Anda di halaman 1dari 9

ISSN Cetak 2303-1433

ISSN Online: 2579-7301

PERAN PETUGAS PROMOSI KESEHATAN DALAM PENGGUNAAN


AUDIOVISUAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI

Riza Hayati Ifroh*, Rahmi Susanti**, Lies Permana***, Reny Noviasty****


*,**,***,****
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Mulawarman, Samarinda-
Kalimantan Timur
email: rizahayatiifroh@gmail.com

ABSTRAK
Proses peningkatan pendidikan dan literasi kesehatan merupakan salah satu
upaya dalam meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat yang berkelanjutan.
Tenaga promosi kesehatan profesional pada suatu layanan kesehatan harus
memiliki kompetensi dasar yaitu komunikasi interpersonal dan analisis sasaran
pendidikan dan media secara spesifik, serta memahami konsep-konsep dasar
informasi kesehatan. Tujuan dalam penelitian ini mengidentifikasi karakteristik
petugas promosi kesehatan di Kalimantan Timur, mengidentifikasi jenis media
yang digunakan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir, serta melakukan uji beda
pengetahuan sebelum dan sesudah responden mendapatkan intervensi audiovisual.
Penelitian ini dilaksanakan dengan desain kuantitatif kombinasi pendekatan survei
dan pre-eksperimen, dengan besar sampel 25 responden dengan diberikan
intervensi media audiovisual tentang teknik konseling remaja selama 17 menit 32
detik. Hasil penelitian ini adalah media komunikasi, informasi dan edukasi yang
digunakan pada pelaksanaan edukasi kepada masyarakat 56% adalah leaflet dan
40% masing- masing pada powerpoint dan lembar balik. Adapun media yang
memiliki hubungan secara statistik pada jenis media yaitu fotonovela (p=0.022)
dan lembar balik (p=0.004). Pelaksanaan uji media audiovisual mengenai
konseling pada petugas promosi kesehatan mengalami peningkatan pengetahuan
(p-value= 0.003) atau (p<0.05). Perlu peningkatan kompetensi mengenai strategi
pemilihan media dan pembuatan media komunikasi informasi edukasi yang lebih
inovatif dengan menyesuaikan perkembangan teknologi serta menyesuaikan
dengan sumberdaya yang tersedia di Kalimantan Timur.

Kata Kunci: Petugas, Promosi Kesehatan, Media KIE, Audiovisual

ABSTRACT
The process of improving health education and health literacy is one of the
efforts to improve sustainable public health behavior. Professional health
promotion workers in a health service must have basic competencies such as
interpersonal communication, specific education and media target analysis, as
well as understanding the basic concepts of health information. The purpose of this
study was to identify the characteristics of health promotion officers in East
Kalimantan, identify the type of media used in the past 1 year, and conduct a
different test of knowledge before and after respondents received audiovisual. This
research was conducted with a quantitative combination design with a survey and
pre-experimental approach, with a total sample of 25 respondents by giving
audiovisual media intervention about adolescent counseling techniques for 17
minutes 32 seconds. The results of this study were media of communication used
for the implementation of community education 56% leaflets and 40% each in
power points and flipcharts. The media that have a statistical relationship to the

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 281


2812
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

type of media was photonovela (p = 0.022) and flipchart (p = 0.004). The


implementation of the audiovisual media test on counseling, it was found that
there was an increase in the knowledge of health promotion officers with a value (p-
value = 0.003) or (p <0.05). Their competency needs to be improved regarding to
be more innovative media information communication and making communication
information media by technological development and available resources in East
Kalimantan.

Keywords: Provider, Health Promotion, IEC Media, Audiovisual


PENDAHULUAN haruslah disesuaikan dengan tujuan
Proses peningkatan pendidikan pembelajaran yang ingin dicapai
dan literasi kesehatan merupakan (Darnton, 2008). Demikian juga media
salah satu upaya dalam meningkatkan promosi kesehatan dapat disesuaikan
perilaku kesehatan masyarakat yang untuk sasaran kelompok. Media
berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi pendidikan atau promosi kesehatan
oleh banyak faktor salah satunya disebut juga alat peraga karena
masukan, materi atau pesannya, berfungsi membantu dan
kompetensi pendidik atau petugas memeragakan sesuatu dalam proses
promosi kesehatan dan alat-alat bantu pendidikan atau pemberian informasi
media yang digunakan dalam kesehatan (Maulana, 2007). Menurut
menyampaikan pesan kesehatan Taufik (2007), media pendidikan
(Boerma et al., 2015). mempunyai beberapa manfaat antara
Peran petugas promosi kesehatan lain menimbulkan minat bagi sasaran,
dapat mempengaruhi hasil program dapat menghindari dari kejenuhan dan
promosi kesehatan. Penggunaan media kebosanan, membantu mengatasi
dalam menyampaikan pesan kesehatan banyak hambatan dalam pemahaman,
kepada masyarakat sudah menjadi hal memudahkan penyampaian informasi,
yang umum pada tenaga promosi dan memudahkan penerimaan
kesehatan di fasilitas kesehatan informasi bagi sasaran didik.
(Schiavo, 2007; Senlling, Susan; Media promosi kesehatan saat
Meserve, 2016). Petugas promosi ini sudah sangat banyak berkembang,
kesehatan memiliki tugas menyesuaikan terutama media audiovisual. Media
metode dan pemilihan media yang audiovisual merupakan alat yang
digunakan untuk menyampaikan pesan digunakan oleh individu melalui
kesehatan sesuai dengan strategi yang beberapa indera yang dianggap paling
benar (Division & Diseases, 2010; mempengaruhi pengetahuan ke dalam
Government Communication Network, otaknya melalui mata dan telinga
2009), contohnya penggunaan media (Notoadmojo, 2003). Menurut Liliweri
visual yang di dalam kerucut Edgar (2007), karakteristik media
Dale, penyerapan kognisi hanya audiovisual yang ditampilkan untuk
mencapai 10%. Adapun kombinasi publik haruslah memiliki daya tarik
metode dan media lainnya adalah teknik universal dan meluas, serta pesan atau
konseling dengan menggunakan media informasi kesehatan yang mengarah ke
lembar balik dengan penyerapan kognisi sosialisasi program kesehatan. Media
mencapai 38% (Rogers & Shoemaker, ini diharapkan dapat memudahkan
1983). audiens menerima dan memahami
Hal ini dijelaksan bahwa informasi kesehatan yang disampaikan
masukan (sasaran pendidikan) dan (Ifroh & Ayubi, 2018). Suiraoka dan I
sarana pendidikan yang diguanakan Dewa (2012) dalam Ifroh & Ayubi

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 282


2822
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

(2018), menyebutkan bahwa media remaja. Variabel lain yang diamati


audiovisual terbagi atas dua jenis yaitu adalah asal instansi, asal
media audiovisual tidak bergerak dan kabupaten/kota, jenis kelamin, lama
audiovisual bergerak. kerja dan pendidikan
Kalimantan Timur sebagai salah Penelitian ini dilaksanakan di
satu provinsi di Indonesia yang Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi
memiliki basis petugas promosi Kalimantan Timur dengan melibatkan
kesehatan di tingkat kabupaten/kota seluruh peserta pelatihan bidang
pada pelayanan primer hingga tersier promosi kesehatan dengan jumlah 25
perlu meningkatkan peran dan kinerja peserta yang diambil seluruhnya
petugas promosi kesehatan, hal ini sebagai sampel dalam penelitian ini.
dikarenakan belum optimalnya Teknik sampling purposive sampling
pelaksanaan advokasi dan edukasi digunakan dengan kriteria inklusi
masyarakat dalam meningkatkan adalah peserta yang aktif dalam
kesadaran untuk hidup sehat dan mengikuti pelatihan selama dua
bersih. (Dinas Kesehatan Provinsi minggu dan minimal memiliki strata
Kalimantan Timur, 2018) Oleh sebab pendidikan sarjana/ S1 bidang
itu, berdasarkan penjelasnya di atas kesehatan
perlu dilakukan pengkajian mengenai Instrumen penelitian yang
jenis- jenis media komunikasi digunakan adalah lembar pre post test
informas dan edukasi yang cenderung yang berisi pertanyaan terkait
digunakan oleh petugas kesehatan di komunikasi non verbal, materi atau
Kalimantan Timur. pesan kesehatan, alat bantu atau media
Adapun tujuan dalam penelitian konseling. Pemutaran media
ini adalah mengidentifikasi karakteristik audiovisual diberikan kepada
petugas promosi kesehatan di responden pada tahap intervensi
Kalimantan Timur yang meliputi asal selama 17 menit 32 detik.
instansi, kabupaten/kota, lama kerja, Analisis univariat dan bivariat
jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. dilakukan pada variabel dan efek yang
Selain itu, penelitian ini juga diukur. Analisis bivariat yang
mengidentifikasi jenis media yang dilakukan adalah uji asosiasi dengan
digunakan dalam kurun waktu 1 tahun koefisien kontingensi C untuk melihat
terakhir, menganalisis hubungan hubungan variabel asal instansi, asal
karakteristik responden dengan jenis kabupaten/kota, jenis kelamin, lama
media, serta melakukan uji beda kerja dan pendidikan dengan
pengetahuan sebelum dan sesudah pemilihan media KIE. Selanjutnya,
responden mendapatkan intervensi untuk mengetahui efek dari media KIE
audiovisual mengenai teknik konseling dengan pengetahuan dilakukan uji
pada masyarakat. beda wilcoxon sign rank test yang
merupakan jenis uji statistik non
METODE PENELITIAN parametrik yang dapat dilakukan pada
Berdasarkan jenis penelitian, sampel dengan ukuran kecil (Siegel,
studi ini termasuk kedalam bentuk pre 1995).
eksperimen rancangan pre post test
design. Efek yang diukur adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan sebelum dan sesudah Adapun hasil penelitian
setelah diberikan perlakuan berupa mengenai penggunaan media promosi
intervensi audiovisual. Durasi dari kesehatan dan efektivitas penggunaan
intervensi audiovisual adalah 12 menit media audiovisual dengan tema
45 detik dengan tema teknik konseling konseling kesehatan pada petugas

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 283


283
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

kesehatan adalah sebagai berikut: organisasi khususnya bidang


kesehatan (Shaluhiyah et al., n.d.),
Karakteristik Responden disamping itu pelaksanaan promosi
Karakteristik responden yaitu kesehatan oleh tenaga promosi
tenaga promosi kesehatan di kesehatan profesional pada suatu
Kalimantan Timur adalah sebagai layanan kesehatan harus memiliki
berikut: kompetensi dasar contohnya
komunikasi interpersonal dan analisis
Tabel 1. Karakteristik Responden sasaran pendidikan dan media secara
Variabel n = 25 % spesifik, serta memahami konsep-
Asal Instansi konsep membangun hubungan
Puskesmas 13 52 (Schiavo, 2007). Pada penelitian ini,
Rumah Sakit 4 16 kompetensi bidang yang dimiliki oleh
Dinas Kesehatan 8 32 petugas promosi kesehatan 84%
adalah lulusan perguruan tinggi yang
Asal Kabupaten/Kota berlatar belakang pendidikan
Samarinda 2 8
kesehatan masyarakat, dimana salah
Mahakam Ulu 4 16
satu kompetensinya adalah promosi
Paser 10 40
Balikpapan 1 4 kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi
Kutai Kartanegara 3 12 Kalimantan Timur, 2018).
Kutai Timur 2 8
Kutai Barat 2 8 Tabel 2. Penggunaan Media
Bontang 1 4 Penggunaan Media n = 25 %
Jenis Kelamin Menggunakan media 21 84
Laki-laki 8 32 Tidak menggunakan media 4 16
Perempuan 17 68
Sumber: Data Primer
Lama Masa Kerja
Berdasarkan tabel 2, diketahui
Kurang dari 1 tahun 6 24
bahwa hampir seluruh tenaga
1 - 5 tahun 3 12
kesehatan menggunakan bantuan
6 – 10 tahun 3 12
11 – 15 tahun 5 20
media dalam melakukan penyuluhan
16 – 20 tahun 2 8
kepada masyarakat, walaupun 4 orang
Lebih dari 20 tahun 4 16
dari 25 tenaga kesehatan mengakui
Pendidikan Terakhir untuk tidak menggunakan media
Sarjana Kesehatan 21 84 apapun saat melaksanaan penyuluhan.
Masyarakat Diketahui bahwa masih terdapat
Sarjana 2 8 petugas promosi kesehatan sebanyak
Keperawatan 16% yang tidak menggunakan media
Sarjana Gizi 2 8 saat menyampaikan informasi
Sumber: Data Primer kesehatan. Hal ini dapat mengurangi
tingkat kepercayaan dan pemahaman
yang komperhensif oleh peserta didik
Pelaksanaan tugas pokok dan atau masyarakat yang menjadi
fungsi sebagai promotor dan pendidik kelompok sasaran pendidikan
kesehatan dapat menggambarkan (Government Communication
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu Network, 2009). Adapun jenis-jenis
program kegiatan atau kebijakan dalam media yang umum digunakan oleh
mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan petugas promosi kesehatan di
misi organisasi yang dituangkan Kalimantan Timur dalam 1 tahun
melalui perencanaan strategi suatu terakhir adalah sebagai berikut:

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 284


284
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Gambar 1. Jenis media KIE yang digunakan petugas kesehatan 1 tahun terakhir
Tenaga Promosi Kesehatan et al., 2017). Selain itu, aspek minat
sebanyak 56% menggunakan media dan ketertarikan peserta didik dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan melihat gradasi warna dan tulisan pada
melalui media leaflet dan 40% media serta kemudahan dalam
menggunakan media lembar balik dan penggunaan media menjadi faktor yang
power point. Tenaga kesehatan juga juga menentukan
diketahui tidak hanya menggunakan Keberhasilan dalam
satu jenis media pada saat melakukan penyampaian informasi dan pesan
penyuluhan, tetapi ada yang kesehatan (Division & Diseases, 2010).
menggunakan lebih dari 5 media yang Penggunaan media video sebanyak 8%
berbeda dalam setiap penyuluhan masih dianggap rendah dalam
maupun edukasi masyarakat. penggunaannya, hal ini berdasarkan
Pemilihan media kesehatan sebagai hasil penelusuran dan diskusi lanjutan
sarana edukasi kepada masyarakat kepada responden bahwa di wilayah
adalah salah satu kunci keberhasilan kabupaten di Kalimantan Timur masih
pencapaian informasi yang terkendala akses listrik yang dapat
disampaikan (Triyanti, Widagdo, & dijangkau hingga pelosok wilayah,
BM, 2017). Media yang paling sering sehingga petugas kesehatan memilih
digunakan dalam penelitian ini adalah alternatif media lain yang dapat
leaflet dimana leaflet memiliki manfaat dibawa dengan mudah tanpa
untuk menjelaskan materi secara lebih memerlukan bantuan saluran listrik
rinci dan komperhensif (Nasution, dalam pemutarannya, sehingga
2010), tetapi ada beberapa kekurangan pemilihan media elektronik bukan
dalam media ini yaitu media hanya menjadi pilihan utama oleh para tenaga
diperuntukkan untuk sasaran promosi kesehatan.
pendidikan individu dan dianggap
tidak bertahan lama berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
ketahanan material media. Media Komunikasi Informasi dan
Pemilihan media oleh tenaga Edukasi
promosi kesehatan diharapkan dapat Adapun hasil uji korelasi untuk melihat
disesuaikan dengan kelompok sasaran hubungan antara penjualan rokok
pendidikan baik pada tatanan rumah dengan faktor yang mempengaruhinya
tangga, pendidikan, pelayanan adalah sebagai berikut:
kesehatan maupun tempat kerja (Kobel

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 285


2852
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Tabel 3. Analisis Korelasi Variabel Penelitian

Jenis Media
Variabel Leaflet PPT Poster Spanduk Video Flipchart Foto Brosur Booklet
(c) (c) (c) (c) (c) (c) (c) (c) (c)
(p) (p) (p) (p) (p) (p) (p) (p)
(p)
Asal Instansi (-0.076) (-0.268) (0.019) (-0.179) (0.054) (0.322) (0.253) (-0.179) (-0.179)
(0.701) (0.169) (0.920) (0.359) (0.783) (0.099) (0.194) (0.359) (0.359)
Asal (-0.361) (-0.100) (0.297) (-0.067) (0.130) (-0.100) (0.455) (0.142) (0.142)
Kab/Kota (0.083) (0.634) (0.150) (0.751) (0.537) (0.634) (0.022) (0.499) (0.499)
Jenis Kelamin (0.387) (0.035) (-0.145) (-0.298) (-0.114 (0.560) (0.140) (0.140) (0.140)
(0.061) (0.868) (0.489) (0.149) (0.588) (0.004) (0.504) (0.504) (0.504)
Lama Kerja (-0.360) (-0.322) (-0.196) (-0.268) (-0.131 (0.280) (-0.031) (0.088) (0.088)
(0.091) (0.134) (0.370) (0.216) (0.553) (0.196) (0.889) (0.691) (0.691)
Pendidikan (0.213) (0.363) (0.201) (0.265) (0.131) (-0.056) (-0.084) (-0.084) (-0.084
(0.318) (0.075) (0.335) (0.200) (0.532) (0.791) (0.691) (0.691) (0.691)

Berdasarkan hasil uji statistik yang diambil secara nyata pada


pada tabel 3, diketahui bahwa variabel kehidupan sehari-hari masyarakat di
asal instansi tidak memiliki hubungan Kalimantan Timur, media jenis visual
secara signifikansi (p>0.05) terhadap ini dapat meningkatkan sikap dan
jenis-jenis media KIE yang digunakan kesadaran mengenai peristiwa atau
dimana nilai koefisien (r) yang kejadian yang mempengaruhi perilaku
terbesar pada variabel ini adalah kesehatan masyarakat. Sikap
(r=0.322). Pada variabel asal merupakan respon, hanya timbul
kabupaten/kota memiliki hubungan apabila individu dihadapkan pada
terhadap penggunaan media suatu stimulus yang menghendaki
fotonovela dengan nilai signifikansi respon individual. Respon yang
(p=0.022) dan nilai koefisien (r=0.455) dinyatakan sebagai sikap didasari oleh
dengan arah hubungan positif, maka proses evaluasi dalam diri individu
dapat disimpulkan kekuatan hubungan yang memberi kesimpulan nilai
dari variabel tersebut adalah moderate terhadap stimulus dalam bentuk baik
(sedang). Pada variabel jenis kelamin atau buruk, positif atau negatif,
media lembar balik memiliki menyenangkan atau tidak
hubungan secara statistik dengan nilai menyenangkan (Hastuti, Widiastuti,
p- value (0.004) dengan nilai kekuatan Purwokerto, & Semarang, 2018).
hubungan (r=0.560) atau memiliki
hubungan yang juga moderate. Adapun Media visual diam juga memiliki
pada variabel lama kerja dan kelebihan yaitu sasaran yang
pendidikan terakhir tidak memiliki mendapatkan paparan media ini akan
hubungan secara statistik dengan merasakan penghayatan dari kejadian
variabel jenis media yang digunakan secara nyata dengan kelompok sasaran
petugas promosi kesehatan (p>0.05). yang dianggap homogen(Nasution,
Pada penelitian ini diketahui 2010). Media lembar balik dalam
bahwa jenis media yang memiliki penelitian ini juga memiliki hubungan
hubungan secara statistik adalah media secara statistik dengan pemilihan
fotonovela yaitu media yang di media oleh tenaga kesehatan. Media
dalamnya terdapat kumpulan gambar lembar balik adalah salah satu media

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 286


2862
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

cetak yang dapat dibawa secara ringkas Media Audiovisual


dan memiliki komponen materi
pendidikan yang dapat ditampilkan Adapun pada penelitian ini, dilakukan
kepada audiens secara komperhensif uji beda pengetahuan petugas promosi
(Hastuti et al., 2018). kesehatan sebelum dan sesudah
diberikan media audiovisual, yaitu
Uji Pengetahuan Sebelum dan sebagai berikut:
Sesudah Intervensi Pemutaran

Tabel 4. Analisis Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Intervensi Pemutaran


Audiovisual
Kategori Rerata Perbedaan Nilai Nilai P
Pengetahuan Skor skor sebelum Minimum Maximum Value
sesudah
Sebelum 9,28 7 11
Sesudah 10,68 1,4 7 12 0.003
Berdasarkan tabel 4, diketahui (Estrada & Koolen, 2018; Hastuti et al.,
bahwa rerata skor pengetahuan 2018).
responden sebelum sebesar 9,28
dengan nilai terendah adalah 7 dan KESIMPULAN
nilai tertinggi adalah 12. Setelah Kesimpulan dalam penelitian ini
diberikan intervensi mengenai adalah 52% tenaga promosi kesehatan
konseling petugas kesehatan melalui di Kalimantan Timur bekerja di Pusat
media audiovisual, rerata skor Kesehatan Masyarakat (puskesmas)
pengetahuan mengenai konseling dan 20% diantaranya memiliki masa
meningkat menjadi 10,68 dengan nilai kerja sebagai petugas promosi
maximum mencapai nilai 12. Dengan kesehatan 11-15 tahun lamanya, selain
menggunakan uji wilcoxon sign rank itu 84% tenaga promosi kesehatan di
(p- value < 0.05) dapat disimpulkan Kalimantan Timur memiliki latar
bahwa terdapat perbedaan skor belakang pendidikan yang sudah sesuai
pengetahuan sebelum dan sesudah dengan tugas dan fungsi pokok
tenaga kesehatan memperoleh media sebagai tenaga promosi kesehatan
audiovisual konseling. Media yaitu Sarjana Kesehatan Masyarakat.
audiovisual menurut Juliantara (2009) Penggunaan media komunikasi,
dalam (Hastuti et al., informasi dan edukasi yang digunakan
2018) mempunyai manfaat yaitu guna pelaksanaan edukasi kepada
membuat informasi lebih menarik, masyarakat 56% adalah leaflet dan
memungkinkan hasil belajar lebih 40% masing-masing pada powerpoint
tahan, memberikan pengalaman- dan lembar balik. Adapun media yang
pengalaman yang nyata. Karakteristik memiliki hubungan secara statistik
metode audiovisual ditujukan untuk pada jenis media yaitu fotonovela
audiens tertentu, dapat dipakai metode (p=0.022) dan lembar balik (p=0.004).
lain, dampak dapat dievaluasi, waktu pada pelaksanaan uji media audiovisual
singkat-sedang, perlu keterlibatan staf mengenai konseling diketahui bahwa
dan peserta, memberikan contoh, terjadi peningkatan pengetahuan
untuk jumlah audiens terbatas, hanya petugas promosi kesehatan rata-rata
sebagai pelengkap, harus disesuaikan pengetahuan sebelum adalah (9.28)
dengan tingkat pendidikan, untuk meningkat menjadi (10.68) dengan
perilaku sederhana, memberikan hanya nilai (p-value= 0.003) atau (p<0.05).
belajar kognitif, perlu ruangan khusus

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 287


2872
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

SARAN tentang TB Paru, 14(1), 7–13.


Saran yang dapat diberikan
adalah petugas promosi kesehatan Ifroh, R. H., & Ayubi, D. (2018).
untuk dapat lebih meningkatkan Efektivitas Kombinasi Media
kompetensi mengenai strategi Audiovisual Aku Bangga Aku
pemilihan media dan pembuatan media Tahu Dan Diskusi Kelompok
komunikasi informasi edukasi yang Dalam Upaya Meningkatkan
lebih inovatif dengan menyesuaikan Pengetahuan Remaja Tentang
perkembangan teknologi serta HIV- AIDS. Perilaku Dan
menyesuaikan dengan sumberdaya Promosi Kesehatan, 1(1), 32–43.
yang tersedia di Kalimantan Timur. Kobel, S., Wartha, O., Wirt, T.,
Dreyhaupt, J., Lämmle, C.,
DAFTAR PUSTAKA Friedemann, E., … Steinacker, J.
Boerma, T., Mathers, C., AbouZahr, C., M. (2017). Design ,
Chattergi, S., Hogan, D., & Implementation , and Study
Stevens, G. (2015). Health in Protocol of a Kindergarten-Based
2015: From MDGs, Millennium Health Promotion Intervention,
Development Goals to SDGs, 2017.
Sustainable Development Goals.
Maulana, H. (2007). Promosi Kesehatan.
Geneva, Switzerland.
(E. K. Yudha, Ed.). Jakarta: Buku
https://doi.org/10.1007/BF0191838
Kedokteran EGC.
7
Nasution, N. A. (2010). EFEKTIVITAS
Darnton, A. (2008). GSR Behaviour
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Change Knowledge Review
(LEAFLET) DALAM
Practical Guide : An overview of
Practical Guide : An overview of PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN
behaviour change models and SIKAP IBU HAMIL TENTANG
their uses (p. 43). INISIASI MENYUSU DINI
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF.
Timur. (2018). Profil Kesehatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Indonesia 2017. Jakarta. Division, Notoadmojo. (2003). Pendidikan dan
C. H., & Diseases, I. (2010). Perilaku Kesehatan. In Rineka
BEHAVIOR CHANGE Cipta.
COMMUNICATION ( BCC ) https://doi.org/10.1016/j.jallco
Learning Resource Package m.2009.10.130
Facilitator ’ s Guide (Vol. 1997,
pp. 1–101). Rogers, E. M., & Shoemaker, F. (1983).
Diffusion of innovation: a cross-
Estrada, L. M., & Koolen, M. (2018). cultural approach.
Audiovisual Media Annotation https://doi.org/10.1007/s10661-
Using Qualitative Data Analysis 014-3885-4
Software : A Comparative
Analysis, 23(13), 40–60. Schiavo, R. (2007). Health
Communication From Theory to
Government Communication Network. Practice (Ist). United States of
(2009). Communications and America.
behaviour change.
Senlling, Susan; Meserve, A. (2016).
Hastuti, P., Widiastuti, A., Purwokerto, J. Evaluating health promotion
K., & Semarang, P. K. (2018). programs : introductory workbook.
Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita Ontario.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 288


2882
ISSN Cetak 2303-1433
ISSN Online: 2579-7301

Shaluhiyah, Z., Widjanarko, B.,


Pelayanan, S., Spm, M.,
Kesehatan, P., & Kota, K. (n.d.).
Kinerja Petugas Penyuluh
Kesehatan Masyarakat dalam
Praktek Promosi Kesehatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati,
165–173.
Triyanti, M., Widagdo, L., & BM, S.
(2017). Peningkatan Pengetahuan
dan Ketrampilan Kader
Pemantauan Tumbuh Kembang
Balita di Posyandu dengan
Metode BBM dan Mind
Mapping. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 12(2),
265–277.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 7 No. 2, Mei 2019 289


2892

Anda mungkin juga menyukai