TINJAUAN PUSTAKA
perilaku (Nursalam & Efendi 2008). Commite on health education and promoting
dari pengalaman pembelajaran terencana yang didasarkan pada teori yang logis
informasi dan keterampilan guna membuat keputusan yang bermutu (McKenzie &
Neiger 2006).
(Suliha 2005).
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip
1) Sasaran pendidikan
yaitu:
ekolah (UKS).
u karyawan.
adalahsebagai berikut:
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktorpenentu dari
kesehatan kliennya.
1. Media cetak
b) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanyajawa
tu:
b.Wawancara (interview)
a.Kelompok besar
1.Ceramah, Metode yang menyajikan pelajaran melalui penuturan seara
b.Kelompok kecil
iskusi.
3.Metode Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidaklangsung atau menggunakan
media massa.
2. Penyakit Kelamin
Penyakit kelamin (veneral diseases) disebut pula dengan istilah penyekit menular s
eksual (sexually transmitted diseases), artinya jenis penyakit ini ditularkan melalui
hubungan seksual di luar nikah (perzinaan) misalnya, pelacuran, seks bebas, perseli
ngkuhan, homoseksual, perkosaan pada anak dan lain sejenisnya.
Jenis penyakit ini tidak saja merusak alat kelamin dan organ reproduksi tetapi juga
menimbulkan komplikasi di bidang medis, misalnya kemandulan, kecacatan, gangg
uan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian. Adapun pen
yakit kelamin yang sering dijumpai antara lain :
a. Kencing nanah (gonorrhoeae)
Penyakit ini disebabkan karena kuman yang berbentuk biji kopi. Masa tunas (i
nkubasi) sangat singkat, pada pria umumnya berkisar 2-5 hari, kadang-kadang l
ebih lama. Yang bersangkutan akan mengeluarkan nanah dari alat kelaminya, te
rasa pedih sekali. Pada wanita seringkali tanpa gejala karena tidak menginfeksi
saluran seni melainkan pada saluran liang senggama.
b. Chlamydia Trachomatis
Penyakit ini disebabkan karena kuman obligat intraseluler. Pada pria inkubasi
infeksi ini biasanya terjadi 1-5 minggu sesudah hubungan seksual dengan pasan
gan yang terinfeksi. Yang bersangkutan mengeluarkan cairan berupa lendir yan
g jernih sampai keruh dari alat kelaminya.
c. Herpes Genitalis
Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simplex yang menginfeksi alat kela
min dengan gejala khas berupa gelembung kecil-kecil (vesikel) yang berkelomp
ok dengan dasar kemerah-merahan (eritema) dan seringkali kambuh (rekurens).
d. HIV / AIDS
Penyakit ini disebabkan oleh virus Human Immunodeficien cy virus (HIV) ya
ng menyebabkan penyakit yang disebut acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS), berupa kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi lain atau kanker tertent
u kaibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
2.2.5 Pencegahan Kekerasan Seksual
Menurut WHO (2017) cara untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual:
a. Melalui pendekatan individu
1) Memeberikan dukungan psikologi pada korban kekerasan seksual.
2) Merancang program bagi pelaku kekerasan seksual dimana pelaku harus bertang
gung jawab terhadap perbuatanya, seperti menetapkan hukuman yang pantas bag
i pelaku kekerasan seksual.
3) Memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual seperti pendidkan
kesehatan reproduksi, sosialisasi menganai penyakit menular seksual, dan pendi
dikan perlindungan diri dari kekerasan seksual.
b. Melalui pendekatan perkembangan
Pendekatan perkembangan yaitu mencegah kekerasan seksual dengan cara men
anamkan pendidikan pada anak - anak sejak usia dini, seperti pendidikan mengana
i gender, memperkenalkan pada anak tentang pelecehan seksual dan risiko dari ke
kerasan seksual, mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual, me
ngajarkan batasan untuk bagaian tubuh yang bersifat pribadi pada anak, batasan ak
tivitas seksual yang dilakukan pada masa - masa perkembangan anak
c. Tanggapan perawatan kesehatan
1) Layanan Dokumen Kesehatan : sektor kesehatan mempunyai peran sebagai pe
negak bukti medis korban yang mengalami kekerasan seksual utuk dapat menj
adi bukti tuntutan terhadap pelaku kekerasan seksual.
2) Pelatihan kesehatan mengenai isi kekerasan seksual untuk dapat melatih tenag
a kesehatan dalam mendeteksi kekerasan seksual.
3) Perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV.
4) Penyediaan tempat perawatan dan perlindungan terhadap korban kekerasan se
ksual.
d. Pencegahan sosial komunitas
1) Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual
2) Pendidikan seksual dan pencegahan kekerasan seksual di sekolah e. Tanggapa
n hukum dan kebijakan megenai kekerasan seksual
1) Menyediakan tempat pelaporan dan penanganan terhadap tindak kekerasan
seksual.
2) Menyediakan peraturan legal menganai tindak kekerasan seksual dan huku
man bagi pelaku sebagai perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.
3) Mengadakan perjanjian internasional untuk standar hukum terhadap tindak
kekerasan seksual dan kampanye anti kekerasan seksual.
2.3 Remaja
2.3.1 Definisi remaja
Remaja atau istilah lainnya adolescene berasal dari kata adolescere yang berarti “tu
mbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas, me
ncakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1997). Menurut Pia
get, masa remaja secara psikologis adalah usia di mana individu menjadi berintegrasi
dengan masyarakat dewasa. Usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan o
rang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-ku
rangnya dalam masalah hak (dalam Hurlock, 1997).
Menurut Asrori dan Ali (2016), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegr
asi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama , atau paling tidak sejajar. Me
masuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif , lebih atau kurang dari usi
a pubertas.
a. Perkembangan Fisik-seksual
Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-ciri seks
sekunder dan seks primer
b. Psikososial
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua memperl
uas hubungan dengan teman sebayanya.
c. Perkembangan Kognitif
Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah berpikir logis tent
ang berbagai gagasan yang abstrak
d. Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang ti
nggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkemban
gnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami seb
elumnya seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim
dengan lawan jenis
e. Perkembangan Moral
Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelom
pok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang berlaku yang diyakininya m
aka tidak heranlah jika diantara remaja masih banyak yang melakukan pelecehan t
erhadap nilai-nilai seperti tawuran, minum minuman keras dan hubungan seksual
diluar nikah.
f. Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrase
kepribadian
2.4 Pengetahuan
2.4.1 Definisi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014:147) pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini telah
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginder
aan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciu
man, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbe
ntuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan san
gat erat hubungannya dengan pendidikan, di mana diharapkan bahwa dengan pendidik
an yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tet
api yang perlu ditekankan adalah bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahu
an tidak mutlak dipengaruhi oleh pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh j
uga dari pendidikan non formal (Wawan dan Dewi, 2011:11).
2.4.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014:148) pengetahuan yang dicakup dialam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yakni :
1) Tahu(Know)
Tahu dapat diartikan sebagai pengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) ter
hadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan ya
ng telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa saja yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, da
n sebagainya.
2) Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar te
ntang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara b
enar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obje
k yang dipelajari.
3) Aplikasi(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang sudah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartika
n aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainy
a dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis(Analysys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan teori atau suatu objek dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kai
tannya satu sama lain. Analisis merupakan kemampuan untuk menggambarkan, m
engidentifikasi, memisahkan, dan sebagainya.
5) Sintesis(Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ada
lah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ad
a seperti dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menye
suaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ad
a.
6) Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang dite
ntukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terba
gi menjadi dua bagian yaitu:
1. Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang aka
n pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Pada umumnya semaki
n tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.
b) Usia
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan le
bih matang dalam berpikir dan bekerja.
c) Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang ses
uatu yang bersifat informasi.
d) Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki seseorang s
ebagai latar belakang terhadap perilakunya.
2. Faktor eksternal
a) Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhny
a yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) SosialBudaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi.
2.4.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:11) cara untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai
berikut :
1) Cara Kuno dalam Memperoleh Pengetahuan
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum ad
anya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungk
inan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut bisa dipecahkan.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat b
aik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prin
sip orang lain menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mem
punyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenaranny
a baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetah
uan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut dengan metod
ologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-162
6), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara
untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.