosinya, klien menjadi Banyumas sekaligus dosen pembimbing II
tidak mudah marah, jengkel. Sedangkan pada yang telah membimbing saya.
Responden ke II pada hari pertama tidak 2. Ibu P.Sulistyowati., M.Kep., selaku dosen
menunjukan adanya perubahan, lalu pada hari pembimbing I yang telah menyediakan
ke 2 klien masih berbicara sendiri tetapi sudah waktu, tenaga dan pikiran untuk
kooperatif, lalu pada hari ke 3 klien sudah mengarahkan saya dalam penyusunan
tidak berbicara sendiri tetapi komat-kamit Karya Tulis Ilmiah ini.
seolah-olah sedang berbicara pada hari terakhir 3. Ns. Puji Indriyani., S.Pd., M.Kep selaku
klien belum menunjukan adanya perubahan ketua penguji yang memberi pengarahan
yang sama dengan responden I, responden ke II dalam perbaikan proposal Karya Tulis
masih mudah tersinggung, marah dan juga Ilmiah ini.
jengkel. 4. Seluruh dosen, karyawan, dan staf Akper
Yakpemas Banyumas.
SIMPULAN 5. Keluarga tercinta saya yang telah
Dari hasil penulis mengkaji dan memberikan dukungan dan do’a dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah
Tn. W dan Ny. R dengan gangguan persepsi ini.
sensori: Halusinasi pendengaran, dapat 6. Lisa Lai Laras P, Ida Lili A, Alfaretha
disimpulkan bahwa BHSP dan terapi musik Helga N, Ratna Amalia, desi dan Elbahar
yang di berikan kepada ke 2 responden dapat
29
Volume 4 No 1 Maret 2019 nomor 25 -31
Journal of Nursing and Health (JNH): Asuhan Keperawatan Dengan Pemberian...

yang selalu mensuport dan menemani saya meningkatkan kreativitas dan


dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. menyehatkan tubuh. Alih Bahasa.
7. Teman-teman kelas 3A yang saya sayangi Jakarta: PT gramedia pustaka utama.
dan juga yang selalu membantu dan Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan
mensuport saya juga. Keperawatan Jiwa. Bandung: refika
8. Teman-teman Akper Yakpermas aditama
Banyumas angkatan 2016 terimakasih pula Dinkes, Banyumas. (2015). Profil Kesehatan
atas dukungan, kebaikan, kesetiaan, Kabupaten Banyumas Tahun 2015.
kesabaran, selama berteman, dan semoga Banyumas: Dinkes Banyumas; (2015).
persahabatan kita semua akan tetap [Diakses tannggal 28 september 2018].
terjalin. Di kutip dari
9. Arif hidayat dan keluarga yang selalu http://www.depkes.go.id/resources/do
memberikan semangat, do’a dan wnload/profil/PROFIL_KAB_KOTA_
mendukung saya dalam menyelesaikan 2015/3302_Jateng_Kab_Banyumas_20
proposal Karya Tulis Ilmiah ini 15
10. Serta semua pihak yang tidak dapat saya Dinkes, Jateng. (2016). Profil Kesehatan
sebutkan satu persatu yang telah banyak Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016.
membantu penulis dalam menyelesaikan Semarang : Dinkes Jateng; 2016 [
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Diakses tanggal 28 september 2018 ].
Di kutip dari
DAFTAR PUSTAKA http://www.depkes.go.id/resources/do
Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi wnload/profil/PROFIL_KES_PROVIN
Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. SI_2016/13_Jateng_2016.pdf
Yogyakarta: Gosyen Publishing. Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar
Aldridge, D. (2008). Melody In Music Asuhan Keperawatan Jiwa.
Therapy: a therapeutic narrative Yogyakarta: Nuha medika.
analysis. London: Jessica Kingsley Djohan. (2011). Terapi Musik Teori dan
Publisher. Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press.
Ali, Zaidin. (2009). Dasar-dasar Dokumentasi Fitria, N. (2009). Prinsip dasar dan aplikasi
Keperawatan. Jakarta: EGC. Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Ayu, F. R, Arief, N., & Ulfa, N. (2012). Strategi Pelaksanaan Tindakan
Efektifitas terapi musik terhadap Keperawatan. Jakarta: Salemba
tingkat depresi pasien isolasi sosial Medika.
di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Hastuti. (2014). Konsep Dan Dokumentasi
Gondhohutomo Semarang. [ Diakses Keperawatan. Jakarta: Trans Info
tanggal 18 Desember 2013 ]. Di kuti Media.
dari Hidayat, A. Aziz, Alimul. (2008). Pengantar
http://id.scribd.com/doc/131192571/LatarBelak Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
ang-Jurnal-Kel-5. Salemba medika
Kelana, Sari. (2011). Panduan Lengkap Praktik
Balitbang, Kemenkes RI. (2013). Riset Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:
kesehatan Dasar; RISKESDAS. Trans Info Media.
Jakarta: balitbang kemenkes RI. Keliat, B.A & Akemat (2016). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN
Budiman. (2010). Buku Ajar Penelitian (Basic course). Jakarta: EGC
Kesehatan. Cimahi : Stikes Ahmad Keliat, B.A., Wiyono, A.P., & Susanti, H.
Yani. (2011). Manajemen kasus gangguan
Campbell, D. (2010). Efek Mozart jiwa: CMHN (intermediety course).
memanfaatkan kekuatan Musik untuk Jakarta: EGC
mempertajam pikiran untuk
30
ISSN 2502-1524
Kusumawati, F & Hartono., Y. (2010). Buku Trimelia, S. (2011). Asuhan Keperawatan
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info
Salemba Medika. Media.
Maramis. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Videbeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Edisi 2. Surabaya airlangga. Jiwa. Alih Bahasa. Jakarta: EGC
Meoleng, J., Lexy. (2009). Metode Penelitian Wayan, C., Gusti, A, E., & Ketut, G. (2013).
Kualitatif. Alih Bahasa. Bandung: PT. Terapi music klasik terhadap
Remaja Rosdakarya perubahan gejala perilaku agresif
Mubarak, dkk., (2011). Ilmu Keperawatan pasien skizofrenia. [ Diakses pada
Komunitas 2: konsep dan aplikasi. tanggal 18 November 2018 ] di kuti
Jakarta: Salemba Medika. dari
Natalia, D. (2013). Terapi Musik Bidang http://www.scribd.com/document/3772
Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana 51837/I-Wayan-Candra-dkk-pdf.
Media. WHO, (2013). Mental disorder. Diaskses
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian tanggal 1 september 2018 dari
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. http://www.who.int/mediacentre/factsh
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan eets/fs396/en/
Metodologi Penelitian Ilmu Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa. Edisi
Keperawatan. Jakarta: Salemba Revisi. Bandung: refika aditama.
Medika. Yusuf, A., Fitryasari, R. PK., & Nihayati, H. E.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi (2015). Buku Ajar Keperawatan
asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Nuha medika. Medika.
Riyadi, T dan Purwanto, T. (2013). Asuhan Zikria, S. (2012). Pengaruh terapi music
Keperawatan jiwa. Yogyakarta: graha terhadap intensitas nyeri anak usia
ilmu. sekolah yang dilakukan prosedur
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan invasive di RSUD Arifin Ahmad
Riset Keperawatan, edisi 2. pekanbaru. Skripsi tidak
Yogyakarta: Graha Ilmu. dipublikasikan.
Solehati, T & Kosasih CE. (2015). Konsep dan Yusuf, (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Jakarta: Salemba Medika.
Maternitas. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Supardi. (2013). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Suryani. (2013). Pengalaman Penderita
Skizofrenia Tentang Proses Terjadinya
Halusinasi. [ di akses pada tanggal 12
januari 2015]. Di kutip dari
https://www.researchgate.net/publicati
on/315941585_pengalaman_penderita
_skizofrenia_tentang_proses_terjadiny
a_halusinasi_suryani
Sutejo. (2013). Keperawatan Jiwa: Prinsip dan
praktik Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Stuart & Laraia. (2010). Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

31
Volume 4 No 1 Maret 2019 nomor 25 -31

Anda mungkin juga menyukai