Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada penelitian ini terdiri pendidikan kesehatan,

1. Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan

untuk memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan perilaku

yang dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga,

kelompok maupun masyarakat melalui aktifitas belajar. Kegiatan

pendidikan kesehatan diharapkan dapat membantu tercapainya

program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan dapat

meningkatkan kesehatan (Widyanto, 2014).

Secara umum pendidikan kesehatan adalah suatu upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh petugas pendidikan atau promosi kesehatan.

Batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari

pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku


untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh

sasaran dari promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

b. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kesehatan

Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum

yaitu untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam

bidang kesehatan. Tujuan dan manfaat dari pendidikan kesehatan

(Notoatmodjo, 2012) anatar lain:

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan lebih sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat

sarana pelayanan kesehatan yang tepat.

4) Agar penderita atau masyarakat memiliki tanggung jawab yang

lebih besar pada kesehatan.

5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam

mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit

yang parah dan mencegah penyakit menular.

6) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi individu,

keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan

dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan

masyarakat.
7) Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan

pengobatan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh

perubahan gaya hidup dan perilaku sehat sehingga angka

kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.

Pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dan nifas

mempunyai tujuan yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayainya

baik secara fisik maupun psikologis, mendukung dan memperkuat

keyakinan diri ibu dalam menjalankan perannya sebagai ibu, dan

memberikan pendidikan atau pengetahuan kesehatan seputar masa

hamil dan nifas seperti perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga

berencana, ASI eksklusif, cara pemberian ASI dan perawatan

Payudara (Maryam, 2015).

c. Proses Pendidikan Kesehatan

Prinsip pokok dalam pendidikan kesehatan adalah proses

belajar yang terdiri dari komponen input (masukan), proses dan

output (keluaran) (Widyanto, 2014). Prinsip pokok tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

1) Input (Masukan)

Menyangkut pada sasaran belajar yaitu terhadap individu,

kelompok, serta masyarakat dengan berbagai latar belakang

(Widyanto, 2014).
2) Proses

Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan

atau perilaku pada diri subjek belajar tersebut. Dalam proses

terjadinya pengaruh timbal balik antara berbagai faktor

meliputi subjek belajar, pengajar, metode, teknik belajar, alat

bantu, serta materi atau bahan yang akan diberikan (Widyanto,

2014).

a) Metode

Metode pendidikan kesehatan merupakan suatu

kombinasi anatra cara-cara atau metode yang digunakan

dalam setiap pelaksanaan promosi atau pendidikan

kesehatan (Subaris, 2016). Menurut Notoatmodjo (2012),

berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, metode

pendidikan digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

(1) Metode berdasarkan pendekatan perorangan (individu)

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang

yang mulaiteratik pada suatau perubahan perilaku atau

inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini

karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Ada 2 (dua) bentuk

pendekatannya yang meliputi bimbingan dan


penyuluhan (Guidance and Counceling), serta

wawancara.

(2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluhan berhubungan dengan sasaran secara

kelompok. Dalam menyamoaikan promosi atau

pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ini

kita perlu mempertimbangkan besarnya kelompok

sasaran dan tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada

2 (dua) jenis tergantung besarnya kelompok yaitu

kelompok besar dan kelompok kecil.

(3) Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendektan massa ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak

membedakan dari golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang

ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa.


b) Media

Pendidikan kesehatan masyarakat diberikan pada

sasaran, baik secara langsung maupun melalui media

tertentu. Media pendidikan kesehatan adalah saluran suatu

saluran komunikasi yang dipaki untuk mengirimkan pesan

kesehatan (Nursalam dan Effendy, 2009). Media atau alat

bantu pembelajaran merupakan alat-alat yang digunakan

oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan

biasanya dengan menggunakan alat peraga pengajaran. Alat

peraga pada dasarnya dapat membantu sasaran pendidik

untuk menerima pelajaran dengan menggunakan panca

inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam

menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran

(Suliha, 2008).

Media pendidikan kesehatan sebagai alat bantu

yaitu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-

alat bantu tersebut mempunyai fungsi yaitu menimbulkan

minat sasaran pendidikan, mencapai sasaran yang lebih

banyak, membantu dalam mengatasi banyak hambatan

dalam pemahaman, menstimulasi sasaran pendidikan untuk

meneruskan pesan-pesan yang diterima orang lain,

mempermudah penyampaian bahan atau informasi

kesehatan, mempermudah penerimaan informasi oleh


sasaran atau masyarakat, mendorong keinginan orang untuk

mengetahui lebih dalam dan mendapatkan pengertian yang

lebih baik, serta membantu menegakkan pengertian yang

diperoleh (Notoatmodjo, 2012).

Ada beberapa bentuk media penyuluhan atau

pendidikan kesehatan antara lain (Notoatmodjo, 2012):

(1) Alat bantu lihat (Visual aids)

Alat bantu lihat (visual aids) merupakan alat yang

digunakan untuk membantu menstimulasi indera

penglihatan, yang terdiri atas alat yang diproyeksikan

seperti slide, film, film strip dan sebagainya. Sedangkan

alat yang tidak diproyeksikan dapat berbentuk dua

dimensi seperti gambar, peta, bagan dan sebagainya,

atau bentuk tiga dimensi seperti patung, boneka, bola

dunia dan sebagainya.

Leaflet adalah lembaran kertas yang berukuran kecil

mengandung pesan bercetak yang digunakan untuk

disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai

suatu hal atau peristiwa. Biasanya terdiri dari satu

lembar saja dengan cetakan dua muka. Penggunaan

leaflet untuk pendidikan kesehatan sangat efektif karena

bentuknya yang dapat dilipat sehingga dapat digunakan


atau dibaca kapan saja dan dimana saja (Widyanto,

2014).

(2) Alat bantu dengar (Audio aids)

Alat bantu dengar (audio aids) merupakan alat yang

dapat membantu untuk menstimulasi indera pendengar

pada waktu penyampaian bahan pendidikan atau

pengajaran. Media ini dapat berupa radio, kaset pita,

piringan hitam dan sebagainya.

Alat bantu dengar (audio aids)

(3) Alat bantu lihat dengar (Audio visual aids)

Alat bantu lihat dengar (audio visual aids)

merupakan alat bantu yang menstimulasi indera

penglihatan dan pendengaran secara bersama, terdiri

atas televisi, video (VCD, DVD, VTR) dan komputer.

3) Output (Keluaran)

Output atau keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri

yang berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek

belajar (Widyanto, 2014). Proses pendidikan kesehatan yang

diberikan kepada seseorang atau masyarakat berharap

memperoleh hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran

didik melalui pendidikan kesehatan. Sehingga hasil dari

pendidikan kesehatan ini dapat mengubah pemahaman dari ibu

hamil bahwa perawatan masa nifas yang benar dan baik dapat
menghindari ibu dari masalah komplikasi setelah melahirkan

(Notoatmodjo, 2012).

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikannya, semakin

mudah seseorang menerima informasi yang didapatkannya.

2) Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

3) Adat Istiadat

Masyarakat masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4) Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.


5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran

masyarakat dalam penyuluhan.

2. Perawatan Masa Nifas

a. Definisi Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium

merupakan masa pulih kembali (Pitriani dan Andriyani, 2014).

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah keluarnya

plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau

40 hari (Ambarwati, 2010).

b. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin dalam Pitriani dan

Andriyani (2014) yaitu:

1) Periode Taking In (hari ke- 12 setelah melahirkan)

a) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

b) Perhatian ibu setuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.
c) Ibu akan mengulangu pengalaman-pengalaman waktu

melahirkan.

d) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk

mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

e) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga

membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu

makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh

tidak berlangsung normal.

2) Periode Taking On atau Taking Hold (hari ke- 24 setelah

melahirkan)

a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

b) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi

tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

c) Ibu berusa untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan dan

mengganti popok.

d) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan

kritikan pribadi.

e) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya.


3) Perode Letting Go

a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh

dukungan serta perhatian keluarga.

b) Ibu sudah mengambil tamggung jawab dalam merawat

bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan

mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan

sosial.

c) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

c. Tujuan Perawatan Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan

maupun dibidang-bidang lain selalu mempunyai tujuan agar

kegiatan-kegiatan itu terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.

Perawatan masa nifas merupakan pelayanan medis dan

keperawatan yang diberikan kepada wanita selama masa nifas,

yaitu dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan, dimulai dari akhir

persalinan dan berakhir ketika kembalinya organ-organ reproduksi

seperti keadaan sebelum hamil (Stright, 2005 dalam Mardiatun,

2013).

Menurut Saleha (2009) tujuan dari perawatan masa nifas

sabagai berikut:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana (KB), cara dan

manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB)

5) Untuk memulihkan kesehatan pada ibu, dengan gejala yaitu:

a) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan

b) Menghilangkan terjadinya anemia

c) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan

keberhasilan dan sterilisasi

d) Selain hal-hal diatas untuk mengembalikan kesehatan

umum diperlukan pergerakkan otot yang cukup, agar tunas

otot menjadi lebih baik, peredaran darah lebih lancar

dengan demikian otot akan mengadakan metabolisme lebih

cepat

6) Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi

7) Untuk memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)

8) Agar ibu dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas

selesai dan dapat memelihara bayi-bayi dengan baik.


d. Kebutuhan Dasar Perawatan Ibu Nifas

Terdapat kebutuhan dasar perawatan ibu nifas yang harus

terpenuhi yaitu sebagai berikut:

1) Nutrisi dan Cairan

Kebutuhan nutrisi dan cairan ibu nifas membutuhkan

nutrisi yang cukup, gizi seimbang terutama kebutuhan protein

dan karbohidrat. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

(ibu harus mengkonsumsi 3 samapi 4 porsi setiap hari), minum

paling sedikit 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

meminum setiap kali menyusui). Meminum pil zat besi untuk

menambah zat besi setidaknya salama 40 hari pasca persalinan,

kemudian minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya

(Ambarwati, 2010).

Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan

tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk

memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan kalori

perhari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan perhari

ditingkatkan sampai mencapai 3000 ml, dan 1000 ml berupa

susu. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas

selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.

Manfaat nutrisi dan cairan yaitu Tidak ada kontra

indikasi pemberian nutrisi setelah persalinan, mendapatkan


nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori dari sebelum

hamil (200-500 kalori), mempercepat pemulihan kesehatan dan

kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta

mencegah terjadinya infeksi.

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi yang

segera dilakukan setelah ibu melahirkan dengan bantuan dan

bimbingan ibu untuk bangun dari tempat tidurnya (Pitriani dan

Andriyani, 2014).

Manfaat tindakan ambulasi untuk mengurangi insiden

tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu

(Saleha, 2009) sebagai berikut ambulasi sedini mungkin

kecuali ada kontra indikasi, meningkatkan sirkulasi dan

mencegah resiko trombophlebitis, meningkatkan fungsi kerja

peristaltik dan kandung kemih, mencegah distensi abdominal

dan konstipasi, jelaskan tujuan dan manfaat ambulasi dini, dan

ambulasi dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan ibu.

Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi maka ibu

tersebut akan terancam mengalami trombosis vena. Maka untuk

mencegah terjadinya trombosis vena perlu dilakukan ambulasi

dini terhadap ibu nifas. Sebelum waktu ini, ibu tersebut harus

diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam


serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta

mengayunkan tungkainya di tepi ranjang.

3) Eliminasi (BAK dan BAB)

Kebanyakan ibu dapat melakukan BAK secara spontan

dalam waktu 8 jam setelah melahirkan, selama kehamilan

terjadi peningkatan ekstraseluler 50%. Setelah melahirkan

cairan ini di eliminasi sebagai urine, umumnya pada partus

lama yang kemudian di akhiri dengan ektraksi vakum yang

dapat mengakibatkan retensi urine. Bila perlu, sebaiknya

pasang dower catether (DC) untuk memberikan istirahat pada

otot-otot kandung kemih.

Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2

sampai dengan 3 hari setelah melahirkan karena enema

sebelum persalinan, diit cairan, obat-obatan analgesik selama

persalinan dan perineum yang sakit. Memberikan asupan cairan

yang cukup, diet yang tinggi serat, serta ambulasi secara teratur

dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB (Suherni,

2008). Tujuan latihan eliminasi (BAB/BAK) pasca persalinan

yaitu menguatkan otot-otot perut agar menghasilkan bentuk

tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul sehingga

mencegah atau memperbaiki stress inkontinensia, dan

membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.


4) Kebersihan Diri

Kebersihan diri berfungsi untuk mencegah infeksi dan

meningkatkan kenyamanan. Kebersihan diri meliputi

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan.

Menjaga kebersihan diri ada beberapa hal yang bisa dilakukan

ibu nifas (Pitriani dan Andriyani, 2014) yaitu mandi teratur

minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur,

menjaga lingkungan sekitar tempat tidur, melakukan perawatan

perineum, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, dan

mencuci tangan setiap membersikan daerah genetalia.

5) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari

dan 1 jam pada siang hari yaitu membutuhkan istirahat dan

tidur yang cukup, istirahat sangat penting untuk ibu yang

menyusui, dan tindakan rutin yang dilakukan di Rumah Sakit

hendaknya jangan mengganggu waktu istirahat dan tidur pada

ibu (Suherni, 2008).

Setelah selama sembilan bulan ibu mengalami

kehamilan dengan beban kandungannya yang begitu berat dan

banyak keadaan yang mengganggu, serta proses persalinan

yang begitu melelahkan, maka ibu membutuhkan istirahat yang

cukup untuk memulihkan keadaannya. Istirahat ini bisa berupa


tidur siang maupun tidur malam hari. Jika ibu mengalami

kesulitan tidur di malam hari dan dia tampak gelisah maka

perlu diwaspadai ibu mengalami gangguan psikosis masa nifas.

6) Seksual

Seksual ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum

dan penurunan hormon steroid setelah persalinan. Aktivitas

seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah, adaptasi

peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur). Penggunaan

kontrasepsi (ovulasi terjadi pada waktu kurang lebih 6 minggu)

diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat

diprediksi (Bahiyatun, 2009).

Hubungan seksual dilakukan begitu darah berhenti.

Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung

suami istri tersebut. Selama masa nifas, hubungan seksual juga

dapat berkurang. Hal ini dapat menyebabkan pola seksual

selama nifas berkurang yaitu kelelahan, gangguan atau

ketidaknyamanan fisik, cemas berlebihan, dan

ketidakseimbangan hormon (Pitriani dan Andriyani, 2014).

Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan

suasana hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses

perangsangan sehingga produksi cairan pelumas pada dinding

vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang minim akan

berakibat gesekan penis dan dinding vagina tidak terjadi


dengan lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan tidak jarang

akan ada luka lecet baik pada dinding vagina maupun kulit

penis suami. Secara alami, sesudah melewati masa nifas

kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Oleh

sebab itu, posisi hubungan seks seperti apapun sedah bisa

dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih

disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum

berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang

belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini

disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam

proses penyembuhan (Asmadi, 2008).

7) Latihan Senam Nifas

Senam nifas merupakan senam yang dilakukan sejak

hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari ke-10, yang

terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk

mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam masa nifas

berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk mengencangkan

otot-otot, terutama otot-otot perut yang menjadi longgar setelah

melahirkan (Bahiyatun, 2009). Senam nifas mempunyai tujuan

tertentu yaitu:

a) Mengurangi rasa sakit pada otot-otot

b) Memperbaiki peredaran darah

c) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum


d) Melancarkan pengeluaran lochea

e) Mempercepat involusi

f) Menghindari terjadinya kelainan dan komplikasi masa nifas

g) Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi

dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen

h) Untuk membantu penyembuhan luka perineum

i) Meredakan hemoroid dan varikositas vulva

j) Meningkatkan pengendalian atas urine

k) Meringankan perasaan bahwa “segalanya sudah

berantakan”.

l) Membangkitkan kembali pengendalian atas otot-otot

spinkter

m) Memperbaiki respon seksual

Faktor-faktor kesiapan ibu untuk memulai senam nifas yaitu:

a) Tingkat kesegaran tubuhnya sebelum kelahiran bayi

b) Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit

atau tidak

c) Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta

asuhan

d) Penyesuaian masa nifas yang sulit oleh suatu sebab


8) Perawatan payudara

Perawatan payudara dilakukan untuk memperlancar

pengeluaran air susu ibu (ASI). Perawatan payudara dilakukan

dengan beberapa cara yaitu (Pitriani dan Andriyani, 2014):

a) Menjaga payudara agar tetap lembab dan bersih

b) Menggunakan BH yang menyokong payudara

c) Apabila putting lecet oleskan kolostrum atau ASI yang

keluar pada sekitar putting susu tiap kali selesai menyusui

d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24

jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan

menggunakan sendok

e) Untuk menghilangkan nyeri, minum paracetamol 1 tablet

setiap 4 sampai dengan 6 jam

9) Kontrasepsi

Jika pasca melahirkan ibu belum bersedia hamil kembali

dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi pada saat melakukan

hubungan seksual dengan suami. Tidak adanya tanda-tanda

bahwa sel telur ternyata sudah siap untuk dibuahi maka

mengakibatkan banyak kehamilan yang tidak direncanakan

yang terjadi dalam bulan pertama setelah melahirkan. Ada

beberapa metode penggunaan kontrasepsi yang bisa digunakan

yaitu kontrasepsi alami, kontrasepsi hormonal, dan kontrasepsi

IUD (Pitriani dan Andriyani, 2014).


3. Metode Snowball Throwing

a. Definisi

Strategi pembelajaran snowball throwing atau yang sering

dikenal dengan snowball flight merupakan pembelajaran yang

diambil pertama kali dari permainan atau game fisik dimana

segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain.

Snowball throwing dalam konteks pembelajaran diterapkan dengan

cara melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang

diharuskan menjawab soal dari guru. Strategi ini digunakan untuk

memberikan konsep pemahaman-pemahaman materi kepada siswa

dan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan

dan kemampuan siswa dalam materi tersebut (Huda, 2013).

Snowball throwing merupakan melempar bola salju. Di

dalam pembelajaran snowball throwing, siswa dibagi dalam

beberapa kelompok heterogen, dimana setiap anggota kelompok

membuat bola yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Secara teknis

metode pembelajaran snowball throwing dilaksanakan dengan

membentuk kelompok-kelompok secara acak, kemudian setiap

kelompok menunjuk satu ketua kelompok untuk mendapatkan

tugas dari guru yaitu memimpin anggotanya membuat pertanyaan

dalam bentuk bola-bola pertanyaan untuk dilempar ke siswa lain.

Penerapan metode snowball throwing dapat digunakan untuk

mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa


dalam materi yang diajarkan, dapat melatih jiwa kepemimpinan

serta meningkatkan ketrampilan dalam membuat pertanyaan-

pertanyaan analitis (Ismail, 2008).

Strategi pembelajaran snowball throwing dapat melatih

siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan

menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya.

Lemparan pertanyaan tersebut tidak menggunakan strategi talking

stick yang menggunakan tongkat, akan tetapi menggunakan kertas

berisi pertanyaan yang diremas menjadi bola salju kemudian

dilempar kepada siswa lainnya. Siswa yang mendapat bola kertas

tersebut kemudian membuka dan menjawab pertanyaan di

dalamnya (Huda, 2013).

Metode snowball throwing dapat bermanfaat karena

dengan metode ini mampu menguji kesiapan siswa, melatih

keterampilan kepada siswa dalam membaca dan memahami materi-

materi pelajaran dengan cepat, serta mengajak para siswa untuk

terus siap dalam situasi apapun. Namun bagi siswa-siswa yang

secara emosional belum terlatih untuk bisa berbicara dihadapan

guru saat menggunakan metode ini (Huda, 2013).

b. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing

Berikut disampaikan langkah-langkah metode snowball

throwing menurut Suprijono (2011) sebagai berikut:

1) Penyampaian materi oleh guru


2) Membentuk kelompok secara acak dan heterogen

3) Setiap kelompok menentukan ketua kelompok yang bertugas

memimpin dan mencari informasi dari guru atau sumber

lainnya

4) Masing-masing ketua kelompok menjelaskan materi yang

diperoleh kepada anggotanya

5) Masing-masing kelompok diberi satu lembar kertas untuk

menulis pertanyaan yang menyangkut materi yang telah

diajarkan

6) Kertas pertanyaan dibentuk seperti bola salju dan dilempar dari

satu siswa ke siswa kelompok lain selama kurang lebih 5 menit

sehingga satu siswa mendapat satu bola salju

7) Bagi siswa yang mendapat satu bola salju yang berisi

pertanyaan untuk dijawab

8) Guru dan siswa mengkritis jawaban yang benar dan salah untuk

menuju suatu kesimpulan

9) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang menjawab

dengan benar

10) Guru memberikan evaluasi sebagai bahan penilaian bagi siswa

c. Kelebihan

Kelebihan metode pembelajaran snowball throwing

(Suprijono, 2011) sebagai berikut:


1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam merumukan dan

menjawab pertanyaan

2) Melatih kesiapan siswa dalam memahami materi

3) Biasanya penjelasan dari teman lebih mudah dipahami oleh

siswa karena menggunakan level bahasa yang setara

4) Melatih keberanian dalam mengungkapkan pendapat

5) Meningkatkan kerja sama antarsiswa dan melatih tanggung

jawab

d. Kelemahan

Kelemahan metode pembelajaran snowball throwing (Suprijono,

2011) sebagai berikut:

1) Tidak semua pelajaran cocok menggunakan metode ini

2) Pengetahuan atau materi yang didapat kadang kurang luas

3) Kelas bisa menjadi gaduh saat proses pelemparan bola salju

4) Diperlukan kemampuan guru dalam mengontrol kelas

5) Keberhasilan mengembangkan kerja sama dalam kelompok

memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan tahapan

berikutnya, tidak hanya satu kali pertemuan dengan metode

snowball throwing
4. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hasil dari tidak tahu menjadi

tahu yang terjadi ketika seseorang telah melakukan penginderaan

melalui pancaindera terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

menjadi acuan bagi seseorang dalam membentuk tindakan (over

behavior) dimana pengetahuan akan lebih bertahan lama

dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2015).

Pengetahuan adalah berbagai hal yang diperoleh manusia

melalui panca indera. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan inderanya untuk menggali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya

(Wijayanti, 2015).

Menurut Wawan (2010) mengemukakan bahwa sebelum

orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi

proses berurutan, yaitu:

1) Awarness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3) Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan

terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4) Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.


5) Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikap.

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif terdapat 6 (enam)

tingkatan menurut Notoatmodjo (2012) yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkatan

pengetahuan yang rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan

tentang suatu objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut dengan benar dengan cara

menjelaskan, menyebutkan contoh, dan lain-lain.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan suatu kemampuan menggunakan

materi yang dipelajari secara benar. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip-prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen tetapi


masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

dengan lainnya. Kemampuan analisis dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,

menggambarkan, memisahkan.

5) Sintesis (Sinthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan dalam menyusun,

merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu

teori atau rumusan yang sudah ada. Sintesis tersebut menunjuk

pada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

yang ada dalam bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan

penilaian terhadap materi atau objek. Kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut

berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang sudah ada.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Rahayu (2010), terdapat 8 (delapan) hal yang

mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap dan

tingkah laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan


pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan bahwa visi

pendidikan adalah untuk mencerdaskan manusia.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

3) Pengalaman

Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang

pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

4) Usia

Usia atau umur seseorang yang bertambah dapat membuat

perubahan aspek fisik psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek

psikologis taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa

5) Kebudayaan

Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan

mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya

cara berfikir dan perilaku kita.

6) Minat

Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba

dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya dapat diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam.


7) Paparan informasi

Paparan teknologi informasi mengartikan informasi sebagai

suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, dan

menyimpan, manipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan

menyebarkan informasi dengan maksud dan tujuan tertentu

yang bisa didapatkan melalui media elektronik maupun cetak.

8) Media

Media yang didesain secara khusus untuk mencapai masyarakat

luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet.

d. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2012).

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seorang individu

dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif yaitu baik : hasil presentase >76%, cukup : hasil

presentase 56% - 75%, dan kurang : hasil presentase < 56% .


5. Kehamilan

a. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu (9

sampai dengan 10 bulan) menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester I (kesatu)

berlangsung dalam 12 minggu, trimester II (kedua) 13 minggu

samapi dengan 27 minggu, dan trimester III (ketiga) 28 minggu

sampai dengan 40 minggu (Prawirohardjo, 2014).

Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon yaitu estrogen,

progesterone human chorionoc gonadotropin, human

somatomammotropin, prolactin, dan lain-lain. HCG adalah hormon

aktif yang berperan khusus selama kehamilan. Terjadi perubahan

juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi,

serta organ sistem tubuh lainnya. Kehamilan terutama dipengaruhi

oleh perubahan keseimbangan hormonal (Icemi, 2013).

b. Perubahan Psikologis dalam Masa Kehamilan

1) Kehamilan trimester I

Setelah terjadinya peningkatan hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam

ketidaknyamanan secara fisologis pada ibu misalnya mual,


muntah, keletihan, dan perbesaran pada payudara. Hal ini akan

membuat perubahan psikologis seperti ibu membenci

kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan

dan kesedihan. Pada trimester ini ibu mencari tahu secara aktif

apakah benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan

pada tubuhnya dan bila terjadi perubahan pada dirinya maka

akan selalu diperhatikannya (Hani dkk, 2011).

2) Kehamilan trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan

yang baik, yaitu ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari

segala ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum

menjadi masalah besar. Lubrikasi vagina semakin banyak pada

masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang

sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut

mereda. Perubahan dari seseorang menuntut kasih sayang dari

pasangannya, dan semua faktor ini tetu mempengaruhi

peningkatan libido dan kepuasan seksual (Walyani, 2015).

3) Kehamilan trimester III

Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu sudah tidak sabar menunggu

kehadiran bayinya keluar ke dunia. Gerakan bayi dan

membesarnya perut membuat ibu tidak sabar menanti hari

kelahiran bayinya, kadang ibu merasa khawatir bayinya akan


lahir sewaktu-waktu atau bahkan lahir tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan berusaha melindungi dan

menghindari bayinya dari orang atau benda apa saja yang dapat

membahayakan bayinya (Hani dkk, 2011).


B. Kerangka Teori

Ibu hamil Perubahan Ibu nifas


Psikologis

Pendidikan kesehatan Kebutuhan Dasar Perawatan


dengan metode Perawatan
ibu nifas:
snowball throwing masa nifas
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
3. Eliminasi BAB dan BAK
4. Kebersihan diri
5. Istirahat
6. Seksual
Pengetahuan Metode snowball 7. Latihan senam nifas
throwing 8. Perawatan payudara
9. Kontrasepsi

Faktor yang Langkah-langkah:


mempengaruhi 1. Membuka dan menyampaikan materi
pengetahuan: 2. Membentuk kelompok secara acak dan setiap kelompok
1. Pendidikan menentukan ketua kelompok
2. Pekerjaan 3. Masing-masing kelompok diberi satu lembar kertas
3. Pengalaman untuk menuliskan pertanyaan yang menyangkut materi
4. Usia yang telah diajarkan
5. Minat 4. Kertas pertanyaan dibentuk seperti bola salju dan
6. Paparan dilempar dari satu siswa ke siswa kelompok lain
informasi 5. Bagi siswa yang mendapatkan satu bola salju yang berisi
7. Media pertanyaan untuk dijawab
6. Memberikan penghargaan bagi kelompok yang
menjawab dengan benar
7. Memberikan evaluasi dan menutup
Keterangan:
--------- : Diteliti
______: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Ambarwati (2010) Asmadi (2008) Bahiyatun (2009) Hani dkk (2011)
Notoatmodjo (2012) Prawirohardjo (2014) Rahayu (2010) Saleha (2009) Stright
dalam Mardiatun (2013) Suherni (2008) Suprijono (2011) Walyani (2015).
C. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independent) Variabel terikat (dependent)

Pendidikan Kesehatan Pengetahuan Ibu


tentang Perawatan Masa Hamil
Nifas dengan Metode
Snowball Throwing

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


Ho : Metode snowball throwing tidak efektif dalam meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang perawatan masa nifas.
Ha : Metode snowball throwing efektif dalam meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang perawatan masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai