Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.1.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah seluruh proses belajar yang dialami oleh

individu, kelompok, dan masyarakat yang menjadi sasaran dalam perubahan

perilaku (Nursalam & Efendi 2008). Commite on health education and promoting

terminology mendefinisikan bahwa pendidikan kesehatan merupakan kombinasi

dari pengalaman pembelajaran terencana yang didasarkan pada teori yang logis

yang membekali tiap individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan

informasi dan keterampilan guna membuat keputusan yang bermutu (McKenzie &

Neiger 2006).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam

bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua

kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik

individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo 2010).

Pendidikan kesehatan menurut Lawrence (1991) adalah suatu upaya yang

dilakukan secara sadar dan terencana yang dikombinasikan dengan pengalaman

pembelajaran untuk meningkatkan perilaku kesehatan seseorang. Pendidikan

kesehatan adalah proses mengajarkan masyarakat mengenai kesehatan (Nursalam

2013). Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk

intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu,

kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui

kegiatan pembelajaran, yang di dalamnya perawat berperan sebagai pendidik

(Suliha 2005).
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2007) pendidikan kesehatan adalah

untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi

perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip

kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan.

Tujuan pendidikan kesehatan ini dapat diperinci diantaranya :

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secaa mandiri atau berkelompo

k mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayan

an kesehatan yang ada.

2.1.3 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Suliha (2005) bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat

dilihat dari berbagai dimensi, antara lain:

1) Sasaran pendidikan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu:

a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran indvidu.

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.


2) Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan

a. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran p

ara murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam Usaha Kesehatan S

ekolah (UKS).

b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat keseh

atan masyarakat, balai kesehatan masyarakat, rumah sakit umum maup

un khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.

c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh ata

u karyawan.

2.1.4 Model Pendidikan Kesehatan

Menurut Nursalam & Effendy (2008)perawat sebagai pendidik harus

memilikikemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan

olehintervensi keperawatan terhadap perilaku subyek yang dapat

memperkaya,memberikan informasi dan melengkapi perilaku subyek yang

diinginkan.Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat

adalahsebagai berikut:

1.Model Perilaku Individu

Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktorpenentu dari

perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan modelpromosi kesehatan.

Secara mendasar model nilai kesehatan ditunjukkanuntuk promosi

peningkatan perilaku sehat daripada mengulangi faktorpenyebab. Model ini

berfokus pada orientasi mencegah penyakit yangspesifik. Dimensi yang

digunakan pada model nilai kesehatan meliputikepekaan, keparahan,

penghalang yang dirasakan, variabel strukturalserta sosio-psikologis lainnya

Model promosi kesehatanmerupakan modifikasi nilai kesehatan dan lebih

memfokuskan padaprediksi perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.


2.Model Pemberdayaan Masyarakat

Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawadampak

yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakat. Sehinggaperawat

perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubahperilakunya

yang ditampilkan pada komunitas. Menurut WHO Fokus

prosespemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi, dan

pendidikan kesehatan . Di Indonesia sering disebutkomunikasi informasi

dan edukasi (KIE) yang ditujukan pada individu,keluarga, dan kelompok.

Strategi yang dapat digunakan oleh perawatdalam rangka KIE adalah

pembelajaran pemecahan masalah (problem solving), memperluas jaringan

kerja (networking), bernegosiasi denganpihak yang bersangkutan

(negotiating), pendekatan untukmempengaruhi orang lain (lobbying) dan

pencarian informasi(information seeking) untuk meningkatkan derajat

kesehatan kliennya.

2.1.5 Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan merupakan salurankomunikasi yang dipakai

untuk mengirimkan pesan kesehatan. Mediadibagi menjadi 3, yaitu: cetak,

elektronik, media papan (Nursalam &Effendy 2008).

1. Media cetak

a) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisanmaup

un gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisamembaca.

b) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanyaberisi

gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.

c) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.


d) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuklembar ba

lik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambardibaliknya berisi pesan k

alimat berisi informasi berkaitan dengangambar tersebut.


e) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenaihal y

ang berkaitan dengan hal kesehatan.

f) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatanbiasanya di

tempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraanumum.

g) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.


2. Media elektronik
a) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan forum d

iskusi tanya jawab dan lain sebagainya.

b) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanyajawa

b dan lain sebagainya.

c) Vidio Compact Disc (VCD).

d) Slide presentation : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi.

e) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.

3. Media papan (bill board), merupakan papan yang dipasang di tempat-tempa

t umum dan dapat dipakaidan diisi pesan-pesan kesehatan.

2.1.6 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) metode pendidikan kesehatan dibagi

menjadi 3 macam, yaitu :

1.Metode Individual (Perorangan), Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yai

tu:

a.Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)

b.Wawancara (interview)

2.Metode Kelompok, Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelo

mpoktersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitasmetod

enya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a.Kelompok besar
1.Ceramah, Metode yang menyajikan pelajaran melalui penuturan seara

lisan penjelasan langsung pada sekelompok peserta. Metode ini biasan

ya untuk pendidikan tinggimaupun rendah.

2.Seminar, Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar denganp

endidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasidari seoran

g ahli atau beberapa orang ahli dengan topik tertentu.

b.Kelompok kecil

1.Diskusi kelompok, metode ini dibuat saling berhadapan, ketua kelomp

okmenempatkan diri diantara kelompok, setiap kelompok punyakebeba

san untuk mengutarakan pendapat,biasanya pemimpinmengarahkan ag

ar tidak ada dominasi antar kelompok.

2.Curah pendapat (Brain storming), merupakan hasil dari modifikasi kel

ompok, tiap kelompokmemberikan pendapatnya, pendapat tersebut di

tulis di papantulis, saat memberikan pendapat tidak ada yang bolehmen

gomentari pendapat siapapun sebelum semuanyamengemukakan pend

apatnya, kemudian tiap anggotaberkomentar lalu terjadi diskusi.

3.Bola salju (Snow balling), setiap orang di bagi menjadi berpasangan, se

tiap pasangada 2 orang. Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri wakt

ukurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang bergabungmenjadi sat

u dan mendiskuskan pertanyaan tersebut, kemudian2 pasang yang bera

nggotakan 4 orang tadi bergabung lagidengan kelompok yang lain, demi

kian seterusnya sampaimembentuk kelompok satu kelas dan timbulah d

iskusi.

4.Kelompok-kelompok kecil (Buzz group),Kelompok di bagi menjadi kelo

mpok-kelompok kecilkemudian dilontarkan satu pertanyaan kemudian

masing-masingkelompokmendiskusikan masalah tersebut dan kemudia


nkesimpulan dari kelompok tersebut dicari kesimpulannya.

5.Bermain peran (Role play), Beberapa anggota kelompok ditunjuk untu

k memerankansuatu peranan misalnya menjadi dokter, perawat atau bi

dan,sedangkan anggotayang lain sebagai pasien atau masyarakat.

6.Permainan simulasi (Simulation game), Metode ini merupakan gabung

an antara role play dengandiskusi kelompok. Pesan-pesan

kesehatan dsajikan dalambeberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli,beberapa orang ditunjuk untuk memainkan

peranan dan yanglain sebagai narasumber.

7.Metode pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif memerluk

an pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok keil siswa unt

uk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai

tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif ini berlangsung suasana keterb

ukaan dan demokratis sehingga akan mememberikan kesempatan opti

mal pada anak untuk bekerjasama dan berinteraksi dengan baik.

3.Metode Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidaklangsung atau menggunakan
media massa.

2.2 Kekerasan Seksual


2.2.1 Definisi Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual didefenisikan sebagai setiap tindakan seksual, usaha melakukan
tindakan seksual, komentar atau menyarankan untuk berperilaku seksual yang tidak dise
ngaja ataupun sebaliknya, tindakan pelanggaran untuk melakukan hubungan seksual den
gan paksaan kepada seseorang. (WHO, 2017).
Kekerasan seksual adalah segala kegiatan yang terdiri dari aktivitas seksual yang d
ilakukan secara paksa oleh orang dewasa pada anak atau oleh anak kepada anak lainnya.
Kekerasasan seksual meliputi penggunaaan atau pelibatan anak secara komersial dalam
kegiatan seksual, bujukan ajakan atau paksaan terhadap anak untuk terlibat dalam kegiat
an seksual, pelibatan anak dalam media audio visual dan pelacuraran anak (UNICEF, 20
14).

2.2.2Jenis jenis perilaku kekerasan seksual


1. Pelecehan Seksual Verbal
a. Menggoda, bercanda, komentar, atau pertanyaan yang bersifat seksual dan tidak
diinginkan.
b. Menulis surat, menelepon, mengirim pesan yang bersifat seksual dan tidak diingi
nkan melalui telepon genggam.
c. Menyebut atau memanggil orang dewasa dengan sebutan yang bersifat seksual, ti
dak dikehendaki, dan membuat orang lain merasa rendah diri, seperti “manis”, “c
antik”, “mungil”, dan lain-lain
d. Bersiul yang berkonotasi seksual pada seseorang.
e. Ajakan untuk berkencan, yang tidak diinginkan.
f. Memanggil seseorang dengan nada mendesah yang berkonotasi
seksual dan/atau sifatnya mencemooh.
g. Mengubah topik diskusi non seksual menjadi diskusi seksual.
h. Sindiran-sindiran atau cerita-cerita seksual Menanyakan mengenai
i. fantasi-fantasi seksual, preferensi ata sejarah seksual.
j. Pertanyaan pribadi mengenai kehidupan seksual.
k. Komentar seksual mengenai cara berbusana, bentuk tubuh atau
gaya seseorang.
l. Membuat bunyi-bunyian seperti orang sedang berciuman,desahan, dan memaink
an bibir. Menceritakan atau menyebarkan rumor, cerita tentang kehidupan seksua
l seseorang.. Melakukan tekanan untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang ti
dak diinginkan
2. Pelecehan Seksual Non Verbal
a. Memperlihatkan gerak gerik seksual yang tidak diinginkan.
b. Memperlihatkan alat kelamin, melakukan sentuhan atau gesekan seksual terhada
p diri sendiri, dihadapan orang lain
c. Menggesekkan alat kelamin ke tubuh orang lain.
d. 4.Melihat atau memandang seseorang dari atas ke bawah dengan mata naik turun.
e. Menatap seseorang dengan pandangan ke area tubuh tertentu(payudara, bibir, pa
ntat, betis, lengan, dan lain-lain) dengan muatan seksual.
f. Membuat ekspresi wajah seperti main mata, menjilat lidah atau melempar ciuma
n pada seseorang.
3. Pelecehan Seksual Fisik
a. Sengaja menyentuh, menikung, membungkuk, atau mencubit dengan muatan sek
sual yang tidak diinginkan.
b. Memberi pijitan pada leher yang bersifat menggoda atau seksual.
c. Meraba tubuh seseorang pada saat seseorang tersebut sedang tidur.
d. Menyentuh baju, tubuh, atau rambut orang lain yang bermuatan seksual.
4. Memberikan hadiah personal dengan mengharapkan balasan seksual.
5. Memeluk, mencium, menepuk dan membelai seseorang tanpa izin dan menimbulka
n rasa tidak nyaman.

2.2.3 Bentuk Bentuk kekerasan seksual


1. Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual adalah perilaku berkonotasi seksual yang tidak diinginkan da
n tidak dikehendaki oleh seseorang yang menjadi korban pelecehan seksual, yang m
enimbulkan rasa tidak nyaman atau terganggu pada korban. Perbuatan yang digolon
gkan sebagai tindakan pelecehan seksual yaitu, seperti lelucon yang berorientasi sek
sual, pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual, permintaan untuk melakuka
n tindakan seksual, ucapan atau perilaku yang berkonotasi seksual, hingga pemaksaa
n untuk melakukan kegiatan seksual, dimana perbuatan-perbuatan tersebut dapat dil
akukan atau disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.Unsur-unsur pelec
ehan seksual yaitu:
a. tindakan-tindakan fisik dan/atau nonfisik;
b. berkaitan dengan seksualitas seseorang; dan
c. mengakibatkan seseorang merasa terhina, terintimidasi,direndahkan, dan/atau dip
ermalukan.
2. Eksploitasi Seksual
Pengertian eksploitasi menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 21 Tah
un 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yaitu, tindakan d
engan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacur
an, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, peninda
san, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan h
ukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau mema
nfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keun
tungan baik materiil maupun immateriil.113 Salah satu tindakan eksploitasi adalah e
ksploitasi seksual, yaitu segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual atau organ t
ubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan, termasuk tetapi tidak terbatas
pada semua kegiatan pelacuran dan pencabulan.
3. Pemaksaan Aborsi
Istilah aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa
Latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Dalam literatur fikih, ab
orsi berasal dari bahasa Arab al-ijhahd atau dalam istilah lain bisa disebut dengan isq
ath al-haml, keduanya mempunyai arti perempuan yang melahirkan secara paksa dal
am keadaan bayi belum sempurna penciptaannya. Secara bahasa disebut juga lahirny
a janin karena dipaksa atau lahir dengan sendirinya sebelum waktunya.
4. Perkosaan
Perkosaan berasal dari kata dasar “perkosa” yang di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa berarti menundukkan de
ngan kekerasan, memaksa, melanggar dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan d
iartikan sebagai proses cara perbuatan memperkosa dengan kekerasan. Menurut KB
BI unsur utama yang melekat pada tindakan perkosaan adalah adanya perilaku keker
asan yang terkait dengan hubungan seksual, yang dilakukan dengan melanggar huku
m.
Soetandyo Wignjosoebroto memberikan definisi mengenai perkosaan, yaitu suatu
usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang lelaki terhadap seorang perempuan
dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang berlaku melanggar.Terdapat
dua unsur tindak pidana perkosaan, yaitu:

a. tindakan pemaksaan hubungan seksual; dan


b. dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau tipu muslihat atau men
ggunakan kondisi seseorang yang tidak mampu memberikan persetujuan yang se
sungguhnya
5. Pemaksaan Perkawinan
Tindak pidana pemaksaan perkawinan adalah setiap orang yang menyalahgunak
an kekuasaan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau tipu muslihat atau buj
uk rayu atau rangkaian kebohongan atau tekanan psikis lainnya sehingga seseorang t
idak dapat memberikan persetujuan yang sesungguhnya untuk melakukan perkawina
n. Tindak pidana pemaksaan perkawinan tersebut mencakup juga perkawinan anak.
Terdapat tiga unsur tindak pidana pemaksaan perkawinan, yaitu:
a. tindakan memaksa seseorang melakukan perkawinan;
b. dilakukan dengan menyalahgunakan kekuasaan baik denga kekerasan atau anca
man kekerasan atau tipu muslihat atau bujuk rayu atau rangkaian kebohongan, m
aupun tekanan psikis lainnya;
c. .mengakibatkan seseorang tidak dapat memberikan persetujuan yang sesungguh
nya untuk melakukan perkawinan
6. Pemaksaan Pelacuran
Tindak pidana pemaksaan pelacuran adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan menggunakan kekuasaan dengan cara kekerasan, ancaman kekera
san, rangkaian kebohongan, nama, identitas atau martabat palsu, atau penyalahgunaa
n kepercayaan, melacurkan seseorang dengan maksud menguntungkan diri sendiri d
an/atau orang lain. Terdapat tiga unsur tindak pidana pemaksaan pelacuran, yaitu:

a. tindakan melacurkan seseorang;


b. dilakukan dengan menggunakan kekuasaan dengan cara kekerasan, ancaman kek
erasan, rangkaian kebohongan, nama, identitas atau martabat palsu, dan/atau pen
yalahgunaan kepercayaan;
c. untuk tujuan menguntungkan diri sendiri dan/atau orang lain.
7. Perbudakan Seksual
Tindak pidana perbudakan seksual adalah tindakan kekerasan seksual berupa ek
sploitasi seksual, pemaksaan aborsi, pemaksaan perkawinan, dan/atau pemaksaan pe
lacuran yang dilakukan kepada orang lain dengan cara membatasi ruang gerak atau
mencabut kebebasan seseorang, untuk tujuan menempatkan orang lain tersebut mela
yani kebutuhan seksualnya atau pihak lain dalam jangka waktu tertentu. Terdapat tig
a unsur tindak pidana perbudakan seksual, yaitu:
a. satu atau lebih tindakan kekerasan seksual berupa eksploitasi seksual, pemaksaan
aborsi, pemaksaan perkawinan dan/atau pemaksaan pelacuran;
b. dilakukan dengan membatasi ruang gerak atau mencabut kebebasan seseorang;
c. dilakukan untuk tujuan menempatkan orang melayani kebutuhan seksualnya atau
orang lain dalam jangka waktu tertentu.
8. Penyiksaan Seksual
Penyiksaan seksual adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh seseorang yang m
eliputi tetapi tidak terbatas pada pelecehan seksual, eksploitasi seksual, pemaksaan k
ontrasepsi, pemaksaan aborsi, perkosaan, pemaksaan perkawinan, dan/atau pemaksa
an pelacuran, untuk suatu tujuan tetapi tidak terbatas pada:
a. memperoleh keterangan atau pengakuan dari korban, saksi, atau orang ketiga;
b. memaksa korban, saksi atau orang ketiga untuk tidak memberikan keterangan ata
u pengakuan;
c. menghakimi atau memberikan penghukuman atas suatu perbuatan yang diduga te
lah dilakukan olehnya ataupun oleh orang lain untuk mempermalukan atau mere
ndahkan martabatnya; dan/atau d. tujuan lain yang didasarkan pada diskriminasi.
Tindak pidana penyiksaan seksual dapat dilakukan oleh aparatur dan/atau lembaga n
egara, perorangan, kelompok perorangan dan/atau korporasi. Dengan demikian terda
pat tiga unsur penyiksaan seksual, yaitu:
a. satu atau lebih tindakan kekerasan seksual;
b. dilakukan dengan sengaja;
c. untuk suatu tujuan tetapi tidak terbatas pada: kepentingan memperoleh keterangan at
au pengakuan dari saksi dan/atau korban atau dari orang ketiga, memaksa saksi dan/a
tau korban atau dari orang ketiga untuk tidak memberikan keterangan atau pengakua
n, menghakimi atau memberikan penghukuman atas suatu perbuatan yang diduga tel
ah dilakukan olehnya ataupun oleh orang lain untuk mempermalukan atau merendah
kan martabatnya, dan/atau tujuan lain yang didasarkan pada diskriminasi.
2.2.4 Dampak Kekerasan Seksual
Menurut Hawari (2013:95) dampak yang terjadi akibat kekerasan seksual yang adalah :
1. Gangguan psikologis
a. Stres
Yaitu reaksi tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan atasnya m
isalnya, mengalami trauma kejahatan atau kekerasan seksual.
b. Kecemasan
Yaitu gangguan alam perasaan (cemas, takut) sebagai dampak beban kehidupan
atasnya yaitu mengalami kejahatan atau kekerasan seksual.
c. Depresi
Yaitu gangguan alam perasaan (sedih, murung, putus asa, ingin bunuh diri) seb
agai akibat beban kehidupan atasnya yaitu mengalami kejahatan atau kekerasan
seksual.
d. Gangguan Jiwa Skizofrenia
Akibat beban kehidupan yang dirasakan terlampau berat dan memalukan yaitu
mengalami kejahatan atau kekerasan seksual, jiwanya tidak kuat mengatasinya
sehingga kepribadiannya retak (splitting personality). Yang bersangkutan meng
alami kepribadian ganda, menunjukkan perilaku, perasaan dan pikiran yang tida
k wajar.

2. Penyakit Kelamin
Penyakit kelamin (veneral diseases) disebut pula dengan istilah penyekit menular s
eksual (sexually transmitted diseases), artinya jenis penyakit ini ditularkan melalui
hubungan seksual di luar nikah (perzinaan) misalnya, pelacuran, seks bebas, perseli
ngkuhan, homoseksual, perkosaan pada anak dan lain sejenisnya.
Jenis penyakit ini tidak saja merusak alat kelamin dan organ reproduksi tetapi juga
menimbulkan komplikasi di bidang medis, misalnya kemandulan, kecacatan, gangg
uan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian. Adapun pen
yakit kelamin yang sering dijumpai antara lain :
a. Kencing nanah (gonorrhoeae)
Penyakit ini disebabkan karena kuman yang berbentuk biji kopi. Masa tunas (i
nkubasi) sangat singkat, pada pria umumnya berkisar 2-5 hari, kadang-kadang l
ebih lama. Yang bersangkutan akan mengeluarkan nanah dari alat kelaminya, te
rasa pedih sekali. Pada wanita seringkali tanpa gejala karena tidak menginfeksi
saluran seni melainkan pada saluran liang senggama.
b. Chlamydia Trachomatis
Penyakit ini disebabkan karena kuman obligat intraseluler. Pada pria inkubasi
infeksi ini biasanya terjadi 1-5 minggu sesudah hubungan seksual dengan pasan
gan yang terinfeksi. Yang bersangkutan mengeluarkan cairan berupa lendir yan
g jernih sampai keruh dari alat kelaminya.
c. Herpes Genitalis
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simplex yang menginfeksi alat kela
min dengan gejala khas berupa gelembung kecil-kecil (vesikel) yang berkelomp
ok dengan dasar kemerah-merahan (eritema) dan seringkali kambuh (rekurens).
d. HIV / AIDS
Penyakit ini disebabkan oleh virus Human Immunodeficien cy virus (HIV) ya
ng menyebabkan penyakit yang disebut acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS), berupa kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi lain atau kanker tertent
u kaibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
2.2.5 Pencegahan Kekerasan Seksual
Menurut WHO (2017) cara untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual:
a. Melalui pendekatan individu
1) Memeberikan dukungan psikologi pada korban kekerasan seksual.
2) Merancang program bagi pelaku kekerasan seksual dimana pelaku harus bertang
gung jawab terhadap perbuatanya, seperti menetapkan hukuman yang pantas bag
i pelaku kekerasan seksual.
3) Memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual seperti pendidkan
kesehatan reproduksi, sosialisasi menganai penyakit menular seksual, dan pendi
dikan perlindungan diri dari kekerasan seksual.
b. Melalui pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan yaitu mencegah kekerasan seksual dengan cara men
anamkan pendidikan pada anak - anak sejak usia dini, seperti pendidikan mengana
i gender, memperkenalkan pada anak tentang pelecehan seksual dan risiko dari ke
kerasan seksual, mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual, me
ngajarkan batasan untuk bagaian tubuh yang bersifat pribadi pada anak, batasan ak
tivitas seksual yang dilakukan pada masa - masa perkembangan anak
c. Tanggapan perawatan kesehatan
1) Layanan Dokumen Kesehatan : sektor kesehatan mempunyai peran sebagai pe
negak bukti medis korban yang mengalami kekerasan seksual utuk dapat menj
adi bukti tuntutan terhadap pelaku kekerasan seksual.
2) Pelatihan kesehatan mengenai isi kekerasan seksual untuk dapat melatih tenag
a kesehatan dalam mendeteksi kekerasan seksual.
3) Perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV.
4) Penyediaan tempat perawatan dan perlindungan terhadap korban kekerasan se
ksual.
d. Pencegahan sosial komunitas
1) Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual
2) Pendidikan seksual dan pencegahan kekerasan seksual di sekolah e. Tanggapa
n hukum dan kebijakan megenai kekerasan seksual
1) Menyediakan tempat pelaporan dan penanganan terhadap tindak kekerasan
seksual.
2) Menyediakan peraturan legal menganai tindak kekerasan seksual dan huku
man bagi pelaku sebagai perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.
3) Mengadakan perjanjian internasional untuk standar hukum terhadap tindak
kekerasan seksual dan kampanye anti kekerasan seksual.

2.3 Remaja
2.3.1 Definisi remaja
Remaja atau istilah lainnya adolescene berasal dari kata adolescere yang berarti “tu
mbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, me
ncakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1997). Menurut Pia
get, masa remaja secara psikologis adalah usia di mana individu menjadi berintegrasi
dengan masyarakat dewasa. Usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan o
rang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-ku
rangnya dalam masalah hak (dalam Hurlock, 1997).

Menurut Asrori dan Ali (2016), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegr
asi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama , atau paling tidak sejajar. Me
masuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif , lebih atau kurang dari usi
a pubertas.

2.3.2Tahapan Perkembangan Remaja


Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap (Putra, 2013) ya
itu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnyakeinginanuntukkencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkankemampuanberpikirabstrak
5) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Mempunyai citra jasmani dirinya
4) Dapat mewujudkan rasa cinta
5) Mampu berpikir abstrak
6) Perkembangan Fisik Remaja
2.3.3 Ciri-ciri remaja
Ciri remaja menurut (Putro, 2017), yaitu:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah
penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkemba
ngan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbu
lkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan min
at baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Ka
lau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai de
ngan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana orang dewasa, re
maja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bert
indak seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga m
enguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup
yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai ba
gi dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi d
engan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubaha
n fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun m
asalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak lak
i-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendir
masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemu
kan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan


Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri, yang tid
ak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak, menyebabkan orang dewa
sa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertangg
ung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahw
a mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa te
rnyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perila
ku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman kera
s, menggunakan obat- obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup
meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberik
an citra yang sesuai dengan.
2.3.4 Perkembangan Remaja
Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan remaja yakni, perkemb
angan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, kepribadian, dan kesadaran beragama.
a) Perkembangan Kognitif (Intelektual)
Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Yusuf, 2007), masa
remaja sudah mencapai tahap operasi formal, di mana remaja telah dapat mengem
bangkan kemampuan berpikir abstrak. Secara mental remaja dapat berpikir logis te
ntang berbagai gagasan yang abstrak. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman-
pengalaman yang aktual dan konkret sebagai titik tolak pemikirannya. Di samping
berpikir abstrak dan logis, remaja juga berpikir idealistik. Pemikiran-pemikiran re
maja banyak mengandung idealisme dan kemungkinan.
Pikiran pada tahap ini memiliki fleksibilitas yang tidak dimiliki di tahap operasi
konkret. Kemampuan berpikir abstrak juga memiliki implikasi emosional. Ginsbur
g & Opper (dalam Papalia, 2008) menyatakan bahwa, ketika anak menginjak masa
remaja dia dapat mencintai kebebasan dan membenci eksploitasi, kemungkinan da
n cita-cita yang menarik bagi pikiran dan perasaan. Di salah satu riset yang dilaku
kan oleh Neo-Piagetian menyatakan bahwa proses kognitif anak sangat terkait den
gan content tertentu (apa yang dipikirkan oleh anak), dan juga kepada konteks per
masalahan serta jenis informasi dan pemikiran yang di pandang penting oleh kultu
r.
b) Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan dan pe
rkembangan fisik yang dialami remaja mempengaruhi perkembangan emosi atau p
erasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti p
erasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jen
is. Masa remaja yang dinyatakan sebagai masa badai emosional terutama pada ma
sa remaja awal, merupakan masa di mana fluktuasi emosi (naik dan turun) berlang
sung lebih sering. Steinberg & Levine (dalam Santrok, 2007) menyatakan bahwa,
remaja muda dapat merasa sebagai orang yang paling bahagia di suatu saat dan ke
mudian merasa sebagai orang yang paling malang di saat lain. Dalam banyak kasu
s, intensitas dari emosi remaja agaknya berada di luar proporsi dari peristiwa yang
membangkitkannya. Masa remaja awal merupakan masa pubertas, di mana pada m
asa ini terjadi perubahan hormonal yang cukup berarti, sehingga fluktuasi emosion
al remaja di masa ini berkaitan dengan adaptasi terhadap kadar hormon. Perubaha
n pubertas ini memungkinkan terjadinya peningkatan emosi-emosi negatif. Meskip
un demikian, sebagian besar penelitian menganggap ada faktor lain yang berkaitan
dengan fluaktuasi emosi pada remaja selain perubahan hormonal di masa pubertas.
Faktor yang memberikan kontribusi lebih besar terhadap emosi remaja ini ialah pe
ngalaman dari lingkungan, seperti; stres, relasi sosial, pola makan dan aktivitas se
ksual (Santrock, 2007).
Pada masa ini berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk men
yerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau ke
inginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas pada remaja
dapat memberikan dampak yang positif maupun negative bagi dirinya. Penyesuaia
n sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terha
dap realitas sosial, situasi, dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemampua
n penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat
(Yusuf, 2007).
Seberapa jauh perkembangan individu tersebut terjadi dan bagaimana kualitas p
erkembangannya, bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungan yang mempe
ngaruhi. Sedangkan faktor lingkungan dipengaruhi oleh:
a. Lingkungan keluarga; peranan dan fungsi keluarga, serta pola hubungan orang
tua – anak (sikap atau perlakuan orangtua terhadap anak).
b. Lingkungan sekolah; Salah satu lingkungan yang memfasilitasi remaja dalam
menuntaskan tugas-tugas perkembangannya.
c. Lingkungan teman; pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja sangat
berkaitan dengan iklim remaja keluarga itu sendiri. Masa remaja adalah masa
yang begitu kompleks. Segala aspek perkembangan yang dilalui dan di tuntasi
remaja pada dasarnya dapat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan kondisi ata
u iklim di dalam keluarga, serta bagaimana orangtua menjalani fungsinya deng
an baik.
2.3.5 Perkembangan Fisik Remaja
Pertumbuhan fisik pada masa remaja, berlangsung sangat pesat. Dalam perkembang
an seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan seks sek
under (Putra, 2013) yaitu:
1. Pertumbuhan Fisik ”Kematangan Seks Primer”
Kematangan seks primer adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kematangan fungsirepr
oduksi. Kematangan seks primer bagi remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstr
uasi (menarche). Dengan timbulnya kematangan primer ini remaja perempuan merasa sakit
kepala, pinggang, perut, dan sebagainya yang menyebabkan meras capek, mudah lelah, cepa
t marah. Adapun kematangan seks primer bagi remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah
(noeturnal emmission).
2. Pertumbuhan Fisik ”Kematangan Seks Skunder”
Karekteristik seks skunder yaitu ciri-ciri fisik yang membedakan dua jenis kelamin. Perubah
an ciri-ciri skunder pada remaja laki-laki nampak seperti timbulnya “pubic hair” rambut di da
erah alat kelamin, timbulnya “axillary hair” rambut di ketiak, seringkali tumbuh dengan lebat
rambut di lengan, kaki, dan dada, kulit menjadi lebih kasar dari pada anak-anak, timbulnya je
rawat, kelenjar keringat bertambah besar dan bertambah aktif sehingga banyak keringat kel
uar. Otot kaki dan tangan membesar, dan timbulnya perubahan suara.Karakteristik seks skun
der remaja perempuan ditandai seperti perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi
bulat, perkembangan buah dada, timbul “pubic hair’ rambut di daerah kelamin, tumbul “axill
ary hair” rambut di ketiak, kulit menjadi kasar dibandingkan pada anak-anak, timbul jerawat,
kelenjar keringat bertambah aktif sehingga banyak keringat yang keluar dan tumbuhya ramb
ut di lengan dan kaki.

2.3.6 Karakterisktik Remaja


Menurut (Titisari dan Utami, 2013) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa re
maja meliputi aspek:

a. Perkembangan Fisik-seksual
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-ciri seks
sekunder dan seks primer
b. Psikososial
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua memperl
uas hubungan dengan teman sebayanya.
c. Perkembangan Kognitif
Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah berpikir logis tent
ang berbagai gagasan yang abstrak
d. Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang ti
nggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkemban
gnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami seb
elumnya seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim
dengan lawan jenis
e. Perkembangan Moral
Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelom
pok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang berlaku yang diyakininya m
aka tidak heranlah jika diantara remaja masih banyak yang melakukan pelecehan t
erhadap nilai-nilai seperti tawuran, minum minuman keras dan hubungan seksual
diluar nikah.
f. Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrase
kepribadian

2.4 Pengetahuan
2.4.1 Definisi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014:147) pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini telah
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginder
aan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciu
man, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbe
ntuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan san
gat erat hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidik
an yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tet
api yang perlu ditekankan adalah bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahu
an tidak mutlak dipengaruhi oleh pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh j
uga dari pendidikan non formal (Wawan dan Dewi, 2011:11).
2.4.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014:148) pengetahuan yang dicakup dialam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yakni :
1) Tahu(Know)
Tahu dapat diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) ter
hadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan ya
ng telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa saja yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, da
n sebagainya.
2) Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar te
ntang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara b
enar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obje
k yang dipelajari.
3) Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartika
n aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainy
a dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis(Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan teori atau suatu objek dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kai
tannya satu sama lain. Analisis merupakan kemampuan untuk menggambarkan, m
engidentifikasi, memisahkan, dan sebagainya.
5) Sintesis(Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ada
lah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ad
a seperti dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menye
suaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ad
a.
6) Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang dite
ntukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terba
gi menjadi dua bagian yaitu:
1. Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang aka
n pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Pada umumnya semaki
n tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.
b) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan le
bih matang dalam berpikir dan bekerja.
c) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang ses
uatu yang bersifat informasi.
d) Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki seseorang s
ebagai latar belakang terhadap perilakunya.
2. Faktor eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhny
a yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) SosialBudaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi.
2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:11) cara untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai
berikut :
1) Cara Kuno dalam Memperoleh Pengetahuan
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum ad
anya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungk
inan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut bisa dipecahkan.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat b
aik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prin
sip orang lain menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mem
punyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranny
a baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetah
uan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut dengan metod
ologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-162
6), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai