Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SENAM KAKI MELALUI

MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN


PELAKSANAAN SENAM KAKI
PADA PASIEN DM TIPE 2

Novelia Wulan Dari1, Sofiana Nurchayati2, Oswati Hasanah3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: novel.wulan@gmail.com

Abstract

The purposes of this research was to determine the effect of health education about foot exercise by using audio visual media
for increasing knowledge of foot exercise among DM patients type 2. The design of this study was quasy experiment. 30
respondents was taken by purposive sampling method. The instrument used this questionnaire that had been tested for validity
& reliability (0,933). The result showed the effect of health to improve knowledge of foot exercises implementation in
respondents with type 2 of DM in the experimental group after giving the health education was siqnificant (p value 0.002 <α
0.05). The results of this study recommends that the health workers provide health education by using audio-visual media to
enhance knowledge of the diabetic patient to do foot exercise and prevent the occurrence of complications of diabetic,
especially in the legs.

Keywords : audio visual media, foot exercises, health education, knowledge


References : 62 (2004-2013)

PENDAHULUAN dibandingkan tanpa ulkus (Rosalina, 2013).


Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah Ulkus kaki diabetik adalah penyebab amputasi
kesehatan masyarakat yang serius di berbagai ekstrermitas bawah nontraumatik yang paling
negara di seluruh dunia (Riyaldi & Sukarmin, sering terjadi dengan risiko amputasi 15-46 kali
2008; Tandra, 2008). Menurut International lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 tidak menderita DM (Maulana, 2009).
mengungkapkan, penderita DM didunia mencapai Amputasi tidak perlu terjadi apabila
382 juta orang. Indonesia menduduki peringkat penyandang DM mempunyai pengetahuan.
ketujuh dengan jumlah penderita sebesar 7,6 juta Pengetahuan merupakan dasar utama berhasilnya
jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat enam suatu pengobatan. Penelitian tentang hubungan
persen setiap tahunnya (Rachmaningtyas, 2013). tingkat pengetahuan pasien DM terhadap
Penderita DM pada tahun 2012 di kota melakukan aktivitas olah raga, memberikan hasil
Pekanbaru sebanyak 11.149 jiwa dan meningkat bahwa persentase tingkat pengetahuan pasien DM
194 jiwa dari tahun 2011 dengan jumlah 10.955 dalam melakukan olah raga yang termasuk dalam
jiwa (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2013). kategori rendah masih tinggi, yaitu 78,6 %
Berdasarkan data dari Rekam Medik Instalasi (Fahlevi, 2012).
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hal tersebut menunjukkan diperlukan adanya
Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2012 dari pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
bulan Januari hingga Juli sebanyak 534 penderita pengetahuan pasien DM melakukan olah raga.
DM di rawat jalan dan 66 penderita DM di rawat Diantara empat pilar pengelolaan DM olah raga
di ruang rawat inap, sedangkan angka kejadian merupakan hal yang paling diabaikan oleh
ulkus kaki tidak masuk dalam catatan rekam penderita DM. Selain olah raga pendidikan
medis. kesehatan juga merupakan salah satu pilar
Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi pengelolaan penting bagi penderita DM.
menahun yang paling ditakuti oleh penderita DM, Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses
baik ditinjau dari lamanya perawatan, biaya tinggi yang berkesinambungan yang dilakukan untuk
yang diperlukan untuk pengobatan yang menyegarkan dan mengingatkan kembali prinsip-
menghabiskan dana 3 kali lebih banyak prinsip penatalaksanaan DM.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


Penyelenggaraan pendidikan kesehatan dapat HASIL PENELITIAN
meningkatkan pengetahuan penderita DM. Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah
Pengetahuan merupakan dasar utama berhasilnya sebagai berikut:
suatu pengobatan. Pendidikan kesehatan yang A. Analisa Univariat
efektif didukung oleh penggunaan media yang Tabel 1.
menarik dan lebih mudah diterima oleh sasaran. Distribusi karakteristik responden
Salah satu media yang dapat digunakan adalah No.
Karakteristik Kelompok eksprimen
media audio visual. Responden kelompok kotrol
Penelitian Tjahyono, (2013) menyimpulkan n %
1. Jenis Kelamin
bahwa edukasi melalui media audio visual Laki-laki 11 36,7
mempengaruhi pengetahuan dan kepatuhan Perempuan 19 63,3
pasien DM tipe 2. Penelitian terkait yang 2. Umur
dilakukan oleh Indey, (2012) menyimpulkan <45 13 43,3
bahwa terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan 45-60 16 53,3
>60 1 3,3
dengan media audio visual terhadap penurunan
3. Pendidikan
tingkat kecemasan pada pasien DM setelah Tidak sekolah 0 0,0
diberikan penyuluhan kesehatan. Penelitian SD 9 30,0
terkait lainnya oleh Maemun (2011) yang SMP 4 13,3
menggunakan media peraga berupa leaflet dan SMA 16 53,3
flip chart saat penyuluhan didapatkan hasil bahwa PT 1 3,3
4. Pekerjaan
pendidikan kesehatan efektif meningkatkan IRT 14 46,7
pengetahuan pasien DM. Wiraswasta/ 5 16,7
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti swasta
tertarik untuk melihat pengaruh pendidikan PNS 4 13,3
kesehatan senam kaki melalui media audio visual Buruh 7 23,3
terhadap pengetahuan pelaksanaan senam kaki Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
pada pasien DM tipe 2. mayoritas responden dalam penelitian ini berada
pada kategori usia dewasa madya (45-60 tahun)
METODE PENELITIAN sebanyak 16 responden (53,3%), dengan
Desain penelitian Quasi Eksperimen untuk mayoritas jenis kelamin adalah perempuan
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan sebanyak 19 responden (63,3%). Responden
cara melibatkan kelompok kontrol disamping terbanyak berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 16
kelompok eksperimen. Sampel pada penelitian ini responden (53,3%) dan mayoritas memiliki
adalah 30 responden yang menderita DM tipe 2 di pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 14
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad responden (46,7).
Pekanbaru. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Prosedur dalam penelitian B. Analisa Bivariat
setelah mendapatkan responden yang sesuai Tabel 2.
dengan kriteria inklusi, peneliti kemudian Perbedaan pengetahuan pelaksanaan senam kaki
mendatangi rumah responden dan meminta pada pasien DM tipe 2 sebelum dan sesudah
responden untuk mengisi kuesioner pretest. diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok
Peneliti memberikan pendidikan kesehatan eksperimen melalui media audio visual
tentang senam kaki dengan menggunakan media n Mean Rank P value
audio visual selama 25 menit kepada responden
kelompok eksprimen. Kemudian peneliti datang Pre test Negative rank 0 0,00
kembali kerumah responden 1 minggu setelah 0,002
Post test Positive rank 12 6,50
pemberian pendidikan kesehatan untuk pengisian
kuesioner posttest. Kelompok kontrol diberikan Ties 3
pendidikan ksehatan setelah dilakukan posttest.
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan Total 15
analisa univariat dan bivariat.

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2


Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil uji Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil uji
statistik didapatkan mean 0,00 sedangkan mean statistik mann whitney mean rank pengetahuan
rank pengetahuan pelaksanaan senam kaki pelaksanaan senam kaki pada pasien DM tipe 2
kelompok eksprimen sesudah diberikan pada kelompok eksprimen sesudah diberikan
pendidikan kesehatan melalui media audio visual pendidikan kesehatan melalui media audio visual
adalah 6,50. Berdasarkan hasil uji wilcoxon di lebih tinggi dari pada kelompok kontrol sesudah
peroleh p value= 0,002. Hal ini menunjukkan diberikan intervensi, yaitu 19,73. Berdasarkan
bahwa terdapat perbedaan pengetahuan hasil uji mann whitney di peroleh p value= 0,006,
pelaksanaan senam kaki pada pasien DM tipe 2 berarti terdapat pengaruh sehingga disimpulkan
pada kelompok eksprimen. bahwa pendidikan kesehatan melalui media audio
visual efektif terhadap pengetahuan pelaksanaan
Tabel 3. senam kaki pada pasien DM tipe 2.
Perbedaan pengetahuan pelaksanaan senam kaki
pada pasien DM tipe 2 sebelum dan sesudah PEMBAHASAN
diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok 1. Karakteristik responden
a. Jenis kelamin
kontrol tanpa menggunakan media audio visual
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
N Mean Rank p value responden berjenis kelamin perempuan yaitu
berjumlah 19 orang responden (63,3%). Hasil
Pre test Negative rank 4 6,00
tersebut didukung oleh penelitian Awad & Langi
0,062
Post test Positive rank 10 8,10 (2011), dan Natalia (2013) bahwa perempuan
cenderung lebih tinggi untuk terkena DM
Ties 1 dibandingkan laki-laki. Sejalan dengan
Lueckenotte (2004), kejadian DM lebih tinggi
Total 15 pada wanita dibanding pria terutama pada DM
tipe 2. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor
Tabel 3 mean rank pengetahuan pelaksanaan penurunan sensitivitas terhadap insulin oleh
senam kaki pada pasien DM tipe 2 sebelum penurunan hormon estrogen akibat menopause.
diberikan pendidikan kesehatan adalah 6,00 Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga
sedangkan mean rank pengetahuan pelaksanaan keseimbangan kadar gula darah dan
senam kaki kelompok kontrol sesudah tanpa meningkatkan penyimpanan lemak, serta
diberikan pendidikan kesehatan adalah 8,10. progesteron yang berfungsi untuk menormalkan
Berdasarkan hasil uji wilcoxon, diperoleh nilai kadar gula darah dan membantu menggunakan
significancy p value (0,062) > α (0,05), dengan lemak sebagai energi (Taylor, 2008).
demikian disimpulkan bahwa tidak ada Resistensi insulin juga mempunyai hubungan
perbedaan pengetahuan pelaksanaan senam kaki erat dengan timbunan lemak dalam tubuh.
pada pasien DM tipe 2 yang bermakna antara Kandungan lemak normal atau peningkatan kadar
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan lipid (lemak darah) dalam tubuh laki-laki dewasa
kesehatan pada kelompok kontrol. adalah 15 hingga 20% dari total BB sedangkan
pada perempuan dewasa lebih tinggi yaitu sebesar
Tabel 4. 20% - 25% dan hal ini berefek pada timbulnya
Perbedaan pengetahuan pelaksanaan senam kaki peningkatan kadar gula dalam darah yang
pada pasien DM tipe 2 pada kelompok eksprimen berlangsung lama dan tidak terkontrol sehingga
dan kelompok kontrol sesudah diberikan dapat menyebabkan penyakit DM (Dian, 2012).
pendidikan kesehatan
b. Umur
Variabel Mean Rank p value N Penelitian terhadap 30 orang responden
Hasil post test menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden
eksperimen 19,73 15
pengetahuan berumur 45-60 tahun (dewasa akhir) yaitu 16
0,006
kontrol 11,27 15 orang (53,3%). Hasil yang sama juga diperoleh
pada penelitian yang dilakukan oleh Prameswari
(2013) dan penelitian Endriyanto (2013) terhadap
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 3
30 responden yang rawat jalan di RSUD Arifin pernyataan Notoatmodjo (2007), semakin tinggi
Achmad menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan seseorang maka semakin
responden DM tipe 2 berumur >45 tahun. Sejalan tinggi pemahamannya, sehingga tingkat
dengan hasil penelitian Kekenusa (2013) yang pendidikan sangat berperan dalam penyerapan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dan pemahaman terhadap informasi.
bermakna antara umur dengan kejadian DM tipe
2 dan menyatakan bahwa orang dengan umur ≥45 d. Pekerjaan
tahun memiliki risiko 8 kali lebih besar terkena Penelitian pada 30 orang pasien DM
penyakit DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
yang berumur kurang dari 45 tahun. bekerja atau tidak memiliki aktivitas yang tetap
Menurut Andrews, Jhonson & Weinstock yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Hasil yang
(2005) DM tipe 2 merupakan tipe dari penyakit sama juga diperoleh pada penelitian yang
DM yang tidak bergantung pada insulin, penyakit dilaksanakan oleh Balkau et al (2008), pada 13
ini sering terdiagnosa pada orang dewasa kota di Eropa disimpulkan bahwa akumulasi
berumur lebih dari 40 tahun serta DM tipe 2 ini aktivitas fisik sehari-hari merupakan faktor utama
lebih umum terjadi pada orang dewasa dengan yang menentukan sensitivitas insulin. Dalam
suku bangsa tertentu. Seiring bertambahnya penelitian ini, sebagian besar responden memiliki
umur, sel menjadi semakin resisten terhadap pekerjaan sebagai IRT.
insulin, menurunkan kemampuan fungsi tubuh Aktifitas fisik yang dilakukan oleh orang
untuk memetabolisme glukosa. Selanjutnya, yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga
pengeluaran insulin dari sel beta pankreas kemungkinan besar lebih sedikit dibanding orang
menurun dan terhambat. Hasil dari kombinasi yang memilki aktifitas pekerjaan di luar rumah.
kedua hal tersebut menyebabkan terjadinya Menurut Black dan Hawks (2005), bahwa
hiperglikemi sehingga dapat menyebabkan aktifitas fisik dapat meningkatkan sensitivitas
seseorang berisiko terkena penyakit DM tipe 2. insulin dan memiliki efek langsung terhadap
(Black & Hawks, 2005; Nurrahmani, 2012). penurunan kadar glukosa darah.
Kadar gula darah yang normal cenderung
c. Pendidikan meningkat secara bertahap setelah mencapai usia
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian 40 tahun. Untuk menurunkan kadar gula darah
besar responden berada pada status pendidikan tersebut perlu dilakukan aktivitas fisik seperti
menengah atas, yaitu berjumlah 16 orang berolahraga, sebab otot menggunakan glukosa
responden (53,3%). Hasil yang sama juga yang terdapat dalam darah sebagai energi (Adib,
diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh 2011).
Kekenusa (2013) sebagian besar responden
adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (46,7%), 2. Pengaruh pemberian pendidikan
dan sekitar 29% merupakan lulusan Perguruan kesehatan melalui media audio visual
Tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis terhadap pengetahuan pelaksanaan senam
(2012) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu kaki pada pasien DM tipe 2
persentase tingkat pendidikan terakhir responden Hasil analisis pengaruh pemberian pendidikan
yang paling besar adalah lulusan SMA/sederajat. kesehatan melalui media audio visual terhadap
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan pelaksanaan senam kaki pada pasien
pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan DM tipe 2 diketahui nilai mean rank hasil
seseorang dalam menerapkan perilaku hidup pengukuran sesudah diberikan intervensi
sehat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka meningkat. Hasil uji statistik dengan
semakin tinggi pengetahuan seseorang dalam menggunakan uji wilcoxon pada kelompok
menjaga kesehatan. eksprimen sebelum dan sesudah diberikan
Latar belakang pendidikan akan membentuk pendidikan kesehatan senam kaki diperoleh p
cara berpikir seseorang termasuk membentuk value (0,002) < α (0,05) sehingga diketahui
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang terdapat peningkatan pengetahuan yang
berkaitan dengan penyakit dan menggunakan signifikan. Hal ini terjadi karena pengetahuan
pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
(Perry &Potter, 2005). Hal ini didukung dengan faktor. Menurut Notoadmodjo (2005) faktor yang
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 4
dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif
pendidikan, mass media/informasi dan umur. Hal untuk kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Menurut
ini dapat dilihat dari karakteristik responden (Dermawan & Setiawan, 2008) pendidikan
dalam penelitian menunjukkan bahwa pada kesehatan merupakan serangkaian upaya yang
kelompok eksprimen mayoritas responden ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai
berpendidikan SMA sebanyak 9 orang (60.0) dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat
dengan nilai rata-rata minimal 69,28 sebelum agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sesuai
diberikan intervensi dan nilai rata-rata minimal dengan penelitian yang dilakuan oleh Fahlevi
meningkat menjadi 71,43 sesudah diberikan (2012) tentang hubungan tingkat pengetahuan
intervensi. Berdasarkan jumlah nilai rata-rata pasien DM terhadap melakukan aktivitas olahraga
maka tingkat pengetahuan responden pada dan memberikan hasil bahwa dengan tingkat
kelompok eksprimen termasuk dalam kategori pengetahuan responden yang tinggi
sedang. (Arikunto, 2006). mempengaruhi responden tersebut untuk dapat
Selain itu jenis media pendidikan yang melakukan aktivitas olahraga dengan baik. Hal
diberikan pada kelompok eksprimen termasuk tersebut menunjukkan diperlukan adanya
pada jenis media audio visual aids, media ini pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
digunakan untuk merangsang indera penglihatan pengetahuan dalam melakukan olahraga. Hal ini
dan pendengaran (Maulana, 2009). juga sejalan dengan hasil penelitian Rusimah
Sejalan dengan teori Notoadmodjo (2005) (2010) yang melaporkan bahwa pasien DM tipe 2
menyatakan bahwa umur mempengaruhi terhadap yang diberi penyuluhan terpadu selama dua tahun
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin ternyata menunjukkan adanya peningkatan skor
bertambah umur akan semakin berkembang pula pengetahuan (58%) dan perbaikan kadar gula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga darah (34%) dibanding sebelum dilakukan
pengetahuan yang diperolehnya semakin penyuluhan. Pengetahuan ini dapat ditingkatkan
membaik serta semakin tua semakin dengan cara membentuk keyakinan pada diri
berpengalaman, semakin banyak informasi yang sendiri sehingga seseorang dapat berperilaku
dijumpai dan semakin banyak hal yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pengetahuan penderita mengenai DM merupakan
Hasil yang sama juga didapat dari penelitian sarana yang membantu penderita menjalankan
Tjahyono (2013) bahwa edukasi melalui media penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan
audio visual mampu meningkatkan pengetahuan demikian, semakin banyak dan semakin baik
dan kepatuhan pasien DM tipe 2. Sebagian besar penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka
responden sesudah diberikan pendidikan semakin mengerti bagaimana harus mengubah
kesehatan memiliki pengetahuan yang baik, hal perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan.
tersebut sesuai dengan pendapat Maemun (2011) Pada kelompok eksperimen pendidikan
pada penelitiannya menyampaikan bahwa, kesehatan yang diberikan menggunakan media
pengetahuan tercipta karena lingkungan, pola audio visual. Media audio visual mengandalkan
didik, dan keingintahuan dari seseorang itu pendengaran dan penglihatan dari sasaran.
sendiri. Pengetahuan yang tinggi akan Penggunaan audiovisual melibatkan semua alat
berdampak pada kesadaran dalam upaya indra pembelajaran, sehingga semakin banyak
meminimalisir penyakit yang salah satunya alat indra yang terlibat untuk menerima dan
penyakit DM, serta dapat meningkatkan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan
kesadaran akan kesehatan. isi informasi tersebut dapat dimengerti dan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan dipertahankan dalam ingatan (Juliantara, 2009).
menggunakan uji mann whitney diperoleh p value Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
(0,006) < α (0,05) sehingga diketahui terdapat dilakukan oleh Indey, (2012) menyimpulkan
peningkatan yang signifikan antara mean rank bahwa terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan
pengetahuan pelaksanaan senam kaki pada pasien dengan media audio visual terhadap penurunan
DM tipe 2 pada kedua kelompok sesudah tingkat kecemasan pada pasien DM setelah
diberikan pendidikan kesehatan senam kaki. diberikan penyuluhan kesehatan. Dengan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan
bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan bahwa pemberian pendidikan kesehatan melalui
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 5
media audio visual dapat meningkatkan
1
pengetahuan pelaksanaan senam kaki. Novelia Wulan Dari: Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
KESIMPULAN 2
Ns. Sofiana Nurchayati, M.Kep: Dosen Bidang
Setelah dilakukan penelitian, maka dapat Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah
disimpulkan pemberian pendidikan kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
melalui media audio visual pada kelompok Riau, Indonesia.
eksperimen meningkatkan pengetahuan 3
Oswati Hasanah, M.Kep.,Sp.,Kep.An: Dosen
pelaksanaan senam kaki pada pasien DM tipe 2. Bidang Keilmuan Keperawatan Anak Program
Berdasarkan hasil uji wilcoxon, diperoleh p value Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau,
(0,002) < α (0,05), yang bermakna sebelum dan Indonesia.
sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui
media audio visual pada kelompok eksprimen. DAFTAR PUSTAKA
Perbedaan post test pengetahuan antara kelompok Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam
eksprimen dan kelompok kontrol berdasarkan Penyakit Mematikan yang Paling Sering
hasil uji statistik mann whitney adalah (0,006) Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru.
pada α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa Andrews, M., Johnson, P.H., & Weinstock, D.
pendidikan kesehatan melalui media audio visual (2005). Handbook of geriatric nursing
efektif terhadap pengetahuan pelaksanaan senam care. Pennsylvania: Springhouse
kaki pada pasien DM tipe 2. Corporation.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu
SARAN
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa
Awad, N., Langi, Y., & Pandelaki, K.
saran yang dapat peneliti sampaikan antara lain
(2011). Gambaran Faktor Resiko Pasien
bagi institusi pendidikan khususnya keperawatan
Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik
disarankan untuk dapat memakai hasil penelitian
Endokrin Bagian/Smf Fk-Unsrat Rsu
ini sebagai salah satu sumber informasi, bagi
Prof.Dr. R.D Kandou Manado http://
pasien DM hasil penelitian ini agar dapat
naturindonesia.com/diabetesmilitus/artikel
diaplikasikan oleh responden dan keluarga dalam
-tentang-diabetes/425diabetesmilitus.html.
membantu meningkatkan pengetahuan dalam
Black, J. M., & Hawks, J,. H. (2005). Medical
pelaksanaan senam kaki secara mandiri di rumah,
surgical nursing: clinical management for
bagi pihak kesehatan di RSUD terutama perawat
positive outcomes. (7th). Philadelphia:
di poli penyakit dalam hendaknya melakukan
Elsevier Saunders.
tindakan secara dini terhadap pasien DM.
Dermawan & Setiawati. (2008). Media audio
Tindakan tersebut bertujuan untuk mencegah
visual. Jakarta: EGC.
terjadinya komplikasi DM terutama pada kaki
Dian, K., L. (2012). Mengenal sindrom metabolic
dan lebih kiat dalam mempromosikan senam DM
dan bahayanya bagi tubuh. Diperoleh
yang sudah diadakan setiap hari minggu RSUD
tanggal 22 April 2014 dari
Arifin Achmad, sedangkan bagi peneliti
http://www.balipost.co.id/mediadetail.php
selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan
?module= detailberita&kid=24&id=62547
sebagai evidence based dan tambahan informasi
Endriyanto, E. (2013). Efektifitas senam kaki
untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut
diabetes melitus dengan koran terhadap
dengan variabel yang berbeda seperti variabel
tingkat sensitivitas kaki pada pasien DM
kemampuan dan motivasi dalam pelaksanaan
tipe 2. Skripsi PSIK UR. Tidak
senam kaki pada pasien DM tipe 2 serta manfaat
dipublikasikan.
lain dari senam kaki diabetik terhadap kesehatan
Fahlepie, E. (2012). Hubungan tingkat
dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan
pengetahuan pasien diabetes melitus
teknik penelitian yang lebih baik.
terhadap melakukan olah raga. Skripsi
PSIK UR. Tidak dipublikasikan.
Indey, K. (2012). Penyuluhan kesehatan dengan
media audio visual terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada pasien DM.
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 6
Diperoeh tanggal 5 Oktober 2013 dari Diperoleh pada tanggal 20 Oktober dari
http://apps.umsurabaya.ac.id/digilib/files/ http://international. Sindonews.com.
disk1/16/perpustakaan%20umsurabaya-- Riyaldi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan
korneliain-790-1-pendahul-n.pdf. keperawatan pada pasien dengan
Juliantara. (2009). Media audio visual. Jakarta: gangguan eksokrin dan endokrin pada
EGC. pankreas. . Yogyakarta: Graha
Kekenusa, J. S. (2013). Analisis hubungan antara Ilmu.
umur dan riwayat keluarga menderita dm Rusimah. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan kejadian penyakit dm tipe 2 pada dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan
pasien rawat jalan di poliklinik penyakit Diet pada Penderita Diabetes Mellitus
dalam blu rsup prof. Dr. R.d kandou (Diabetisi) di Ruang Rawat Inap RSUD
manado. Diperoleh tanggal 20 Oktober Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
2013 dari http://etd.eprints.ums.ic.id. Diperoleh tanggal 28 Oktober 2013 dari
Lubis, J. P. (2012). Perilaku Penderita Diabetes http:// naturindonesia.com/diabetes-
Melitus Rawat Jalan di RSUD militus/artikel-tentang-diabetes/425-
Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu diabetes-militus.html
Dalam Pengaturan Pola Makan. Rosalina, (15 September 2013). Ancaman
Diperoleh tanggal 28 Oktober 2013 dari diabetes di Indonesia meningkat: Artikel
http:// naturindonesia.com/diabetes- Tempo. Diperoleh tanggal 20 Oktober
militus/artikel-tentang-diabetes/425- 2013 dari
diabetes-militus.html. eprints.uns.ac.id/9094/1/14977170820100
Lueckenotte, A. G. (2004). Gerontologic nursing. 12011 pdf.
(2nd ed). Philadelphia: Mosby. Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus
Maemun, S. (2011). Efektifitas pendidikan anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
kesehatan tentang kegawatan diabetes Gramedia.
melitus terhadap pengetahuan pasien di Taylor, C. (2008). Gula darah dan menopause-
Rumah Sakit Daerah Sidoarjo. Diperoleh kenali tanda awal ketidakseimbangan
tanggal 30 April 2014 dari menopause. Diperoleh tanggal 13 Oktober
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42 2011 dari http://repository.usu.ac.id.
115558_1979-8091.pdf Tjahyono, Y. P. (2013). Pengaruh edukasi
Natalia, N. (2013). Efektifitas senam kaki diabetik melalui media visual buku ilustrasi
dengan tempurung kelapa terhadap terhadap pengetahuan dan kepatuhan
tingkat sensitivitas kaki Pada pasien pasien DM tipe 2. Diperoeh tanggal 5
diabetes melitus tipe 2. Skripsi PSIK UR. Oktober 2013 dari
Tidak dipublikasikan. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimu
Nurrahmani. U. (2012). Stop diabetes mellitus. s/article/viewFile/130/110.
Yogyakarta: Familia (Group Relasi Inti
Media).
Notoatmodjo, S. (2005a). Metodelogi penelitian
kesehatan. . Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007b). Promosi kesehatan
ilmu perilaku. Jakarta: Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. (2010c). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Perry & Potter. (2005). Konsep perkembangan
dan peran keluarga. Jakarta: Salemba
Medika
Rachmaningtyas, Ayu. (3 September 2013).
Jumlah penderita diabetes di Indonesia
masuk 7 dunia. Artikel Sindonews,

JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 7

Anda mungkin juga menyukai